YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat Aisyiyah menyelenggarakan kegiatan resepsi Milad ke-106 tahun. Kegiatan tersebut dilaksanakan bertempat di Amphitarium Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Jumat (19/5). Resepsi Milad Aisyiyah kali ini, mengusung tema “Kepemimpinan Perempuan Mencerahkan Peradaban Bangsa”.
Turut hadir, Ketua Umum PP Aisyiyah, Dr apt Salmah Orbayinah, MKes, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Rektor UAD Yogyakarta, Dr H Muchlas, MT, seluruh Pimpinan Aisyiyah dari seluruh Indonesia yang hadir secara offline maupun online (daring), dan beberapa tamu undangan lainnya.
Dalam pidatonya, Salmah mengatakan bahwa kehadiran Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Islam dan komponen strategis Persyarikatan Muhammadiyah telah memasuki di abad kedua. Kehadiran Aisyiyah sejak 19 Mei 1917 sampai sekarang, tetap menegang teguh dan berfokus berdakwah pada gerakan jamaah perempuan di akar rumput.
“Kelahiran Aisyiyah merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari gerakan Muhammadiyah yang basisnya adalah gerakan jamaah perempuan. Aisyiyah hadir sebagai gerakan perempuan yang berkemajuan,” ujarnya.
Gerak dakwah Aisyiyah sedemikian rupa mesti ditopang dengan kehadiran pemimpin. Aisyiyah mendorong kaum perempuan untuk menjalankan roda kepemimpinan yang bersifat ideologis, transformatif, dan responsif. Itu penting dihadirkan, sehingga dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang membelenggu kehidupan bangsa, negara, dan masyarakat semesta.
“Pada momentum milad ini, Aisyiyah bermaksud meneguhkan dan mendorong kepemimpinan perempuan untuk membangun peradaban bangsa secara kolektif,” tuturnya.
Menjalankan kepemimpinan itu sangat berat. Tetapi, jauh akan mudah manakala disertai dengan jiwa bersih dan ikhlas. Pada saat bersamaan, harus menanamkan nilai-nilai moralitas seperti kejujuran dan amanah. Kedua variabel ini amat fundamental di dalam menjalankan kepemimpinan. Lebih-lebih kepemimpinan Aisyiyah di abad kedua ini.
Seturut dengan hal tersebut, manakala kepemimpinan Aisyiyah dari pusat sampai ranting, majelis, lembaga, dan amal usaha dilaksanakan tanpa nilai amanah, maka hanya akan berjalan di tempat. Bahkan boleh jadi mengalami kemunduran. Sebab spirit dari Aisyiyah adalah pemimpin yang betul-betul berjiwa amanah dan menggerakkan. Itulah salah satu bagian perwujudan mencerahkan peradaban bangsa.
“Amanah kepemimpinan ini sangat penting. Jika amanah kepemimpinan ini ditunaikan dengan baik, penuh tanggung jawab dan dilaksanakan dengan kesungguhan, maka akan membawa keberhasilan bagi dakwah pencerahan Aisyiyah. Dan juga bagi orang-orang yang dipimpinnya. Itulah pemimpin yang menggerakkan,” katanya.
Selain amanah, seorang pemimpin seyogianya bersikap lemah lembut, rendah hati, mengendalikan amarah, pemaaf, memohon ampun yang memusuhi, bermusyawarah, bertekad bulat melaksanakan hasil musyawarah. Sehingga puncaknya adalah dengan bertawakal kepada Allah. Semua kriteria seorang pemimpin agaknya sangat berat. Akan tetapi, bilamana kepemimpinan dilaksanakan secara ikhlas, maka akan jauh lebih mudah dan ringan.
“Kepemimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah bersifat kolektif-kolegial. Maka dengann rahmat dan pertolongan Allah, pengkhidmatan di Aisyiyah ini akan menjadi ringan untuk dijalankan,” tuturnya.
Dosen Program Studi Farmasi dan Pendidikan Profesi Apoteker FKIK UMY ini menuturkan kebertahanan Aisyiyah di abad 2, niscaya dihadapi dengan sederet permasalahan bangsa yang makin kompleks. Permasalahan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan harus menjadi perhatian saksama bagi seluruh pimpinan Aisyiyah. Aneka permasalahan itu meliputi kemiskinan, kesejahteraan sosial, ketahanan keluarga, korupsi, konflik kekerasan pada anak, pendidikan, kesehatan, dan masih banyak lagi.
“Aisyiyah sudah saatnya hadir ikut ambil bagian bersama pemerintah menyelesaikan berbagai macam permasalahan tersebut. Untuk dapat berperan menyelesaikan berbagai permasalahan ini, tentu dibutuhkan pemimpin yang kuat, semangat, penuh komitmen, tanggung jawab, amanah, berintegritas, dan mempunyai solidaritas yang tinggi. Dibutuhkan para pemimpin Aisyiyah yang paham akan prinsip, ideologi, visi-misi, dan cita-cita Aisyiyah dan Muhammadiyah,” tandasnya. (Cris)