YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Indonesia menjadi negara rawan terjadinya bencana alam. Salah satunya berupa gempa bumi. Kejadian ini kerap melanda negeri bak zamrud khatulistiwa, yang menjadikan warga masyarakat mesti mendapat edukasi lebih dini hal ihwal kebencanaan gempa bumi.
Untuk merespons hal tersebut, SMA Muhammadiyah 1 (SMA Muhi) Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan Simulasi Kedaruratan Gempa Bumi pada Jumat (21/7). Dengan mengusung tema “Sekolah Tangguh Merengkuh Prestasi.” Kegiatan ini diikuti oleh 1203 siswa merupakan bagian dari kerja sama dari Plan International Indonesia.
Menurut Drs H Hery Nugroho, MPd selaku Kepala Sekolah pihaknya sangat mengapresiasi atas berjalannya kegiatan tersebut. Pihaknya juga menyampaikan terima kasih atas kerja sama beberapa pihak, sehingga kegiatan pelatihan penanggulangan bencana ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
“Alhamdulillah hari ini kami berbahagia dan bersyukur bisa melaksanakan kegiatan simulasi kesiagsiagaan kedaruratan gempa bumi di sekolah. Dan siswa kami bisa berpartisapi mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir,” ujarnya saat dimintai keterangan oleh Suara Muhammadiyah.
Hery mengatakan jika penyelenggaraan kegiatan ini merupakan bagian program sekolah yang masuk ke dalam kegiatan ekstrakulikuler. Hal ini berorientasi untuk mengetahui sejauh mana eksistensi warga sekolah di dalam menghadapi kebencanaan yang melanda.
“Ini memang kami upayakan bisa dilaksanakan pada hari ini untuk mencoba sejauh mana semua peserta didik dan juga bapak-ibu guru apabila ada bencana alam dan bagaimana menghadapinya. Dan simulasi ini adalah simulasi gempa bumi, Alhamdulillah berjalan sangat lancar,” tuturnya.
Hery mengungkapkan jika Wilayah Yogyakarta merupakan wilayah rawan terjadinya gempa bumi. Tidak menutup kemungkinan wilayah-wilayah lain yang terlewati jalur cincin api (ring of fire). Oleh karenanya, pihaknya berusaha untuk menggeliatkan kegiatan-kegiatan edukatif seputar kebencanaan. Sehingga para peserta didik dapat memahaminya dan mempraktikannya apabila terjadi bencana alam yang terjadi secara sekonyong-konyong.
“Kita di Yogyakarta rawan bencana. Kita sering gempa dan di utara ada Gunung Merapi. Sehingga kegiatan ini kami harapkan menjadi hal rutin setiap tahunnya. Setiap anak harus paham dan bapak-ibu guru harus memahami bagaimana kalau ada bencana apa yang mesti dilakukan. Itu sangat penting untuk memastikan kepada orang tua wali murid bahwa sekolah di sini sudah antisipatif terhadap bencana,” jelasnya.
Hery menuturkan jika kegiatan ini tidak stagnan pada bencana alam gempa bumi. Tetapi ke depan akan dikembangkan lebih lanjut hal ihwal kebencanaan lain seperti banjir, kebakaran, dan letusan gunung api. Dari situ, maka peserta didik memperoleh ilmu mengenai kebencanaan alam berikut mekanisme penanggulangannya secara komprehensif, sehingga dapat ditransferkan kepada masyarakat luas.
Seturut dengan itu, Indrijati Rahayoe selaku Chief Human Resources and Community Investment Officer Prudential Indonesia yang turut hadir mengungkapkan pihaknya sangat mendukung kegiatan tersebut. Sebab menurutnya ini sangat baik untuk dijadikan bekal bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan kebencanaan alam di masa depan.
“Acara hari ini luar biasa, bahwa ternyata pengetahuan penanggulangan bencana sudah di mulai dari sekolah. Itu merupakan suatu kebanggan tersendiri buat saya,” katanya.
Indri berharap dengan kegiatan tersebut warga sekolah sadar diri bagaimana tata cara melindungi diri atas bencana yang melanda. Tidak kalang kabut, tetapi mampu menyelamatkan diri sendiri dan juga orang lain, khususunya anggota keluarga.
“Semoga dengan awal ini masyarakat di Yogyakarta makin sadar bagaimana melindungi diri bencana. Syukur-syukur bisa melindungi keluarga dan orang lain,” ungkapnya.
Indri juga berharap dengan kegiatan simulasi kebencanaan yang digelar di Yogyakarta bisa dilaksanakan di tempat lain. Sehingga dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta perbendaharaan yang jumlahnya lebih banyak. (Cris)