Psikologi Kematian dan Manfaatnya dalam Hidup
Oleh: Dr M Samson Fajar
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ خَرَجُوا۟ مِن دِيَٰرِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ ٱلْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ ٱللَّهُ مُوتُوا۟ ثُمَّ أَحْيَٰهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.(al Baqarah ayat 243)
Psikologi kematian adalah ilmu tentang kejiwaan yang lebih mengarah pada mempersiapkan mentalitas menghadapi kematian. Karena kematian pasti menimbulkan pemberontakan jiwa, konflik diri, karena manusia menganggap bahwa kematian akan memutus semuanya. Sehingga mereka cenderung merasa takut dengan hadirnya kematian bahkan berusaha menghindari darinya.
Betapa banyak riset supaya membuat manusia lebih lama hidupnya bahkan abadi, sehingga menyebabkan hari ini produk awet muda, produk kecantikan, produk regenerasi sell, begitu laris, sebagai efek dari takut mati dan meninggalkan dunia fana ini.
Beberapa riset ilmiah yang di hipotesis kan dapat membuat orang lebih awet muda, baik dengan metode perbaikan enzim telemorase, nanoteknologi, crykogenic, obat anti aging, atau memprogram ulang sel. Itu semua diuji cobakan karena ada kecenderungan manusia memang mengalami ketidaknyamanan dalam menghadapi kematian.
Rasa takut mati ini seperti yang di Sabdakan nabi Muhammad SAWyan dalam sebuah hadits : Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud). hadits ini jelas, bahwa takut mati disebabkan karena manusia sangat cinta dunia, sehingga ada penolakan jiwa untuk meninggalkan apa yang sudah dia capai dan miliki.
Takut mati secara psikologis juga membuat manusia menjadi lemah, bahkan menjadi pengecut, mereduksi semangat berjuang, karena fikiranya akan disibukan dengan mempertahankan apa yang dia capai, bukan memberikan manfaat pada kehidupan. Mereka terjangkit kekhawatiran dan was was (anxiety) yang tinggi sehingga mengalami kondisi kejiwaan giroskop (mempertahankan apa yang dia miliki) dan sangat takut kehilangan harta, jabatan, keluarga dan lain sebagainya.
Sehingga dalam ayat di atas Allah SWT memberikan nalar kritik kematian, bahwa kematian yang ditakutkan pasti datang, dan kematian bukan akhir segalanya, sehingga tidak perlu di takutkan. Bahkan dengan takut kematian bisa menyebabkan kematian lebih cepat, karena secara alamiah kondisi psikologi manusia yang selalu khawatir menyebabkan banyak penyakit dan lain sebagainya. Keberanian menghadapi kematian dan selalu mengingat adalah bentuk kecerdasan jiwa dan membangun semangat produktivitas hidup, karena ini meninggalkan yang terbaik dalam hidup.
Ayat di atas digambarkan dengan sebuah pertanyaan, apakah kabar tentang kaum itu belum sampai kepadamu, wahai Nabi. Mereka adalah ribuan pengecut. Mereka lari dari musuh meskipun jumlah mereka banyak, karena takut mati, Lalu Allah mematikan mereka, kemudian menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah itu pemilik keutamaan agung atas seluruh manusia dengan membimbing mereka menuju jalan kemuliaan dan penuh pertolongan, namun kebanyakan manusia, yaitu orang-orang kafir itu tidak mau bersyukur kepada Allah atas nikmatNya.
Al-Hadfu adalah pemberian motivasi terhadap orang-orang muslim untuk berjihad. Ibnu Abbas berkata: “Mereka itu berjumlah 4000, mereka melarikan diri dari wabah penyakit, dan berkata: “Kami akan menghampiri tanah yang tidak ada kematian di dalamnya” sampai ketika mereka tiba di suatu tempat Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kalian semua” lalu mereka mati. Lalu seorang nabi melewati mereka dan berdoa kepada Tuhan untuk menghidupkan mereka sehingga mereka bisa menyembahNya, lalu Allah menghidupkan mereka”.
Demikianlah Allah SWT menggambarkan orang-orang yang mencoba lari dari kematian baik karena wabah, atau peperangan, sehingga mereka lari karena pengecut, dan ingin mencari tempat yang tidak ada kematian, sehingga Allah SWT malah mempercepat kematian mereka.
Di era saat ini yang dipenuhi dengan rasa kekosongan batin (emptiness) dan ketidak maknaan hidup (meaning less) mengajarkan psikologi kematian sangat penting, sehingga kematian menjadi sebuah kerinduan, seperti rindu ingin bertemu dengan kekasih hati. Bagaimana seorang hamba tidak merindukan Allah SWT sebagai kekasihnya.
Dalam sebuah hadits disebutkan ” Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. Sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Kontan ‘Aisyah berkata, “Apakah yang dimaksud benci akan kematian, wahai Nabi Allah? Tentu kami semua takut akan kematian.” Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– lantas bersabda, “Bukan begitu maksudnya. Namun maksud yang benar, seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhoan serta surga-Nya, ia suka bertemu Allah, maka Allah pun suka berjumpa dengan-Nya. Sedangkan orang kafir, jika diberi kabar dengan siksa dan murka Allah, ia pun khawatir berjumpa dengan Allah, lantas Allah pun tidak suka berjumpa dengan-Nya.” (HR. Muslim no. 2685) hadits ini menjelaskan bahwa orang mukmin sangat rindu berjumpa dengan Allah SWT karena berjumpa dengan Nya adalah karunia tertinggi dan terbesar. Berbeda dengan orang kafir yang sangat takut karena memahami akan mendapatkan murka Nya.
Oleh sebab itu ingat kematian adalah bukti kecerdasan psikologis seorang hamba, insan profetis, insan beriman, sebagaimana disabdakan nabi: Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani)
Secara psikologis sangat jelas bahwa ingat kematian sangat bermanfaat dalam hidup, selain menjaga kesehatan mental, menguatkan fisik dan membuat semakin optimistis dalam menghadapi kehidupan nyata. Marilah kita semua mencoba belajar menuju psikologi kematian sebagai sesuatu kepastian.
*Dr M Samson Fajar, M.Sos.I (Dosen Universitas Muhammadiyah Metro)