Oleh: Suko Wahyudi
Nabiyullah Nuh AS adalah Rasul pertama yang Allah SwT utus untuk berdakwah menyeru manusia kepada jalan yang benar dan menarik mereka kepada cahaya kebenaran. Beliau diutus pada kurun kedua setelah turunnya Adam ke muka bumi. Ketika itu, kerusakan telah merajalela dan tersebar di tengah-tengah kaum beliau. Mereka terang-teangan melakukan kekafiran, kefasikan, dan durhaka kepada Allah SwT.
اِنَّآ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖٓ اَنْ اَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ (١) قَالَ يٰقَوْمِ اِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌۙ (٢) اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاتَّقُوْهُ وَاَطِيْعُوْنِۙ (٣)
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih.” Dia (Nuh) berkata, “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku, (Nuh [71]: 1-3)
Nama lengkap Nabi Nuh bin Lamik bin Matwasyalakh bin Khanukh (Idris) bin Yarad bin Mahlayil bin Qanin bin Anwasy bin Syits bin Adam. Beliau diutus kepada Bani Rasib. Awalnya Bani Rasib merupakan penduduk yang bertakwa dan selalu beribadah kepada Allah SwT. Mereka adalah kaum yang shalih dan taat menjalankan perintah-perintah-Nya. Bahkan ada lima orang laki-laki yang terkenal keshalihannya di antara penduduk Bani Rasib. Kelima laki-laki tersebut adalah Wadd, Suwwa, Yaghut, Yauq, dan Nasr.
Nabi Nuh AS hidup lama dan diberi umur yang panjang, bahkan beliau adalah nabi yang paling panjang umurnya dan paling besar perjuangan dakwahnya. Beliau adalah nabi yang paling banyak mendapat tantangan, paling banyak penderitaan, tapi tetap teguh, sabar, tabah dan terus berjuang mengemban tugas dakwah yang dipikulkan Allah SwT. Beliau tidak berhenti berdakwah menyeru kaumnya selama 950 tahun, tetapi yang beriman kepada risalahnya hanya sedikit dari kaumnya, sebagaimana disebutkan Allah SwT dalam firman-Nya,
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ (١٤)
Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selam seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Al-Ankabut [29]: 14)
Umat Nabi Nuh AS adalah umat yang pertamakali melakukan penyembahan terhadap berhala di muka bumi. Mereka menyekutukan Allah SwT, menyembah patung-patung, menjadikan selain Allah SwT sebagai tuhan-tuhan, meyakini tuhan-tuhan tersebut bisa mendatangkan manfaat dan madharat, dan menduga tuhan-tuhan tersebut melihat, mendengar, bahkan berakal.
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ (٢١٣)
Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara sesama manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. (Al-Baqarah [2]: 213)
Munculnya penyimpangan akidah ini berawal ketika lima orang shalih yang ada di tengah-tengah mereka satu persatu meninggalkan mereka. Ketika orang shalih tersebut meninggal dunia, setan dengan penuh tipu daya mewahyukan kepada umat Nabi Nuh AS agar mereka membuat patung orang-orang shalih tersebut dan memberinya nama dengan nama-nama mereka. Mereka pun melaksanakan perintah setan.
وَقَالُوْا لَا تَذَرُنَّ اٰلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ەۙ وَّلَا يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًاۚ (٢٣)
Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’ Yau’q dan Nasr. (Nuh [71]: 23)
Wadd, Suwa’, Ya’uq, Yaghuts dan Nasr mereka adalah nama-nama orang shalih kaum Nuh. Ketika mereka meninggal dunia maka syaitan membisikkan kepada kaum mereka agar membuat patung-patung di tempat-tempat mereka beribadah dan mereka menamakan patung-patung itu dengan nama-nama mereka. Pada awalnya patung-patung itu tidak disembah, namun ketika generasi mereka telah habis dan ilmu terkikis, akhirnya patung-patung tersebut disembah, dan dengannya mereka meminta hujan, sehingga para keturunan mereka pun menyembahnya.
Dari kenyataan yang terjadi pada umat Nabi Nuh tersebut, Nabi Muhammad SaW sebagai pembawa estafet dakwah para nabi dan rasul mengingatkan umatnya akan bahayanya berlebih-lebihan dalam menyanjung dan memuji orang-orang shalih. Sikap berlebihan terhadap orang shalih adalah sebab paling awal yang menjerumuskan anak Adam pada perbuatan syirik besar. Rasulullah SaW bersabda, “Janganlah kalian memujiku sebagaimana orang nashrani memuji Isa bin Maryam, aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah ‘ Hamba Allah dan RasulNya” (HR. Bukhari).
