Oleh: Donny Syofyan
Kita memiliki Al-Qur’an sebagai panduan Ilahiah tentang bagaimana menjalani kehidupan yang utuh, seimbang, dan sukses. Ketika membeli sebuah produk, kita biasanya mendapatkan manual yang berisi informasi yang disiapkan oleh pabrik yang menginformasikan tentang cara menggunakan produk itu dengan cara terbaik untuk hasil yang maksimal dan ideal. Pertanyaannya, bagaimana dengan manusia? Apakah manusia juga diberikan manual oleh penciptanya? Kita sebagai Muslim percaya bahwa manual bagi kita adalah Al-Qur’an yang mulia. Ini membuat kita semua antusias menjadi Muslim.
Persoalan sekarang adalah banyak orang yang masih mencari manual kehidupan. Mereka tidak tahu harus mengikuti apa. Kadang-kadang kita mendengar para ilmuwan yang menyampaikan hasil studi tentang makanan yang baik dan sehat. Beberapa waktu kemudian justru keluar hasil riset mutakhir berbeda bahkan menentang riset sebelumnya. Ujung-ujungnya, orang bingung mana yang baik dan buruk. Ketika melihat dari perspektif yang lebih luas, orang-orang mulai menyadari bahwa mereka adakalanya kebingungan. Apa sebenarnya yang harus mereka lakukan? Apa yang baik dan buruk?
Secara alamiah, manusia berpaling kepada kitab suci agama sebagai panduan menjalani kehidupan. Kitab suci adalah manual Tuhan yang mengajarikan manusia cara menjalani hidup. Tuntunan ini berasal dari sudut pandang Tuhan, kecerdasan Tuhan, dan kebijaksanaan Tuhan. Jadi itu tentu tepat dan cocok bagi manusia sebagai makhluk-Nya. Tetapi ketika ditelaah pelbagai kitab suci yang ada, kita bakal melihat bahwa kitab-kitab suci yang umumnya ditulis sejak lama berisi ajaran-ajaran yang sangat berbeda dari ide-ide modern saat ini. Sulit bagi manusia modern untuk sepenuhnya menjadikan kitab-kitab ini sebagai panduan serius dalam semua aspek kehidupan.
Ambil contoh, perempuan telah lama memperjuangkan hak-haknya. Begitu membaca sejumlah kitab suci ini, banyak yang menemukan bahwa hak-hak perempuan tidak terwakili dengan benar. Banyak perempuan bingung dan akhirnya tidak nyaman mengikuti kitab-kitab tersebut. Mereka tidak melihat bagaimana kitab-kitab itu mampu menjadi panduan bagi mereka. Dan itu tidak hanya dalam hak-hak perempuan, tapi juga di beragam bidang.
Bagaimana dengan masalah rasisme? Dan bagaimana kita memperlakukan berbagai segmen masyarakat? Bagaimana kita hidup lewat pernikahan? Bagaimana kita berinteraksi dengan masyarakat yang lebih luas? Bagaimana negara berhubungan satu sama lain dalam hal hukum internasional? Dalam banyak hal ini, kita menemukan bahwa banyak kitab suci sebelumnya yang kurang dan tidak berbicara tentang kebutuhan, aspirasi dan pola pikir orang modern.
Karenanya, tidak sedikit orang-orang yang masih berjuang mencari panduan dari pemilik semesta guna mendapatkan cara hidup terbaik dengan hasil maksimal. Lalu, apakah Islam menawarkan solusi untuk ini? Ya. Al-Qur’an adalah kiab suci untuk Muslim dan umat manusia sebagai firman Tuhan. Al-Qur’an adalah manual pemilik alam tentang cara hidup. Tetapi pada saat yang sama Kitabullah ini juga merupakan dokumen yang sangat praktis yang memberi tuntunan tentang hal-hal yang kita dapatkan dan perjuangkan secara panjang dan keras di luar konteks Al-Qur’an. Dan Al-Quran berbicara tentang masalah itu sejak 1400 tahun lalu.
Sebagai misal, lagi-lagi mengenai hak-hak perempuan. Al-Qur’an berbicara banyak tentang hak-hak perempuan. Ada satu surah dalam Al-Qur’an yang dikenal An-Nisa yang bermakna wanita. Ia adalah surah keempat dari Al-Qur’an karena berkaitan dengan hak-hak perempuan. Ada surah lain, yakni surah ke-65 bernama Ath-Talaq, yang berarti perceraian. Kedua surah ini berbicara banyak tentang perempuan. Dalam banyak kitab tafsir, surah An Nisa biasa disebut surat An Nisa Al Kubra (surat An Nisa besar) sedangkan surat Ath Thalaq disebut surat An Nisa Ash-Shughra (surat An Nisa kecil).
Surah Ath-Talaq sangat menekankan hak-hak perempuan. Kita melihat bahwa konsep modern sudah menjadi sesuatu yang dibahas dalam Al-Qur’an, yang mengajar kita untuk memenuhi hak-hak dan tanggung jawab. Konsep modern menekankan agar tiap warga negara melaksanakan dan memenuhi tanggung jawab kepada semua orang.
Kita juga menyaksikan Al-Qur’an menyinggung rasisme. Dalam surah Al-Hujurat ayat ke-13, Allah berfirman, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” Lewat surah ini, kita memahami bahwa Allah menciptakan manusia lewat perbedaan, dan ini semua adalah bagian dari tanda-tanda keagungan-Nya. Begitulah cara Tuhan menginginkannya. Tuhan telah menciptakan taman yang berwarna-warni daripada satu taman dengan jenis dan warna yang terlihat sama. Semuanya memiliki warna yang sama.
Jadi ada kebijaksanaan dalam proses penciptaan oleh Allah, bahwa Al-Qur’an mengajarkan kita untuk menjalani kehidupan yang benar bagi diri kita sendiri. Ia mengajarkan kita bagaimana menjadi orang yang baik dan utuh. Makan dan diet dengan benar. Al-Qur’an mendidik kita untuk menjaga diri kita tetap bersih. Tuhan mencintai mereka yang menjaga diri mereka tetap bersih. Al-Qur’an menyuruh kita mengonsumsi makan yang baik dan halal. Saat ini orang sibuk berbicara tentang makanan sehat. Al-Qur’an mengajarkan kita bagaimana hidup dalam keluarga, bagaimana hidup dalam masyarakat, bagaimana bangsa-bangsa dapat berdamai satu sama lain.
Maka apa yang diberikan Al-Qur’an kepada kita dan dunia modern? Pertama-tama Al-Qur’an memberdayakan kita untuk menjadi orang yang utuh, menjadi warga negara yang baik dan ideal di mana pun kita berada, menjadi baik bagi semua orang, bermanfaat bagi lingkungan kita, bahkan tumbuhan dan hewan. Dengan memberdayakan kita, maka Al-Qur’an memberi kita panduan sang pemilik alam tentang bagaimana untuk hidup dengan benar. Panduan Allah tentang cara hidup berfungsi mewujudkan hasil terbaik dan ideal dalam kehidupan ini.
Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas