BANTUL, Suara Muhammadiyah – Transformasi adalah keniscayaan. Itulah yang tampak pada lingkungan Masjid Al Muharram Dusun Brajan, Tamantirto, Bantul DIY. Di mana telah melakukan usaha transformasi terbarukan dengan mengaplikasikan lisrik bertenaga surya untuk menjalankan keberfungsian masjid sebagai tempat mendakwahkan Islam berbasis jamaah.
Keberadaan tenaga surya itu merupakan kolaborasi Masjid Al Muharram melalui program Sedekah Energi yang diinisiasi oleh MOSAIC (Muslims for Shared Actions on Climate Impact). Selaku Ketua Takmir Masjid Al Muharram, Ananto Isworo, mengaku sangat bersyukur dan bahagia dengan hadirnya listrik bertenaga surya di lingkungan masjdinya. Menurutnya hal tersebut sangat membantukan aktivitas dakwah komunitas di lingkungan sekitar.
“Alhamdulillah telah terpasang tenaga listrik bertenaga surya. Ini sebagai mimpi kami sejak tahun 2013 dari program terpadu Eco-Masjid. Yaitu bangunan arsitektur yang ramah lingkungan dan memanfaatkan semaksimal mungkin cahaya utama dari matahari,” ujarnya saat meresmikan panel surya listrik Sabtu (15/7).
Ananto mengatakan awal mula hadirnya listrik bertenaga surya ketika dirinya menjadi takmir pada tahun 2010. Di situ terdapat mimpi besar yang diwujudkan dengan program Eco-Masjid. Program Eco-Masjid ini memiliki 7 program utama, yakni bangunan ramah lingkungan, penghijauan sekitar masjid, memanen air hujan atau wudu, gerakan sedekah sampah berbasis masjid, masjid ramah difabel, masjid ramah anak, dan masjid dengan tenaga terbarukan.
“Ini menjadi mimpi kami sejak tahun 2013. Dan kami berusaha terus-menerus untuk mewujudkan hal itu. Jadi hari ini adalah program ke tujuh dari Eco-Masjid yang baru bisa kita penuhi,” katanya.
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY ini juga menuturkan jika kapasitas dari tenaga surya di Masjid Al Muharram sebesar 43 ribu watt. Dua unit inverter, dan dua unit baterai juga telah terpasang. “Maka ini dapat memberikan bermanfaat untuk kebutuhan listrik operasional masjid. 100 persen masjid sudah dibackup dengan tenaga surya, termasuk acara ini. Alhamdulillah aman, bahkan tidak mengurangi sedikit pun cadangan di bateri, tapi murni dari panel langsung ke listrik,” ucapnya.
Ananto menuturkan jika keberadaan listrik bertenaga surya di Masjid Al Muharram sangat membantu aktivitas masjid. Tidak lagi merasa kalang kabut jika terjadi pemadaman listrik. Sehingga dirinya mendorong kepada warga masyarakat agar merawat semaksimal mungkin panel tersebut.
“Jadi manfaat yang terbesar bagi kami adalah kami tidak lagi was-was. Kalau ada kegiatan siang-malam selama 24 jam kami bisa menghidupkan lampu. Insyaallah tenaga surya akan membackup dan itu gratis. Sehingga masyarakat mendapat tidak hanya kemudian akses listrik yang bersih, tetapi juga hati lebih khusyuk beribadah,” jelasnya.
Ananto menambahkan jika terdapat pelatihan pengoperasian dan perawatan, di mana telah dilakukan kepada 17 laki-laki dan 13 perempuan setempat. “Melalui transfer pengetahuan ini, diharapkan warga dan jamaah dapat mengambil peran dalam pemeliharaan mandiri. Sehingga panel surya dapat berfungsi dengan baik hingga 25 tahun mendatang,” imbuhnya.
Sementara Dewan Pengarah MOSAIC Dr Ir Gatot Supangkat, MP., IPM mengungkapkan program implementasi program Sedekah Energi bukan kali ini pertama. Tetapi telah berjalan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. “Sudah ada dua, satu di Lombok yang Lombok Timur, Sembalun itu di ponpes masjidnya, tapi bahkan digunakan untuk mengaktifkan air,” tuturnya.
Baginya keberadaan masjid selain jadi rumah ibadah, pada saat bersamaan juga berfungsi sebagai pusat kegiataan masyarakat dan penyebaran syiar Islam. Dan itulah yang kemudian dibuktikan di Masjid Al Muharram. “Kami mengapresiasi berbagai inisiatif lingkungan di Masjid Al Muharram. Karena menunjukkan komitmen nyata bagaimana ajaran Islam sangat terkait dan peduli terhadap pelestarian lingkungan,” katanya.
Gatot menambahkan, melalui Sedekah Energi, Mosaic berupaya mendorong penggunaan energi yang tidak merusak lingkungan dan minim emisi sebagai salah satu solusi dari krisis iklim. Selain itu, MOSAIC juga mendorong kolaborasi kelompok muslim, termasuk komunitas masjid. Hal itu untuk muncul sebagai pemimpin rahmatan lil-‘alamin dalam menjawab tantangan dampak iklim melalui pendekatan yang sejalan dengan nilai-nilai keislaman.
Elok Faiqotul Mutia selaku Koordinator Sedekah Energi menjelaskan bahwa Sedekah Energi di Yogyakarta ini terwujud dari berbagai upaya kampanye digital dan crowdfunding yang dilakukan. Di mana sebanyak 5538 orang telah ikut bersedekah energi hanya dalam waktu dua bulan. “Ini menunjukkan antusiasme yang besar dari komunitas muslim untuk ikut berkontribusi mewujudkan energi terbarukan, khususnya melalui pemakmuran masjid,” tandasnya. (Cris)