YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi memberikan wejangan pada kegiatan Penerjunan Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KKN UMY) Semester Genap Tahun Ajaran 2022/2023, Rabu (26/7). Haedar mengatakan bahwa KKN sebagai momen untuk mengejawantahkan ilmu dalam kehidupan bermasyarakat selama menempuh kuliah di UMY.
“KKN bukan sekadar bagian dari regulasi dan aktivitas akademik bagi para mahasiswa, tetapi lebih dari itu sebagai tradisi akademik. KKN harus dijadikan momentum untuk mewujudkan ilmu yang Anda peroleh selama kuliah sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing,” ujarnya.
Haedar mengingatkan kepada seluruh mahasiswa dan juga akademisi (dosen) agar tidak terlalu asyik hidup di menara gading. Tidak ada kiprah menyemai keilmuan untuk masyarakat. Dengan kelebihan ilmu yang dimiliki, sudah semestinyalah harus ditebarkan kepada masyarakat.
“Karena siapapun dia, pada akhirnya harus hidup di tengah-tengah masyarakat, bangsa, bahkan relasi kemanusiaan global. Bagaimana ilmu mampu mencerdaskan, menyejahterahkan, dan memajukan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya. Sehingga ilmu betul-betul memberi kemaslahatan terbaik bagi kemajuan umat manusia. Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk kehidupan,” jelasnya.
Mahasiswa PTM-PTMA memiliki bantalan vital berupa Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Kandungan dari AIK ini memuat nilai-nilai ajaran Islam yang membawa kemajuan bagi kehidupan. Karena Islam sendiri sebagai agama pembawa rahmat bagi alam semesta. Selain itu, Islam hadir sebagai pembawa kemajuan peradaban umat manusia.
“KKN harus menjadi embrio sekaligus model dari praktik mewujudkan Islam sebagai diinul ar-rahmah wa diinul al-hadlarah. Islam sebagai agama yang menebarkan kemaslahatan hidup, membuat kehidupan dari tertinggal menjadi maju, dari bodoh menjadi terdidik, dari tidak beradab menjadi berkeadaban mulia, bahkan harus menjadikan kehidupan berdasarkan Islam yang membawa kehidupan yang berkeseimbangan antara dunia-akhirat,” ucapnya.
Pelaksanaan KKN menurut Haedar menjadi arena untuk mengenal lintas masyarakat bersifat majemuk. Menurutnya kerap ditemukan kaum akademisi yang cerdas karena ilmunya, tetapi menjadi manusia terasing dari lingkungannya. Tak menutup kemungkinan bersifat egositik karena ilmu yang dimilikinya merasa memiliki kecerdasan dan keahlian di tengah-tengah masyarakat yang boleh jadi dianggap tertinggal.
“Maka jadikan KKN adalah cara Anda dan seluruh mahasiswa KKN untuk mengenal lebih jauh masyarakat di mana kita berada. Saya yakin kita semua berasal dari masyarakat, tetapi karena satu dan lain hal kita kadang terasing dan mengasingkan diri denyut nadi kehidupan masyarakat. Kenali mereka, apa kebutuhan hidup mereka, apa aspirasi mereka, dan apa cita-cita yang mereka inginkan. Di situlah mahasiswa belajar menyelami kehidupan masyarakat,” katanya.
Di sisi lain bagi mahasiswa KKN Internasional, Haedar berpesan untuk belajar memahami budaya kehidupan di sekitar. Mahasiswa tidak boleh merasa rendah diri, sekaligus tidak boleh pongah. “KKN harus dijadikan alat, sarana, untuk pembudayaan diri di tengah realitas kehidupan masyarakat dan bangsa-bangsa yang heterogen. Di situlah KKN bukan hanya sekedar kegiatan rutin apalagi sekedar untuk berwisata secara akademik,” tegasnya. (Cris)