SAMPIT, Suara Muhammadiyah—Universitas Muhammadiyah Sampit (UMSA) resmi dilaunching pada Selasa (16/5/2023). UMSA lahir berkat merger antara AKBID Muhammadiyah Kotawaringin Timur dan STKIP Muhammadiyah Sampit yang prosesnya sudah dimulai sejak tahun 2022. Acara sendiri dirangkai dengan pelantikan Rektor UMSA Ramadansyah serta pengenalan struktur Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Tengah periode 2022-2027.
Prosesi launching dilaksanakan di Aquarius Boutique Hotel, Sampit, dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Bambang Setiadji, Wakil Bupati Kotawaringin Timur Irawati, Kepala LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan Muhammad Akbar, dan Gubernur Kalimantan Tengah yang diwakili Staf Ahli bidang Kemasyarakatan dan SDM, Suhaimi.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan terima kasih kepada setiap pihak yang terlibat, terutama Kemendikbudristek RI, LLDIKTI Wilayah XI, Gubernur Kalteng, Bupati Kotawaringin Timur, PWM Kalteng dan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.
“Kami menyampaikan terima kasih pada Kemendikbudristek dan pemerintah Kalimantan Tengah, dan khusus Pemerintah Daerah Kotawaringin Timur yang sejak awal mendukung, mem-back up bahkan menfasilitasi lahirnya Universitas Muhammadiyah Sampit,” kata Haedar.
Haedar menegaskan bahwa pendirian UMSA bukan untuk kepentingan Muhammadiyah semata, melainkan untuk kepentingan bangsa Indonesia secara umum. “Kami sampaikan bahwa Muhammadiyah insyaAllah ketika ada peluang dan kesempatan untuk berkhidmat bagi kepentingan bangsa di manapun berada selalu mampu memanfaatkan peluang dan kemudahan itu demi dan untuk bangsa, bukan untuk Muhammadiyah,” ujarnya.
Ikhtiar mendirikan UMSA beserta amal usaha serta pusat-pusat keunggulan lain di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial serta pemberdayaan masyarakat yang tersebar di seluruh tanah air, kata Haedar berangkat dari sekian hal mendasar. “Kenapa Muhammadiyah melakukan itu? Pertama, karena Muhammadiyah sejak awal kelahirannya sebagai organisasi Islam yang membawa misi dakwah dan tajdid. Membawa Islam dan mewujudkan Islam yang membawa kemajuan dan pembaruan. Islam sebagai agama yang membawa peradaban maju,” jelasnya.
Kedua, Muhammadiyah menyadari bahwa setelah Indonesia 77 tahun merdeka, nyatanya masih memiliki banyak pekerjaan rumah kendati ada kemajuan di beberapa titik. Acuan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia berupa Agama, Pancasila, dan Kebudayaan luhur bangsa juga belum mampu dioptimalkan untuk membangun keadaban bangsa.
Di sisi lain, keunggulan sumber daya alam juga belum mampu mewujudkan Indonesia sebagai negara merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur) karena potensi SDM-nya yang rendah dan tertinggal di ASEAN. “Maka di sinilah kuncinya pendidikan. Pendidikan kita harus men-drill betul potensi anak-anak warga bangsa kita. Tidak bisa pendidikan asal-asalan. Ketinggalan nanti. Muhammadiyah juga sama. Termasuk Universitas Muhammadiyah Sampit, dari pimpinan, dosen, sampai civitas akademikanya mari kita harus meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan kita dan harus ada akselerasi,” ujarnya.
Ketiga, Haedar mengatakan bahwa Muhammadiyah melihat konsep Bhinneka Tunggal Ika masih digunakan sebatas jargon, belum menjadi keadaban publik. Karena itu, pendidikan adalah kunci untuk memanifestasikan konsep tersebut pada persatuan yang benar-benar otentik.
Kesadaran inilah yang juga dia harapkan muncul dari setiap elemen bangsa baik tokoh pemerintah, tokoh agama, ormas, dan tokoh masyarakat dari pusat hingga ke bawah untuk saling bekerja sama mengakselerasi kemajuan.
“Mudah-mudahan Universitas Muhammadiyah Sampit menjadi satu pilar bersama pilar yang lain untuk membawa misi keadaban, mempersatukan, meningkatkan sumber daya manusia dan memajukan kehidupan bangsa dan untuk itulah lahir lembaga pendidikan, termasuk Universitas Muhammadiyah Sampit,” kata Haedar.
Kuncinya adalah saling sinergi berbagai kekuatan bangsa. “Kalau kita saling dukung baik pemerintah, antar ormas dan Muhammadiyah, insyaAllah saham kita adalah untuk kepentingan meningkatkan kualitas SDM, membangun keadaban, mempersatukan dan memajukan bangsa di tengah modal kemajuan yang sudah kita peroleh dan anugerah Tuhan, yaitu alam yang begitu kaya raya ini,” tukas Haedar Nashir.
Mewakili Gubernur Kalteng, Suhaimi menyampaikan tahniah dan salam dari Gubernur atas berdirinya UMSA. ”Kami berharap Muhammadiyah di Kalimantan Tengah lewat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah di seluruh Kalimantan Tengah akan berkibar sebagaimana cita-cita dan mars Muhammadiyah itu sendiri,” ujarnya.
Bupati Kotawaringin Timur melalui wakilnya, Irawati menyatakan suka cita atas berdirinya UMSA. Sebagai universitas pertama yang berdiri di kota Sampit, pemerintah menurutnya menaruh harapan besar bagi Muhammadiyah dalam membangun sumber daya manusia di wilayah tersebut. “Pendidikan adalah pilar utama berdirinya sebuah bangsa untuk merancang masa depan. Semakin tinggi pendidikan di suatu daerah maka tinggi pula manusia di sekitarnya, sekaligus membantu program pemerintah mencerdaskan anak bangsa,” kata Irawati.
Dia juga berharap agar UMSA ke depan melahirkan intelektual muda yang unggul, profesional, serta kreatif menghadapi dinamika zaman. “Saya berharap lembaga pendidikan tinggi ini dapat konsisten menjalankan Tri Dharma Pendidikan yang bermutu dan menghasilakn lulusan yang berkualitas. Atas nama pemerintah Kotawaringin Timur menyampaikan ucapan terima kasih pada Universitas Muhammadiyah Sampit atas dedikasi, profesionalisme, loyalitas, pengabdian dan kerja keras dalam mengajar dan membimbing sehingga hari ini mencapai prestasi yang cemerlang,” ujarnya.
Kepala LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan, Muhammad Akbar, berpesan agar UMSA melaksanakan tiga tugasnya kepada LLDIKTI dengan baik, yakni pemenuhan standar DIKTI, sistem penjaminan mutu, serta melaporkan proses penyelenggaraan pendidikan tinggi secara akuntabel. (ppmuh/ribas)