BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Selatan (RSMBS) secara resmi telah memperoleh Surat Izin Operasional (SIO). Dengan demikian, RSMBS mulai melaksanakan tugasnya melayani masyarakat untuk memperoleh jaminan kesehatan secara merata. SIO diserahkan secara langsung dalam rangkaian kegiatan tasyakuran, Kamis (6/7).
Turut hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Ketua PP Muhammadiyah dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes, Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr H Dadang Kahmad, MSi, Ketua PP Muhammadiyah Dr H Agung Danarto, MAg, Sekretaris PP Muhammadiyah M Izzul Muslimin, SIP, dan Ketua PP Aisyiyah Dr Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM., MSi.
Selain itu dalam agenda yang digelar dengan khidmat pada siang hari ini juga dihadiri Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammdiyah Dr (HC) H Adi Hidayat, Lc., MA Ketua MPKU PP Muhammadiyah Dr Drs H Agus Samsuddin, MM, Bupati Kabupaten Bandung Selatan Dr HM Dadang Supriatna, SIP., MSi dan Yendra Fahmi selaku donatur pembangunan RSMBS.
Menurut Haedar Nashir, dirinya sangat bersyukur dengan keluarnya SIO RSMBS ini. Haedar mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak dan stakeholder yang telah turut serta membantu dalam proses pembangunan RSMBS.
“Terima kasih juga kepada Pak bupati dan seluruh jajaran, yang mungkin setiap hari waktunya kita ganggu untuk ini. Alhamdulillah mereka ini menjalankan amanat negara dengan benar untuk pelayanan masyarakat,” katanya.
RSMBS berdiri di atas lahan 1,1 hektar ini dibangun dengan konsep atau arsitektur modern dan ramah lingkungan. Selain itu, bangunan setinggi 4 lantai ini memiliki 21 kamar rawat, masjid dua lantai dan berbagai layanan umum dan spesialis dari Unit Gawat Darurat hingga operasi. Inilah bukti nyata pembangunan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang konsisten mengikuti sistem dan tata aturan yang berlaku di Indonesia.
“Kami Muhammadiyah bersama pemerintah dari pusat sampai bawah berusaha untuk menyejahterakan jiwa dan jasad masyarakat. Karena Muhammadiyah ikut membantu meringankan beban negara,” tuturnya.
Haedar menambahkan jika saat ini Muhammadiyah setidaknya memiliki 125 RS di Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan jumlahnya bakal bertambah khususnya di wilayah Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Muhammadiyah di Papua telah memulai pelayanan kesehatan dengan Klinik Islam Muhammadiyah Merauke. Ke depan klinik tersebut akan dikembangkan menjadi rumah sakit. Praktik baik mendirikan rumah sakit tersebut akan menyeberang sampai ke NTT.
Dengan penambahan ini maka menunjukkan eksistensi dari kiprah nyata Muhammadiyah di dalam meringankan tugas Pemerintah. “Kami tahu DNA warga Muhammadiyah, termasuk ‘Aisyiyah adalah memberi,” jelasnya.
Menurutnya DNA memberi yang dimiliki oleh Muhammadiyah ditetaskan oleh KH. Ahmad Dahlan. Ajaran materi keagamaan bersumber Al Qur’an bagi Kiai Dahlan tidak cukup dihafal, tapi diamalkan untuk membantu meringankan masalah bangsa Indonesia yang saat itu masih dalam kondisi dijajah. “Islam yang disadari dan dipahami oleh Kiai Dahlan adalah yang menjawab problem kemanusiaan, lingkungan dan situasi yang berkembang,” jelasnya.
Di sisi lain, Agus Samsudin menginformasikan bahwa dalam waktu dekat Muhammadiyah juga akan meresmikan rumah sakit di Kabupaten Sleman. Menurutnya, ini bagian dari kuatnya semangat ta’awun yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Terkait dengan pengembangan rumah sakit di daerah-daerah, MPKU menerapkan model regionalisasi. Yakni usaha menghidupkan dan mengembangkan pelayanan rumah sakit di daerah-daerah yang dimotori oleh rumah-rumah sakit Muhammadiyah yang besar di daerah tersebut. (ppmuh/cris)