Hadist di atas menunjukkan Muhammad SaW adalah hamba Allah yang tidak boleh dipuji secara berlebihan, dengan pujian yang hanya layak ditujukan kepada Allah, dan Muhammad SaW adalah rasul Allah yang tidak boleh didustakan. Nabi saja melarang umatnya untuk bersikap berlebihan kepadanya, sedangkan beliau adalah manusia yang paling mulia kedudukannya di sisi Allah. Sehingga bersikap berlebihan kepada orang shalih yang kedudukannya di bawah beliau, tentu lebih layak untuk dilarang.
Kaum Nabi Nuh AS terus larut dalam penyembahan terhadap selain Allah SwT. Para pembesar kaumnya menyerukan agar tidak meninggalkan penyembahan terhadap patung-patung tersebut. Dengan nasihat-nasihat yang penuh tipu muslihat mereka mengajak orang-orang lemah untuk menyembah nenek moyangnya. Mereka juga saling mewariskan nasihat-nasihat di anatara sesama mereka, bahkan, salah seorang dari mereka memanggul anaknya di atas pundaknya, berdiri dengannya di hadapan Nabi Nuh AS dan mengatakan, “Hai anakku, jika engkau hidup dan aku meninggal dunia, berhati-hatilah terhadap orang ini, karena ia orang gila dan kehancuran manusia disebabkan tangannya.”
Mereka tidak menghiraukan dakwah Nabi Nuh, bahkan mereka mencela, mencemooh dan merendahkan beliau. Apabila Nabi Nuh berdakwah kepada mereka justru mereka berlari dan menjauh. Beliau pernah mengajak seseorang untuk beriman kepada Allah SwT, tapi orang tersebut menutup kepala dengan pakaiannya dan meletakkan jari-jarinya di kedua telinganya, agar tidak mendengar sesuatu apapun yang beliau katakan.
وَاِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوْٓا اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَاَصَرُّوْا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًاۚ (٧)
Mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke muka) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. (Nuh [71]: 7)
Penolakan terhadap dakwah yang disampaikan Nabi Nuh tidak hanya datang dari kaumnya. Istrinya yang harusnya mengimani dakwah Nabi Nuh, mendukungnya, dan membantunya dalam menyampaikan apa yang menjadi perintah Allah kepada beliau, justru sebaliknya dia bersama anaknya yang bernama Kan’an malah menjadi orang yang pertama kali berpaling dari dakwah Nuh AS. Istri Nuh yang bernama Wailah berjalan di atas kekufuran dan keburukan. Ia memberikan sesajian kepada patung-patung, mengharapkan manfaat, dan takut mendapatkan madharatnya. Ia selalu mendebat Nabi Nuh dalam urusan-urusan agama dengan cara yang sarat pelecehan, penghinaan dan peremehan. Hal itu dilakukan di depan kaum Nabi Nuh yang sontak berkata kepada beliau,
قَالُوْا يٰنُوْحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَاَ كْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ (٣٢)
Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (Hud [11]: 32)
Kaum Nabi Nuh, istri, dan juga anaknya setiap kali Nabi Nuh berdakwah mereka menutupkan semua jari-jemarinya ke dalam telinga, padahal Nabi Nuh menyeru mereka dengan penuh kelemah lembutan. Mereka bukan hanya menutup telinga saja tetapi juga menutup mata, bahkan sedari kecil anak-anak kaum Nabi Nuh sudah diajarkan untuk membeci Nabi Nuh.
Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutup bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. (Nuh [71]: 7)
Nabi Nuh AS terus bersabar menghadapi rintangan dan tantangan dakwah dari istri dan kaumnya. Beliau terus berdakwah siang malam, dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Beliau memulai mendakwahi mereka dengan mengajak mereka memikirkan keuasaan Allah SwT dan terlihatnya bukti-bukti kebesaran Allah di alam semesta. Nabi Nuh menunjuki mereka ke jalan keselamatan, yaitu jalan yang mudah dan jelas dimana orang yang berjalan di atasnya pasti selamat dari kebinasaan. Simbol dan permulaan jalan ini adalah istighfar. Buah dari istighfar dapat dipetik di dunia dan akhirat. Karena istighfar Allah SwT keberkahan-keberkahan langit ke bumi dan menganugerahkan harta dan anak-anak kepada orang-orang yang beristighfar.
Setelah Nabi Nuh AS mengingatkan mereka ke jalan istighfar, beliau mengingatkan mereka tentang penciptaan mereka bahwa Allah SwT menciptakan mereka melaui berbagai tahapan-tahapan penciptaan, yaitu tahapan bayi dari air mani menjadi segumpal darah dan dari segumpal darah menjadi sepotong daging hingga akhirnya menjadi manusia sempurna. Semua itu agar menimbulkan kesan mendalam pada diri mereka dan membawa mereka memenuhi seruan Allah SwT.
