PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi melakukan kunjungan kerja di Wilayah Purwokerto, Jawa Tengah, Kamis (8/6). Kunjungan pertamanya meresmikan Gedung SD dan TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Menurutnya, gedung megah yang menelan biaya 60 miliar itu diharapkan mampu memecut semangat Aisyiyah untuk terus bergerak dan berinovasi.
“Aisyiyah perlu merevitalisasi TK ABA dan melanjutkan kepeloporan sebagai perintis dan survive dengan berbagai tantangan di era sekarang. Jangan sampai disalip oleh yang lain, karena merasa nyaman dengan 20 ribu TK ABA. Ini merupakan tantangan, kuncinya jangan rumit dengan urusan administratif,” tuturnya.
Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu meminta untuk dilakukan langkah revitalisasi atau tajdid di dalam mengakselerasi TK ABA di seluruh Indonesia. Tentu saja diperlukan aksi nyata, dan tidak boleh sampai jauh panggang dari api. Ini penting dilakukan agar Aisyiyah tidak tertinggal zaman yang makin melesat maju.
Kemudian, kunjungan kedua Haedar menghadiri pelantikan Rektor UMP. Assoc Prof Dr Jebul Suroso, SKep., Ns., MKep dikukuhkan kembali sebagai rektor untuk periode 2023-2027. Menyampaikan sambutan, Haedar berharap agar UMP menjadi kampus unggul dan berkemajuan. Dan juga dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain yang sudah lebih unggul baik di tingkat regional maupun untuk nasional dan global.
“Dengan jumlah 173 perguruan tinggi Muhammadiyah di seluruh Indonesia, saya yakin Muhammadiyah mampu berperan secara signifikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itu langkah-langkah strategis kita harus terus kita pacu untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita dari tingkat dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi,” urainya.
Misi mewujudkan mencerdaskan kehidupan bangsa, meniscayakan untuk melakukan proyeksi yang integratif. Yakni kerja-kerja pendidikan harus langsung terkoneksi pada usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. “Mencerdaskan kehidupan bangsa itu bukan persoalan yang parsial bukan persoalan yang satu atau cukup dengan parameter-parameter kuantitatif saja dan sekaligus juga bukan dimensi yang sifatnya itu regulatif semata tapi harus menjadi satu usaha pendidikan yang terus-menerus,” ujarnya.
Muhammadiyah selama ini sudah dan telah hadir di dalam membantu kerja pemerintah, khususnya di bidang pendidikan. Tak dipungkiri jumlah lembaga pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah tersebar luas mencapai ribuan di Indonesia. Ini menjadi manifes jika Muhammadiyah konsisten di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa lewat koridor pendidikan yang dapat melahirkan manusia Indonesia cerdas-berkeadaban utama.
“Jadi ini kerjaan kita. Sehingga nanti kita harapkan bahwa manusia Indonesia yang dihasilkan oleh dunia pendidikan itu manusia yang utuh. Kata cerdas itu kesempurnaan akal budi. Membangun dunia pendidikan yang holistik Tahap demi tahap dengan langkah-langkah strategis dan perlu juga percepatan dan progresif ini penting,” jelasnya.
Terakhir, kunjungan Haedar di Purwokerto, Jawa Tengah menghadiri silaturahmi dan konsolidasi dengan PDM dan PCM Banyumas. Haedar memberikan wejangan agar warga Persyarikatan tidak boleh sampai terlena melupakan spirit kemajuan. Maka spirit berkemajuan, sebagaimana disampaikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan harus menjadi ruh gerakan Persyarikatan dalam membangun peradaban unggul, berkemajuan, dan tercerahkan.
“Warga Persyarikatan jangan merasa sudah unggul dan maju, lalu kemudian melupakan semangat berkemajuan yang selama ini menjadi jiwa Muhammadiyah,” terangnya. (Cris)