Oleh: Tito Yuwono
Kematian akan menghampiri kita
Bila-bila masa
Bersiap dengan bekalnya
Untuk perjalanan setelahnya
Masa hidup kita di dunia sangat terbatas. Karena setiap yang bernyawa pasti akan mati. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam Surat Ali-Imran ayat 185:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Berapa usia manusia hidup di dunia adalah rahasia Allah. Kalau sudah saatnya meninggal maka tidak ada yang bisa memajukan maupun mengundurkan. Siapapun dia, baik konglomerat maupun pejabat, tidak akan mampu mengundur kematian. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 34:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
Saat ini sangat jarang ditemui orang yang usianya lebih 100 tahun. Orang yang umurnya sampai 90 tahun saja sudah kita katakan sangat panjang. Padahal umur segitu sangat pendek jika dibandingkan dengan panjangnya hari akhirat. Maknanya perjalanan kita setelah hidup di dunia masih jauh. Dan perjalanan kita yang akan jauh itu bekalnya hanya kita siapkan di dunia.
Pembatas antara kita hidup di dunia dengan alam setelahnya adalah kematian. Yaitu berpisahnya ruh dengan jasad kita. Setelah ruh berpisah dengan jasad maka jasad tidak bisa melakukan aktivitas lagi, baik amal kebaikan dan keburukan. Maka kematian adalah sebagai pemutus bagi orang yang punya kebiasaan maksiat. Juga kematian adalah sebagai pemutus orang tidak bisa beramal shalih lagi. Maka beruntung bagi yang punya amalan yang tidak ada putusnya walaupun telah meninggal, yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.
Jika kita mengingat masa kematian yang datang dengan tiba-tiba, maka akan berdampak terhadap perilaku kita di dunia ini. Kita akan bersegera mencari bekal untuk masa setelah kematian kita. Bukan sebaliknya menambah beban-beban yang harus dipikul setelah kematian kita.
Rasulullah ﷺ mengingatkan kita untuk banyak mengingat kematian sebagaimana hadis dari sahabat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
Artinya:” Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah ﷺ bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian” (HR Imam Tirmidzi)
Ada banyak manfaat dari seringnya mengingat kematian, diantaranya adalah
- Dengan mengingat kematian, kita akan lebih termotivasi untuk beramal shalih dan meninggalkan keburukan-keburukan. Karena waktu kita didunia terbatas dan kita kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan amalan yang kita lakukan di dunia.
- Dengan mengingat kematian, ketika Allah berikan banyak kenikmatan maka kita tidak sombong, karena ini semuanya hanya titipan Allah Ta’ala. Pada masanya akan kembali kepada Allah Ta’ala.
- Dengan mengingat kematian, ketika kita diuji dengan hal-hal yang kurang menyenangkan, maka kita bisa lebih sabar karena kita yakini bahwa selama-lamanya ujian di dunia pasti akan berakhir juga. Dan pahala besar bagi hamba yang bersabar ketika diuji.
- Dengan mengingat kematian, kita akan selalu berhati-hati dalam “berjalan” di bumi dunia ini. Berhati-hati terhadap larangan Allah Ta’ala. Karena larangan-larangan Allah Ta’ala yang kita langgar akan menjadi beban kelak setelah kematian kita.
- Dengan mengingat kematian, kita akan segera melakukan taubat dari kesalahan dan dosa kita. Kita sangat berharap Allah Ta’ala Yang Maha Pengampun mengampuni kita. Sebaliknya orang yang tidak ingat kematian akan berpotensi menunda taubat. Hal ini sangat berbahaya, karena ketika ajal menjemput dan belum sempat bertaubat akan sengsara di akhirat kecuali Allah Ta’ala memberikan rahmat dan ampunannya.
Semoga kita menjadi bagian orang yang selalu ingat kematian yang akan menjadikan kita lebih istikamah berjalan di atas petunjuk-Nya. Dan semoga Allah Ta’ala matikan kita dalam keadaan husnul khatimah.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman. Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta