Dibangunnya Sport Center, Melengkapi Akses Pendidikan di Madrasah Mu’allimin
SEDAYU, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi menghadiri kegiatan Ground Breaking Mu’allimin Sport Center. Kegiatan tersebut berlangsung pada Sabtu (3/6) bertempat di Kampus Terpadu Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Badut Lor, Argorejo, Sedayu, Bantul, DIY.
Turut hadir Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Dr (HC) Ir Budi Karya Sumadi, Menteri Koperasi dan UMKM Republik Indonesia, Drs Teten Masduki, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Ketua BPH Madrasah Muallimin, Dr H Khoiruddin Bashori, MSi, Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, H Aly Aulia, Lc., MHum, dan beberapa tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Haedar mengatakan bahwa implementasi dari pembangunan Mu’allimin Sport Center merupakan salah satu cita-cita dari Almarhum Buya Syafii Maarif. Sebuah cita-cita cukup lama yang diharapkan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 itu agar madrasah ini memiliki gedung olahraga sendiri. Tujannya seluruh peserta didik mempunyai kesehatan jasmani dan rohani yang kuat.
“Sudah lama memang Buya Syafii Maarif menadambakan dibangunnya sport center ini. Saya ingat waktu Buya membangun gedung yang ada di Wirobrajan, sebenarnya ingin berhenti. Tapi, Buya sempat berpikir, lalu pada akhirnya dilanjutkan kembali dengan dikeluarkannya SK. Di mana Buya sebagai ketua pembangunan dan sampai beliau wafat, lalu dilanjutkan oleh Pak Irud (Khoiruddin Bashori),” ujarnya.
Haedar menyambung, berdirinya Mu’allimin Sport Center menjadi manifestasi dari bentuk kerja sama dan kolaborasi antara Muhammadiyah dengan Pemerintah Pusat. Kolaborasi ini merupakan usaha Muhammadiyah dalam rangka mendorong sebuah perubahan menyeluruh dalam kehidupan. Perubahan untuk membangun bangsa yang masyarakatnya cerdas dan berkeadaban utama. Lebih-lebih menuju kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik dan berkemajuan.
“Kolaborasi ini perlu ditingkatkan. Muhammadiyah itu gerakan yang sedikit bicara tapi insyaAllah banyak kontribusinya. Etos Muhammadiyah adalah perubahan dan membangun. Kuncinya tidak boleh ada kepentingan apapun, baik personal maupun politik. Inilah yang membuat kita leluasa dalam membangun negeri,” terangnya.
Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menyebut bahwa Persyarikatan Muhammadiyah sebagai satu di antara organisasi yang sifatnya terbuka. Artinya, dapat berbaur dengan siapapun tanpa diskriminasi jenis agama, suku bangsa, bahasa, ras, maupun golongan. Ini salah satu sifat dasar Muhammadiyah yang terus terpelihara sejak zaman dulu sampai memasuki abad kedua.
Sifat keterbukaan Muhammadiyah itulah kemudian berkontribusi di dalam mendirikan dan melahirkan organisasi sepak bola. Organisasi tersebut bernama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Ketua PSSI pertama saat itu adalah Ir Soeratin Sosrosoegondo, di mana dirinya sebagai kader Muhammadiyah yang membangun Lapangan Asri di Wirobrajan Yogyakarta.
“Muhammadiyah itu sifatnya terbuka. Muhammadiyah bisa bergaul dengan siapa saja. Pak Soeratin salah satu contohnya yang mendirikan PSSI. Ia menjadi penggerak dari olahraga nasional. Kita di Muhammadiyah punya jejak di berbagai lini termasuk dunia olahraga,” jelasnya.
Di sisi lain, Haedar menyebut kehadiran Mu’allimin Sport Center ini menjadi pelengkap bagi Madrasah Mu’allimin. Hal itu tidak lain karena kampus tersebut memiliki infrastruktur saling saling berkorelasi dalam rangka untuk mendukung proses pembelajaran bagi seluruh peserta didik yang menempuh studi di Mu’allimin.
“Setelah ada kampus, masjid, dan sekarang ada tempat olahraga. Sehingga ruhani, intelektual, dan fisiknya juga terbina. Ini penting bagi generasi baru yang harus mempunyai kesadaran olahraga dan kesehatan yang tinggi. Inilah termasuk sumbangsih besar dari Madrasah Mu’allimin,” ucapnya. (Cris)