YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Wakil Ketua V Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Ikhwan Ahada, SAg., MA berhasil menyandang gelar doktor setelah mempertahankan disertasinya tentang “Oase Kepemimpinan Ar Fachrudin sebagai Servant Leader (Analisis Psikologi Kepemimpinan)”. Ikhwan memperoleh IPK 3.93 dengan predikat sangat memuaskan di Sidang Promosi Doktor Program S3 Psikologi Pendidikan Islam Program Pascasarjana UMY yang digelar Selasa (13/6) di Gedung Kasman Singodimedjo Ruang Amphy Theater Lantai 4 Gedung Pascasarjana UMY.
Turut hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Ketua PP Muhammadiyah, dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes, Dr H Agung Danarto, MAg, jajaran PWM DIY, jajaran Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, dan beberapa tamu undangan lainnya.
Di hadapan pimpinan sidang Prof Dr Ir Gunawan Budiyanto, MP., IPM., ASEAN., Eng (Rektor UMY) dan para penguji seperti Prof Dr Muhammad Zahir, MAg, Prof Hilman Latief, MA., PhD (online), Dr Zuly Qodir, MAg, dan Prof Dr M Noor Rochman Hadjam, SU, Ikhwan mengemukakan penelitiannya memautkan ihwal kepemimpinan KH Abdur Rozaq Fachruddin (AR Fachruddin). Dalam ujian disertasi itu, Ikhwan mengemukakan pemilihan tokoh AR Fachruddin karena keterpukauan kesederhanaan yang ditonjolkan.
“Dalam banyak hal sebagaimana kesederhanaan (AR Fachruddin) telah ditunjukkan dalam hal berkomunikasi, bersikap, dan kesehajaan hidup. Itulah alasan saya mengangkat AR Fachruddin dalam disertasi ini,” ujarnya.
Kepemimpinan menurutnya tuntutan peradaban yang telah menjadi tema mendasar dalam kehidupan berkelompok. Menurutnya, era kontemporer tengah terjadi bayang-bayang kekrisisan kepemimpinan. Dengan kata lain, amat sedikit para pemimpin sekarang yang memiliki watak karakteristik seperti AR Fachruddin.
“Saat ini kita tengah krisis kepemimpin yang cukup mengkhawatirkan. Tidak banyak pemikpin yang mempunyai watak kepemimpinan seperti Pak AR Fachruddin. Sekaligus diikuti dengan menipisnya kepercayaan terhadap pemimpin itu sendiri. Maka perlu menyiapkan calon pemimpin berkualitas,” ujarnya.
Ketua PWM DIY itu menyebut kepemimpinan AR Fachruddin terbentuk karena penanaman sikap seorang abdi dan bangsawan sejak masih kecil di Purokualaman. Kemudian penanaman nilai-nilai Islam hasil didikan ayahnya KH Fachruddin yang begitu kuat. Lalu penjiwaan budaya Jawa adiluhung dalam proses menuju kedewasaan.
Bersamaan dengan itu, Ikhwan mengemukakan korelasi dengan hal itu, mengerucutkan kepemimpinan pada konsep psikologi sebagaimana pandangan Robert K Greenleaf (1904-1990) sebagai Servant Leadership. Yakni kepemimpinan pelayan yang memuat 9 karakter seperti mendengarkan, menerima orang lain, kemampuan memprediksi, kekuatan persuasif, konseptualisasi, memperbaiki, melayani, komitmen pertumbuhan manusia, dan membangun komunitas.
“Implementasi teori Servant Leadership di atas dalam kepemimpinan AR Fachruddin sudah melampaui dari 9 karakter tersebut. Pak Ar telah melakukan hal itu, bahkan lebih. Maka kita sebut dengan Post-Servant Leader. Nilai-nilai yang dikembangkan Pak Ar ini adalah nilai-nilai yang bisa digunakan sebagai bekal bagi pemimpin di masa mendatang,” terangnya.
Selain itu, tingkatan psikologi kepemimpinan AR Fachruddin menukil perspektif John C Maxwell ada 5 tingkatan. Pertama, jabatan. Tahap ini menjadi langkah awal kepemimpinan AR Fachruddin yang menjadi Ketua PDM Yogyakarta, Kedua, perkenaan. Di mana Ar Fachruddin ditunjuk Muhammadiyah untuk berdakwah di daerah Sumatera Selatan. Ketiga, produktivitas. Banyaknya karya yang ditorehkan untuk memotivasi orang lain. Keempat, pemberdayaan. AR Fachruddin mendidik para kader-kader terbaik untuk menyiapkan kepemimpinan di masa depan. Kelima, puncak. Pada tahun 1985 AR Fachruddin berkeinginan berhenti, tapi diminta lanjut sampai tahun 1990. Itu dilakukan sebagai upaya regenerasi kepemimpinan.
“Kajian berdasarkan level tersebut, didapati bahwa kepemimpinan AR Fachruddin telah mencapai puncak atau level lima. Namun level tersebut hanya menggambarkan kepemimpinan khusus dalam lingkup organisasi. Sementara kepemimpinan AR Fachruddin juga dirasakan oleh masyarakat umum. Dengan demikian, dapat dikatakan kepemimpinan AR Fachruddin telah memenuhi ke lima level tersebut,” urainya.
Lebih lanjut, temuan Ikhwan dalam paradigma kepemimpinan Ar Fachruddin. Antara lain mendengarkan dan memberikan solusi, terbuka, empati, welas asih, toleransi. Selain itu, komitmen, sahaja, melayani bawahan dan masyarakat umum, mengembangkan religiusitas pribadi dan orang lain, demokratis, dan masih banyak lagi. Kesemuanya telah melebihi ciri kepemimpinan dan memenuhi level kepemimpinan menurut John C Maxwell.
“Maka model kepemimpinan AR Fachruddin berada pada posisi Post-Servant Leader. Kepemimpinan AR Fachruddin memenuhi bahkan melebihi semua karakter Servant Leader. Sehingga kepemimpinan beliau dapat dikatakan sebagai Post-Servant Leader. Level kepemimpinan AR Fachruddin juga telah memenuhi lima level menurut Maxwell,” katanya.
Ikhwan berharap penelitian selama 3 tahun (2020-2023) itu dapat dikaji ulang untuk melahirkan kepemimpinan AR Fachruddin di kemudian hari. Yang sangat langka dimiliki oleh pemimpin masa kini.
“Kita berharap Muhammadiyah melahirkan model kepemimpinan Ar Fachruddin siapapun itu. Kepemimpinan yang Servant Leader, kharismatik, transformatif, tetapi bertumpu pada religius dan spiritual sebagai asas. Ini menjadi penting agar di kemudian hari kriteria-kriteria yang dibuat oleh manusia kokoh berada di atas kriteria yang sifatnya Ilahiyah,” tandasnya. (Cris)