Aman Suyadi Terpilih Sebagai Ketua Umum HW Periode 2023-2028

Aman Suyadi Terpilih Sebagai Ketua Umum HW Periode 2023-2028

Aman Suyadi Terpilih Sebagai Ketua Umum HW Periode 2023-2028

MALANG, Suara Muhammadiyah – Sabtu pagi tanggal 29 Juli 2023, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan secara resmi menutup seluruh rangkaian agenda Muktamar yang berlangsung di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pada Muktamarnya yang keempat tersebut Aman Suyadi terpilih sebagai Ketua Umum Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan setelah semalam memperoleh 457 suara melalui sistem pemilihan e-voting yang diikuti 654 peserta dari seluruh perwakilan kwartir di seluruh Indonesia.

Penutupan tersebut dihadiri oleh Ramanda Izzul Muslimin, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ramanda Fauzan, Rektor UMM. Serta seluruh jajaran Kwartir Pusat Kepanduan Hizbul Wathan.

Sebelum memulai sambutan singkatnya sebagai tuan rumah, Fauzan mengawalinya dengan sebuah pantun. Ke kraton naik kuda, Hizbul Wathan harus jaya. Pantun pun disambut tepuk tangan oleh para peserta yang hadir. Ia pun meneruskan sambutannya.

Sebagaimana pernah diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, muktamar merupakan ritual lima tahunan organisasi Muhammadiyah. Ritual bukan sekedar ritual, tapi harus memberikan perubahan dengan melakukan inovasi dan terobosan. Tak terkecuali Hizbul Wathan.

Menurutnya, sebagai sebuah gerakan, ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama, melakukan konsolidasi. Konsolidasi pada hakikatnya adalah menyatukan kekuatan dari seluruh stakeholder yang ada di internal organisasi. Menyamakan persepsi, menyetel nada dasar agar berjalan seirama.

“Maka konsolidasi ini sangat penting bagi organisasi untuk melakukan ekspansi,” ujarnya.

Pada dasarnya, kesuksesan Muktamar bukan terletak pada saat penyelenggaraan muktamar, tapi bagaimana setelahnya HW bisa merealisasikan program kerja yang progresif dan berkemajuan di tengah-tengah masyarakat, umat, dan bangsa.

“HW adalah bagian dari nafas dan gerakan Muhammadiyah. Nafas tidak boleh berhenti. Kalau nafas ini berhenti maka seluruh saraf akan lumpuh,” tegas Fauzan.

Selain melakukan konsolidasi, hal kedua dan ketiga yang perlu dilakukan adalah inovasi dan improvisasi. Hal ini perlu agar HW dapat terus hidup dan memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat.

Tak ingin kalah dari pembicara sebelumnya, Izzul Muslimin pun membuat pantun. Pasar Kliwon di Kali Gawe. Hizbul Wathan pancen ok. Tepuk tangan hadirin pun kembali bergema.

Dengan kepemimpinan yang baru ia berharap HW dapat semakin berjaya dan mampu mengembangkan sayap dakwah Muhammadiyah secara lebih luas. Sejatinya, keberadaan Hizbul Wathan adalah sebagai ujung tombak persyarikatan karena memiliki jangkauan usia paling luas jika dibandingkan dengan Ortom yang lain. Dengan kata lain keanggotaan HW tak memiliki batasan soal usia. Tak seperti IMM, IPM, Pemuda Muhammadiyah, NA dan lain sebagainya.

Ia menegaskan bahwa pada tahun 1961, Hizbul Wathan memiliki sejarah gemilang sebelum akhirnya melebur dengan organisasi kepanduan Pramuka. Tentu era tersebut bisa kita ulang dengan berbagai capaian dan prestasi. Menurutnya tantangan dakwah di masa depan akan sangat berbeda, oleh karenanya yang terpenting adalah bagaimana pandangan HW kedepan. Dalam hal ini HW perlu memposisikan diri sebagai pengendara motor. Seorang pengendara yang baik tidak akan sering melihat spion, tapi bagaimana ia harus fokus ke depan. Melihat tantangan yang ada di depannya. (diko)

Exit mobile version