Kebaikan Itu dari Allah

Kebaikan Itu dari Allah

Oleh: Drs. HM. Jindar Wahyudi, M.Ag

Éأَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ الْحَقُّ الْمُبِيْنَ الَّذِى حَبَنَا بِاْلإِيْمَانِ وَاْليَقِيْنِ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَلَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ خَاتَمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ الله أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.وَقَالَ تَعَالَى: مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا

 

Hadirin Jama’ah jum’ah rahimakumullah

Mengawali khutbah jum’at ini marilah kita bersyukur kepada Allah SwT atas segala nikmat dan karunianya sehingga dapat melaksanakan jama’ah shalat jum’at ini. Tidak lupa pula   marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah SwT atas dasar petunjuk Al Qur’an, dan darinyalah kita dapat memahami betapa Maha Besar dan Baiknya Allah kepada umat manusia. Bahkan tidak ada yang buruk bagi umat manusia segala apa yang diberikan Allah walau kadang-kadang manusia tidak memahaminya.

Kebaikan (nikmat) apa pun yang kamu peroleh (berasal) dari Allah, sedangkan keburukan (bencana) apa pun yang menimpamu itu disebabkan oleh (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada umat manusia. Cukuplah Allah sebagai saksi. (QS An Nisa’ : 79)

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Jika dipahami lebih lanjut tentang kebaikan Allah SwT kepada umat manusia di dunia ini bisa disebutkan menjadi 3 kebaikan, yaitu:

Pertama, kebaikan Allah kepada umat manuisa karena sifatnya yang baik Ayat yang disebutkan dalam surat An Nisa’ : 79 di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya segala kenikmatan dan kebaikan yang kita dapatkan di dunia ini berasal dari Allah SwT dan secara riil nikmat dan kebaikan Allah itu telah kita rasakan setiap saat dan hal ini sebagai wujud dari Pernyataan dan janji Allah sendiri seperti dalam Firmannya; Allah menjamin rizki manusia guna kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya (QS. Al Isra’ : 70),  Allah akan memberi makanan dan minuman sebagai rizki yang baik (QS. An Nahl : 114), Allah memberi harapan kemudahan bagi manuisa yang mengalami kesulitan hidup (QS. Al Insyirah : 4-5), Allah  mengabulkan  do’a manusia (Al Mu’min : 60),  Allah memberi nikmat  tidur untuk istirahat pada malam hari (QS. Al Qashash : 73), dan sebagainya, bahkan seandainya kita menghitung semua nikamt dan kebaikan Allah kepada umat manusia pasti tidak akan mampu melakukanya (QS.An Nahl : 18).

Sebagai Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang,  tentu Allah tidak akan berbuat aniaya dan menyiksa umat manuisa di dunia ini, baik dalam bentuk kesengsaraan hidup maupun musibah dan bencana yang menimpanya. (QS Al An’am : 12 dan 54). Tersebut dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari Muslim dari Abu Huraerah ra, Allah telah menetapkan bahwa “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” Sehingga tidak mungkin Allah akan bebuat dhalim dan aniaya kepada umat manusia, kecuali hanyalah nikmat, rahmad dan kasih sayang-Nya. Maka jelas sekali Firman Allah ; “Kebaikan (nikmat) apa pun yang kamu peroleh (berasal) dari Allah(QS. An Nisa’ : 79).

Kedua, kebaikan Allah kepada manusia karena kecerobohan manusia. Munculnya kesengsaraan, kesakitan bahkan musibah dan bencana pada diri seseorang belum tentu karena takdir Allah, akan tetapi karena faktor dirinya sendiri yang ceroboh dan teledor dalam menjalani kehidupan ini; Adanya kesulitan hidup dan gagal dalam meraih keberhasilan seseorang bisa jadi karena  kemalasan, kurang disiplin,  kurang gigih, kurang tekun dan kurang cerdiknya manusia dalam berusaha dan ihtiar.  Adanya musibah kecelakaan di tengah jalan bisa jadi karena kurang hati-hati dan waspada atau bahkan ugal-ugalan dalam mengendarai kendaraan di tengah jalan. Terjangkitnya penyakit yang menimpa pada diri seseorang bisa jadi karena mereka teledor dalam menjaga kesehatan dan pola hidup sehat yang dijalaninya selama ini, dan sebagainya.

Itulah kira-kira  makna dari ayat ; wa ma ashabaka min sayyiatin fa min nafsika (dan keburukan / bencana apa pun yang menimpa pada dirimu itu disebabkan oleh (kesalahan) dirimu sendiri (QS. An Nisa’ : 79). Bahkan dalam konteks yang lebih luas lagi bahwa rusaknya alam ini baik di darat maupun di lautan yang menyebabkan bencana dan kesengsaraan umat manusia tidak lepas dari perbuatan tangan manusi sendiri.

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Sebagai orang yang berimanan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, sudah seharusnya bila segala yang menimpa pada diri kita baik berupa kebaikan  maupun kesengsaraan karena kecerobohan diri kita sendiri, hendaknya kita kembalikan kepada Allah SwT  dengan mengikuti petunjuk ajaran Nabi Muhammad saw. Yaitu mengembalikan kepada Allah segala keburukan, kesakitan dan bencana yang menimpa, seraya bertawakkal dan menggantungkan segalanya kepada-Nya (QS. Al Ihlas : 2).

Ketiga, kebaikan Allah kepada manusia dibalik cobaan penderitaan. Pada saat yang lain kadang-kadang Allah memberikan kebaikan kepada umat  manusia dalam bentuk kesakitan dan penderitaan agar manusia sadar diri dan berinstropeksi seraya lebih mendekatkan dirinya kepada Allah SwT. Hal ini sebagai bentuk cobaan dan ujian bagi manusia terutama bagi orang-orang yang shaleh dan taat kepada Allah. Semakin kuat ketaatan dan salehnya seseorang maka semakin berat pula  ujian dan cobaan yang diterimanya, sehingga cobaan dan ujian yang paling berat diterima umat manusia adalah cobaan dan ujian yang diterima oleh para Nabi dan Rasul yang tentu tidak diragukan lagi ketaatan dan keshalehanya. Maka Allah mengingatkan;  berbahagialah orang-orang yang sabar dalam menerima ujian dan cobaan itu.

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn”. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tu-hannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al Baqarah : 155-157).

Orang yang menerima cobaan dan ujian dari Allah tentu bukanlah orang yang sembarangan tetapi orang yang sudah menjadi pilihan Allah  yaitu  orang-orang yang mendapat rahmad dan petunjuk dari Allah SwT agar  mendapatkan limpahan karunia dan kebaikan yang lebih baik lagi guna  kelangsungan hidupnya dikemudian hari.

Dalam sebuah Hadits dari Abu Huraerah ra, Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah diberinya dia musibah (sebagai ujian) (HR Bukhari)”

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Demikian kebaikan Allah yang diberikan kepada manusia terutama bagi orang-orang yang shaleh dan taat kepada-Nya. Apapun keadaan yang kita terima walaupuna disebabak karena kecerobohan diri kita sendiri atau karena memang dikehendaki oleh Allah sebagai cobaan hidup maka semaunya akan membawa kebaikan bagi kita, karena tidak mungkin Allah meberikan keburukan  kepada hamba-hambanya, kecuali kebaikan, karena Allah itu memang Maha Baik.

بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ  وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْضَى عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ   الْوَهَّاب. رَبِّى اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا.  رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ                                             

Penulis, Drs. HM. Jindar Wahyudi, M.Ag, Ketua PDM Boyolali, alumni Pondok Shabran UMS

Exit mobile version