Nabi Nuh AS mengarahkan kaum beliau untuk memikirkan diri mereka sendiri, kemudian membawa penglihatan mereka kepada membaca ayat-ayat Allah di alam semesta yang terbuka jelas di hadapan mereka; langit, bulan, matahari, dan bumi tempat mereka hidup di dalamnya. Nabi Nuh AS mengarahkan kaumnya kepada itu semua agar hati mereka terbangun, jiwa mereka berdetak, hati mereka khusyuk’, kemudian beriman kepada Allah SwT.
Nabi Nuh AS menjelaskan kebenaran yang dibawanya dengan argumentasi yang mengagumkan. Nuh berusaha melemparkan fakta yang terang mengenai proses penciptaan yang saat itu mungkin masih begitu gelap karena temuan ilmu pengetahuan belum seperti sekarang. Tetapi Nabi Nuh berusaha untuk melandaskan argumennya mengikuti jalan berfikir saat itu. Sebuah soal yang hingga hari ini nyaris diperdebatkan. Mengenai proses penciptaan dan pengalaman kehidupan. Disinilah keunggulan dakwah Nabi Nuh yaitu ajakannya untuk secara intelektual memahami bagaimana kehidupan itu berawal. Hingga saat ini metode dakwah Nabi Nuh ini selalu relevan untuk diteladani yakni meletakkan keterlibatan Tuhan dan terang rasionalitas. Agama bukan sekedar pertarungan tentang kebenaran melainkan juga lompatan kecerdasan. Dengan bekal pengetahuan maka kebenaran tidak hanya diyakini tapi juga bisa diuji secara empiris. Itulah yang adal dalam proses penciptaan alam semesta maupun jawaban atas asal usul manusia.
Nabi Nuh sangat mengharapkan keimanan dari kaumnya. Meskipun mendapatkan gangguan dan pendustaan, dengan penuh kesabaran Nabi Nuh AS tetap mendakwahi mereka. Hingga kemudian Allah SwT memberitahunya bahwa tidak ada seorang pun dari mereka yang beriman. Oleh karena itu harapan tentang keimanan mereka harus dibuang. Allah SwT mengabarkan bahwa Dia akan menyiksa dan membinasakan mereka dengan mendatangkan banjir yang menenggelamkan mereka. Karena jalan keselamatan dari tenggelam ialah dengan membuat perahu, maka Allah SwT pun memerintahkannya untuk membuat perahu.
وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ۚاِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ (٣٧)
Dan buatlah perahu tesrsebut dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami. (Hud [11]: 37)
Nabi Nuh bersama orang-orang yang beriman melaksanakan perintah Allah dengan membuat perahu. Mereka memulai pembuatan perahu di bawah bimbingan Allah SwT melalui wahyu-Nya. Istri Nuh dan orang-orang yang mendustakannya setiap kali melihat Nuh dan kaumnya menyelesaikan salah satu bagian dari pembuatan perahu, dengan sangat keterlaluan mereka mengejek dan tertawa-tawa. Mereka menganggap tindakan Nuh dan kaumnya sebagai tindakan orang gila. Nabi Nuh tetap melanjutkan pekerjaannya dan tidak menghiraukan ejekan mereka. Ketika mereka tenggelam dalam ejekan dan menuduh beliau orang bodoh, beliau berkata mengingatkan mereka,
وَيَصْنَعُ الْفُلْكَۗ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَاٌ مِّنْ قَوْمِهٖ سَخِرُوْا مِنْهُ ۗقَالَ اِنْ تَسْخَرُوْا مِنَّا فَاِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُوْنَۗ (٣٨)
Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, “Jika kalian mengejek kami, sesungguhnya kami mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek.” (Hud [11]: 38)
Janji yang berikan Allah SwT tiba. Allah SwT membuka pintu-pintu langit dengan curahan hujan yang sangat deras, bumi memancarkan air, Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman naik ke perahu disertai pasangan setiap hewan, dan masuk ke perahu tersebut.
وَقَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ (٤١)
Naiklah kalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya, sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Hud [11]: 41)
Seluruh orang beriman selamat ketika mereka menaiki perahu, Allah SwT melindungi mereka dari banjir besar yang membinasakan dan memberikan kasih sayangnya kepada mereka. Di sisi lain orang-orang kafir yang selama ini melecehkan dan mendustakan dakwah beliau Allah SwT tenggelamkan. Demikian juga dengan istri Nabi Nuh Wailah dan putranya Kan’an semuanya Allah SwT binasakan. Wallahu A’lam.
Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta