YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah — Perhelatan Musyawarah Daerah (Musyda) Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Yogyakarta secara resmi dibuka. Acara tersebut dilaksanakan bertempat di Lantai 3 Musala Putri SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Sabtu (13/5) dan bakal dilanjutkan esok hari Minggu (14/5). Tema Musyda Aisyiyah kali ini mengusung “Perempuan Berkemajuan Meningkatkan Ketahanan Keluarga di Kota Yogyakarta.”
Turut hadir Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, H Aris Madani, SPdI, H Sigit Haryo Yudanto, SPsi, perwakilan PWA DIY, Alfia Nuriska, SKom., MM, Ketua PDA Kota Yogyakarta, Hj Himmatus Sudja’ah, Kepala SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Drs H Hery Nugroho, MPd, dan seluruh peserta Musyda dari tingkat daerah, cabang, dan ranting.
Dalam sambutannya, Aris Madani mengatakan dirinya sangat bersyukur dan mengapresiasi setinggi-tingginya atas diselenggarakan kegiatan tersebut. Menurutnya Musyda tidak sekadar hanya acara tahunan pascamusywil (Musyawarah Wilayah) yang berjumpa sekaligus kumpul-kumpul semata, akan tetapi mesti ditekankan agar dapat menghasilkan keputusan yang bermanfaat bagi kehidupan warga masyarakat, khususnya di Kota Yogyakarta.
“Kami atas nama PDM Kota Yogyakarta mengucapkan tahniah, selamat, dan sukses atas Musyda Aisyiyah Yogyakarta tahun 2023. Mudah-mudahan kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar, sukses, dan mendapatkan rida dari Allah Swt,” ujarnya.
Aris mengatakan kegiatan Musyda Aisyiyah selain merumuskan keputusan dan mendiskusikan isu-isu strategis dan keumatan, pada saat bersamaan juga akan menentukan sosok pimpinan baru yang bakal menjadi nakhoda mengemudikan bahtera organisasi Aisyiyah Yogyakarta selama tempo lima tahun ke depan (2022-2027). Dengan pimpinan baru, Aris mengatakan pimpinan baru itu dapat konsisten memegang teguh amanah dengan sebaik-baiknya.
“Tentunya pada Musyda kali ini akan memilih pimpinan baru. Kami mengharapkan pimpinan tersebut menjadi pimpinan yang amanah, dapat menerjemahkan seluruh keputusan Musdya, dan juga pimpinan yang dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat,” katanya.
Di sisi lain, Hj Himmatus Sudja’ah mengatakan Musyda merupakan salah satu forum musyawarah di tingkat daerah mempunyai otoritas untuk menentukan arah dan gerak langkah ke depan. Selain itu, juga berfungsi sebagai proses pembaharuan dan meningkatkan peran-peran sosial dalam semua gerakannya. Hal tersebut tentu saja menjadi bagian dari upaya meningkatkan dakwah amar makruf nahi mungkar dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
“Musyda yang diselenggarakan kali ini mengagendakan penyampaian dinamika organisasi, evaluasi, dan refleksi terkait pelaksanaan program dan mengagendakan langkah strategis organisasi ke depan. Dengan spirit dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid yang dilaksanakan dalam usaha Aisyiyah melalui berbagai aspek kehidupan yang dirasakan kebermanfaatannya bagi masyarakat luas termasuk hadirnya amal usaha Aisyiyah di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan hukum,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Sudja’ah menegaskan bahwa tantangan yang dihadapi Aisyiyah makin kompleks di kehidupan keumatan dan kemasyarakatan. Tantangan kehidupan kemasyarakatan terjadi karena munculnya perubahan sosial yang membawa pada dampak kehidupan sehari-hari.
“Di sinilah Aisyiyah penting untuk memperkokoh pandangan keagamaan yang wasathiyah berkemajuan dalam memerankan dakwah dan tajdid. Dalam menghadapi tantangan tersebut, Muhammadiyah dan Aisyiyah dengan pandangan Islam berkemajuan hendaknya mampu mempengaruhi alam pikiran umat Islam dan masyarakat secara keseluruhan,” ucapnya.
Sudja’ah juga menyinggung hal ihwal kepemimpinan Aisyiyah. Menurutnya, pimpinan baru nanti dapat melakukan gerak transformasi serta memobilisasi seluruh potensi sekaligus mengagendakan perubahan demi mengaktualisasikan kemajuan dan keunggulan. Kepemimpinan ini sering disebut sebagai kepemimpinan transformatif, di mana berkelindan dengan spirit Islam dan keteladanan Rasulullah Saw yang misinya membawa perubahan.
“Kepemimpinan disemua tingkatan harus makin dinamis peranannya sebagai penggerak, misi dakwah dan tajdid, dan tidak membiarkan menjadi kepemimpinan yang stagnan tidak memiliki semangat. Kepemimpinan di Aisyiyah memerlukan pimpinan istikamah, yaitu tidak tetap berkomitmen kuat secara iklhas dan lurus dalam berkhidmat membesarkan dan memajukan gerakan. Juga diperlukan jiwa, sikap militan, gigih, dan tahan uji dalam menghadapi kesulitan dan tantangan di kini dan masa depan,” katanya.
Ketua Panitia Dra Hj Sri Istifadah, MSi mengatakan selain kepemimpinan yang dibahas, lebih vitalnya juga membahas dan mengoptimalisasi dakwah di sektor keluarga yang menjadi dasar utama bermasyarakat.
“Dihasilkannya langkah strategis Aisyiyah sebagai gerakan perempuan berkemajuan dalam mengembangkan dinamika gerakan perempuan muslim untuk meningkatkan ketahanan keluarga,” tandasnya. (Cris)