YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meresmikan SM Tower & Covention di Yogyakarta (24/6/2023). Peresmian itu didampingi oleh Direktur Utama PT SCM Deni Asy’ari Datuk Marajo, Dewan Redaksi SM Muchlas Abror, serta para ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto, Irwan Akib, Syamsul Anwar, Agus Taufiqurrahman, Anwar Abbas; Ketua Umum PP Aisyiyah Salmah Orbayinah, Ketua PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini. Prosesi yang berlangsung di ballroom SM Tower itu turut dihadiri oleh banyak tokoh, termasuk Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat, perwakilan Kapolda DIY, serta para rektor dan ketua PWM se-Jawa.
Menurut Haedar Nashir, SM Tower melekat dengan Suara Muhammadiyah. “Suara Muhammadiyah adalah media massa resmi milik Muhammadiyah,” tuturnya. Suara Muhammadiyah telah menjadi brand yakni karakter atau ciri khas dari suatu produk yang membedakan dengan lainnya, sekaligus melekat dengan sejarah Muhammadiyah.
Haedar mengaku punya hubungan emosional yang sangat dekat dengan Suara Muhammadiyah. Itulah sebabnya, Haedar mengaku terharu dengan perkembangan SM yang begitu rupa. “Kenapa terharu? Karena saya tahu perkembangannya,” kata Haedar yang tumbuh dan menjadi bagian dari perjalanan Suara Muhammadiyah sejak usia muda.
Kiprah Haedar di SM dimulai dari nol. “Ketika saya menjadi wartawan lepas di SM, waktu itu Pemimpin Umumnya Pak Djazman Al Kindi,” katanya. Haedar masuk ke SM dan menjalani kehidupan sebagai wartawan. Haedar juga sempat mengalami masa kepemimpinan para wartawan senior di Suara Muhammadiyah seperti Muhammad Diponegoro, Ajib Hamzah, dan lain-lain.
Para wartawan senior di SM mendidik Haedar dengan disiplin tinggi dan terkesan keras. Perlahan, Haedar terus mengasah kemampuannya menulis. Tidak hanya di Suara Muhammadiyah, Haedar juga terus menulis di media-media lainnya. Antara lain, Haedar menulis di Kedaulatan Rakyat, Kompas, Republika, dan lainnya.
Haedar terus berproses di Suara Muhammadiyah. Dari wartawan lepas yang tulisannya dirobek atau dibuang ke tong sampah, sampai akhirnya menjadi Pemimpin Redaksi dan Pimpinan Umum Suara Muhammadiyah. Sebab itu, transformasi Suara Muhammadiyah hari ini punya nilai yang sangat penting bagi Haedar Nashir.
“Satu-persatu, media-media Islam lain meninggal dunia,” tutur Haedar. Ia mengajak para pengurus Suara Muhammadiyah untuk berkaca pada keruntuhan media-media lainnya. Supaya SM bertahan, harus dilakukan dua hal: (1) pembaharuan majalah dari sisi keredaksian, dan (2) memperkuat sisi lain yang menopang bisnis percetakan.
Haedar Nashir mengapresiasi masyarakat bawah yang terus konsisten menjadikan Suara Muhammadiyah sebagai bacaan utama. Menurutnya, hal itu penting untuk memberi bekal wawasan bagi segenap warga. “SM bisa bertahan karena, pertama, punya warga atau jamaah yang terus setia berlangganan Suara Muhammadiyah,” ujarnya. SM bisa bertahan karena inner dinamic atau kegigihannya. Kedua, Suara Muhammadiyah bertahan karena dimensi bisnis. Pernah kita punya tangguhan utang hingga 5 Milyar. “Kita putihkan semuanya.” Para agen SM di bawah, kebanyakan bukan orang berpunya, maka diputihkan.
Dimensi bisnis dimulai di era akhir hingga wafatnya Pak Didik Sujarwo. Sebagai pengganti, ditunjuklah Deni Asy’ari. Di mata Haedar, Deni dinilai sebagai anak muda yang berani dan kreatif serta punya jiwa dan bakat berbisnis. “Mas Deni saat itu gagal menjadi Ketua DPP IMM, tapi ternyata ada hikmahnya,” kata Haedar berkelakar. Deni berhasil membawa perubahan di Suara Muhammadiyah.
Dari perjuangan Deni, berbagai dimensi bisnis Suara Muhammadiyah lahir. Sampai akhirnya melahirkan SM Tower di tahun 2023. Inilah hotel pertama yang lahir dari bisnis media di Suara Muhammadiyah. “Ini hasil dari perjuangan panjang,” ujar Haedar Nashir. SM sebagaimana Amal-Amal Usaha Muhammadiyah lainnya, lahir dari perjuangan yang tidak instan. “Kita meniru itu dari Kiai Dahlan.”
Haedar mengingatkan warga Muhammadiyah untuk memahami bahwa sekarang zamannya kolaborasi. Berkolaborasi dengan siapa saja itu boleh. Jangan sampai terlalu kaku dan sampai tidak bisa bertahan. Muhammadiyah memahami Islam sebagai agama yang menyeimbangkan orientasi duniawi dan ukhrawi. “Jangan negatif terus terhadap dunia, terhadap kekuasaan.”
Selama memimpin Muhammadiyah, Haedar mengaku bertemu banyak tokoh dari berbagai kalangan dengan ragam latar belakang. Mereka menitipkan harapan besar. Mereka mengapresiasi Muhammadiyah. “Muhammadiyah dinilai punya trust dan integritas. Yang terakhir yang belum, isi tas,” ujarnya.
SM Tower adalah hotel Muhammadiyah plus. Sudah lama warga Muhammadiyah mendambakan hotel yang representatif milik Persyarikatan di pusat kota. SM Tower hadir sebagai gedung artistik delapan lantai perpaduan modern dan klasik khas Yogya yang berada di lintasan jalan utama yang dekat dengan km 0 yang bernuansa bangunan cagar budaya. SM Tower berkelas Bintang 3 dengan fasilitas hotel bintang 4 yang lengkap dan modern. SM Tower dibangun dengan kekuatan sendiri yang selesai dalam waktu 1 tahun 4 bulan dengan model swakelola di bawah PT Syarikat Cahaya Media.
SM Tower, kata Haedar, tidak sekedar hotel tempat menginap. Gedung kebanggaan SM ini juga sebagai rumah baca dan rumah inspiratif bagi penghuninya. Setiap kamar difasilitasi majalah SM dan buku-buku produk Muhammadiyah untuk menjaga tradisi literasi “Iqra” di Muhammadiyah sebagaimana spirit awal lahirnya SM. Khusus majalah SM dapat dibawa pulang bagi yang memerlukannya.
SM Tower adalah tonggak baru yang menyatu dengan sejarah kepeloporan dan perkembangan Suara Muhammadiyah sebagai amal usaha yang terus bertumbuh secara mandiri dengan diversifikasi usaha yang bergerak maju. SM Tower membersamai amal usaha lain di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi milik Persyarikatan untuk menjadi center of excellent atau pusat keunggulan Muhammadiyah. SM Tower dan usaha SM keseluruhan dapat bertumbuhkembang menjadi pilar strategis dan kebanggaan Persyarikatan di era persaingan nasional dan global dalam mewujudkan misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam Berkemajuan. (Ribas)