SOLO – Suara Muhammadiyah-Sembilan nilai antikorupsi seperti jujur, disiplin, bertanggung jawab, adil, berani, peduli, pekerja keras, mandiri dan sederhana. Secara singkat, mari kita pahami nilai-nilai untuk mencegah korupsi melalui habituasi disiplin mengambil makan siang.
Hal itu disampaikan, Wakil Kepala Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Jawa Tengah menyampaikan di tengah-tengah ronda siang, Kamis (27/7/2023).
“Sudah saatnya kita miliki budaya tertib, termasuk sabar dalam urusan mengantri mengambil makan siang di kelas, cuci piring. Mari membiasakan berserah diri dan sabar,” ungkapnya.
Sebab tertib untuk mengantri adalah simbol dari pada umat muslim yang taat akan nilai peraturan dan tatanan dalam berinteraksi dengan manusia untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan masing-masing.
Islam memperhatikan kedisiplinan dengan menekankan pentingnya membiasakan budaya antri di segala lini kehidupan.
“Kita tahu, dalam nilai yang terkandung dalam fiqih ibadah terdapat pemahaman yang mengajarkan ketertiban, misalkan dalam hal setiap ibadah yang mengharuskan urutan dan ketertiban,” urainya.
Dalam berwudhu, misalnya, membasuh muka harus didahulukan daripada membasuh kedua tangan. Menyalahi urutan ini bisa menjadikan wudhu tidak sah. Demikian seterusnya.
Budaya antri akan menciptakan masyarakat yang bermartabat, dimana disiplin antri mampu menumbuhkan sikap untuk saling memahami dan saling menghormati sesama. Mekipun kelihatannya sepele, namun kalau kita mau memperhatikan dengan seksama, dalam aktivitas mengantri kita, kita melihat setiap orang saling memahami dan saling menghormati antara satu dengan yang lain.
Orang yang datang belakangan memahami bahwa orang yang hadir lebih dahulu berhak untuk berada di depan dan dengan sadar menghormati hak tersebut. Ada wujud kesalehan disana. Kesalehan yang benar-benar melembaga dalam diri manusia sehingga terwujud pula dalam kesehariannya.
Kadar kesalehan tidak hanya ditunjukkan oleh kekhusyukan dalam ibadah langsung dengan Allah saja, melainkan juga dalam bermasyarakat. Hubungan langsung dengan Allah adalah urusan pribadi masing-masing dan hanya Allah yang berhak memberikan penilaian.
“Akan tetapi, dalam kerangka hidup bermasyarakat, orang lain dapat memberikan penilaian mengenai kesalehan seseorang. Orang yang saleh semestinya berperilaku saleh, bukan sebaliknya. Mari kita habituasikan 5 Panca tertib, waktu, mengelola, belajar, administrasi dan lingkungan,” pungkasnya. (Jatmiko/Yofanda)