SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pembinaan Kesehatan Umum, Kesejahteraan Sosial, dan Resiliensi Bencana, dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes menghadiri kegiatan Pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Sleman dan Pelepasan Calon Jamaah Haji. Kegiatan tersebut dilaksanakan Kamis (1/6) bertempat di Masjid Agung Sleman Dr Wahidin Sudiro Husodo.
Dalam tausyiyahnya, Agus mengatakan pihaknya mengapresiasi atas dilaksanakannya prosesi pengukuhan Pimpinan PDM dan PDA Kabupaten Sleman. Menurutnya, para pimpinan yang terpilih harus berkhidmat menjalankan roda kepemimpinan Muhammadiyah untuk memajukan kehidupan umat secara komprehensif.
“Alhamdulillah kami atas Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersyukur dan mengucapkan selamat atas dikukuhkannya para pimpinan PDM dan PDA Kabupaten Sleman. Ini merupakan tugas dan amanah besar dari Persyarikatan yang harus ditunaikan secara sungguh-sungguh bagi seluruh pimpinan,” ujarnya.
Agus menyampaikan bahwa para pimpinan tersebut menjadi ujung tombak dari kemajuan Persyarikatan Muhammadiyah yang ada di Wilayah Kabupaten Sleman. Karena wilayah ini menjadi pintu masuk Yogyakarta terletak di Sleman. Oleh karenanya, banyak sekali potensi-potensi yang bisa dimanfaatkan bagi pimpinan PDM dan PDA dalam rangka menghadirkan kemajuan di seluruh bidang kehidupan.
“Bagi kami, Sleman menjadi salah satu center of excellence (pusat keunggulan) Muhammadiyah DIY. Karena kita tahu salah satu pintu masuk Yogyakarta adalah Sleman. Dan di Sleman pula banyak perguruan-perguruan tinggi besar. Muhammadiyah juga memiliki salah satu amal usaha besar di Sleman, yakni ada RS PKU Muhammadiyah Gamping dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Maka PDM dan PDA Kabupaten Sleman harus bisa mewujudkan bagian dari center of excellence tersebut,” tuturnya.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ini menyebut, pimpinan yang terpilih harus bisa menjalankan roda kepemimpinannya dengan baik. Ini sangat penting. Karenanya dibutuhkan strategi dengan menggunakan gaya kepemimpinan transformatif dan kolektif-kolegial untuk dapat menggerakkan organisasi.
Menurut Agus, seseorang yang telah ditunjuk sebagai pimpinan, maka harus laksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Bukan malah merasa sebagai beban. Akan tetapi, mesti diubah corak pandangannya bahwa momentum penunjukkan pimpinan itu merupakan kesempatan untuk menjalankan amal saleh.
“Ketika di angkat jadi pimpinan, jangan dianggap sebagai beban. Karena itu harus dipandang sebagai Allah memilih kita untuk menjalankan amal saleh berupa kepemimpinan. Kalau kita jadikan tugas kepemimpinan dengan baik, maka Allah akan masukan kita dari tujuh golongan yang akan mendapat pertolongan. Intinya pimpinan tidak boleh jadi, tapi jadi bekal untuk beribadah lebih baik,” ucapnya.
Seturut dengan hal tersebut, seorang pimpinan di Persyarikatan Muhammadiyah harus bisa mengaktualisasikan dan menjalankan tugasnya. Pertama, pimpinan seyogianya dapat melayani umat. Pelayanan kepada umat menjadi fokus utama bagi Muhammadiyah dan Aisyiyah. Karena itu, para pimpinan Muhammadiyah di seluruh wilayah tidak boleh ada beban yang mengungkung, tetapi jadikanlah momentum untuk hadir meyalani umat secara keseluruhan.
“Jangan sampai warga Muhammadiyah tidak mendapatkan pelayanan dari pimpinan Muhammadiyah. Maka pelayanan kepada umat ini harus berkelanjutan,” tegasnya.
Kedua, menjalankan regulasi organisasi. Pimpinan harus betul-betul memastikan seluruh program kerja dan kebijakan yang telah tersusun dapat berjalan dengan baik. Bukan hanya retorika semata, sehingga tidak jauh panggang dari api. Sehingga hal demikian bilamana ditunaikan, seluruh program kerja dan kebijakan dapat berjalan sesuai harapan.
“Hal tersebut tidak mungkin berjalan bila tidak ada rapat rutin. Sebab ada, pimpinan itu tidak pernah mengadakan rapat kecuali kalau ada permasalahan. Karena di Muhammadiyah melahirkan keputusan harus dengan musyawarah,” katanya.
Ketiga, melakukan kebijakan strategis untuk menjawab tantangan kompleks. Kebijakan strategis itu berupa menentukan visi-misi ke depan yang mampu menjawab dan memecahkan deret permasalahan keorganisasian, keumatan, dan kebangsaan yang berkembang.
Selain itu, kebijakan strategis lainnya diwujudkan dalam berdakwah komunitas milenial. Tentu pendekatannya berbeda dengan generasi sebelumnya. Sehingga pimpinan harus bisa mengembangkan metode dakwah kekinian yang dakwahnya itu dapat terima oleh seluruh generasi muda.
“Pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah ke depan kita tahu saat ini zaman telah berubah, maka harus bisa membuat kebijakan strategis. Yaitu menentukan visi-misi ke depan yang menjadi pembeda dengan generasi sebelumnya. Selain itu, mampu membangun center of excellence di seluruh AUM. Dan dalam dunia dakwah, harus kita lakukan dengan pendekatan terbaru. Harapannya, paradigma pimpinan Muhammadiyah di dunia yang serba berubah ini tidak bisa gaya kepemimpinan masa lalu. Maka pimpinan Muhammadiyah harus dapat melakukan perubahan,” terangnya. (Cris)