PASAMAN BARAT, Suara Muhammadiyah-Sabtu, 17 Juni 2023, Pondok Pesantren Islamic Centre Muhammadiyah Kinali sukses mengadakan Khataman Kitab Aqidatul Awwam karya Sayyid Ahmad Marzuqi Al-Hasani. Kegiatan ini diinisiasi oleh Ust M Agung Budiarto selaku Mudirul Ma’had. Jauh sebelum kegiatan khataman ini diselenggarakan, Pondok mengawalinya dengan mengadakan dauroh intensif selama 9 hari, dari tanggal 4-14 Mei 2023. Peserta berjumlah 65 santri yang terdiri dari kelas VII dan VIII. Target dari kegiatan tersebut adalah hifdzul matan (hafalan), dan syarhil matan (penjelasan dan pemahaman).
Dalam khutbah iftitah yang disampaikan oleh Mudirul Ma’had, terkuak alasan kenapa kegiatan seperti dauroh dan khataman ini perlu selenggarakan. Pertama, untuk membumikan kembali pengajaran kitab kuning/turots Islam di Pondok Pesantren Muhammadiyah. Berawal dari kegelisahan dari kalangan luar dan dalam persyarikatan, bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang minim ulama/kyai. Ulama/kyai yang dimaksud adalah mereka yang faqih dalam persoalan agama dan mempunyai kapasitas berupa ilmu-ilmu alat untuk memahami Al-Qur’an As-Sunnah. Dari hal ini, bisa dikatakan masih sedikit pondok pesantren Muhammadiyah yang mengajarkan pembelajaran kitab kuning, terutama Pondok-Pondok Muhammadiyah di daerah Pasaman Barat.
Oleh karena itu, pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Islamic Centre Muhammadiyah Kinali merupakan salah satu dari progam unggulan. Sehingga acara semacam khataman dan munaqosyah menjadi ajang untuk menguji, dan mengevaluasi. Kegiatan ini sepenuhnya masuk dalam Rancangan Anggaran Belanja Madrasah (RABM), yang beberapa waktu lalu telah dibuat.
Sebenarnya krisis kyai/ulama ini menjadi menjadi salah satu pangkal dari seluruh persoalan Peryarikatan Muhammadiyah. Sehingga sering kita dengar bahwa Muhammadiyah itu susah mengadakan pengajian. Kalaupun ada biasanya yang datang sedikit. Dan yang paling perlu mendapatkan perhatian adalah kritikan bahwa Muhammadiyah selalu gagal dan payah ketika ingin membangun pondok pesantren. Tentunya pernyataan ini tidak bersifat umum, hanya disebagian tempat saja. Namun wallahu a’lam, apakah sebagian dikit atau sebagian banyak. Marilah kita bermuhasabah diri.
Apabila ada yang bertanya kenapa kitab yang dikaji dimulai dari bidang akidah. Untuk menjawab hal ini Ust M Agung Budiarto menyampaikan bahwa Ilmu akidah dan tauhid adalah ilmu yang mengantarkan seseorang untuk menganal Allah dan Rosul-Nya. Redaksi yang tercantum dalam lembaran kitab para ulama disebut ma’rifatullah dan ma’rifaturosul. Para ulama sepakat bahwa kewijiban pertama bagi seseorang yang telah mukallaf adalah mengenal Allah dan Rosul-Nya.
Para ulama mengklasifikasikan ilmu akidah dan tauhid ini sebagai ilmu fardhu ‘ain. Ia harus lebih dahulu diajarkan dan diperhatikan dari ilmu-ilmu yang lain. Persoalan pendidikan modern saat ini adalah memprioritaskan ilmu fardhu kifayah daripada fardhu ‘ain. Contoh sederhananya, seperti ada pelajar pandai mata pelajaran sains, namun cara pandangnya sekuler. Ada juga yang unggul dengan segudang pretasi, akan tetapi tidak tahu sifat-sifat Allah.
Realitas pendidikan yang demikian tentunya tidak boleh terjadi dalam penyelengaraan pendidikan di Muhammadiyah. Kebijakan seorang pendidik ketika salah memprioritaskan ilmu fardhu kifayah dengan fardhu ‘ain adalah perbuatan yang tidak beradab. Demikian yang dikampenyakan oleh S.M.N Al-Attas.
Diharapkan akidah/tauhid ini bisa menjadi worldview para santri dalam menghadapi realitas wujud ini. Ilmu yang dikaji dan dihafal tidak hanya berhenti sebagai knowledge saja, namun harus menjadi framework dalam seluruh aktivitas kehidupan.
Tema yang diusung dalam kegiatan khataman kitab ini adalah “membumikan kembali turots islam, menuju santri berkemajuan”. Tema ini mengandung 2 makna yang mendalam (1) semangat untuk menghidupkan tradisi pembacaan kitab warisan para ulama, (2) mendefinikan makna berkemajuan, yaitu terus berdinamisasi dengan zaman tanpa melupakan khazanah masa lalu yang telah diwariskan. Sebuah harapan besar bahwa suatu saat PP Islamic Centre bisa melahirkan ulama yang khosyah dan rosikh fi ‘ilmi.
Dalam acara khataman tersebut tidak hanya sekedar pemakaian slempang dan pemberian syahadah. Dari 65 santri yang mengikuti dauroh, 37 diantaranya telah menyelesaikan hafalan matan kitab akidatul awwam. Sehingga mereka juga diuji satu persatu dihadapan semua santri, wali santri dan asatidz. Para santri diuji langsung Mudirul Ma’had, Ust M Agung Budiarto dengan pertanyaan seperti : penjelasan tentang ini ada di halaman berapa, ada dibait ke berapa, dan bagaimana bunyi matannya.
Para wali santri yang hadir cukup mengapresisasi kegiatan ini. Pondok yang baru satu tahun berdiri namun sudah bisa menyelenggarakan pembelajaran dan kegiatan yang semacam ini. Insyallah pada tahun ke-2 nanti akan diprogamkan pembelajaran ilmu nahwu dengan kitab Sahta karangan K.H Makmun Pitoyo, pengasuh Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Temanggung yang sekaligus guru dari Ust M Agung Budiarto. Sehingga pada tahun ke-2 nanti sudah terencana ada 2 agenda khataman kitab, yaitu Kitab Akidatul Awwam untuk kelas VII, dan Kitab Sahta untuk kelas VIII.