YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Untuk meperkenalkan generasi muda dengan para tokoh bangsa yang berjuang memperebutkan kemerdekaan, Muhammadiyah melalui Lembaga Seni Budaya memproduksi sebuah film berjudul “Djuanda Pemersatu Laut Indonesia.” Film ini diproduksi bekerja sama dengan Mixpro dan BCA yang disutradarai oleh Ery Isnanto.
Oleh karena itu, Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr H Irwan Akib, MPd sangat mengapresiasi atas pembutan film tersebut. Menurutnya, kalangan kawula muda masa kini jauh lebih menyukai film daripada membaca buku. Tentu hal itu tidak bisa dinafikan, mengingat kehidupan yang dijalaninya berada abad modern dengan perkembangan teknologi informasi serba supercanggih.
“Kalau sejahranya Djuanda ditulis dengan tebal, maka tidak pernah dibaca oleh para siswa. Tapi hadirnya dalam bentuk film nanti, tentu akan menjadi lebih mudah dipahami dengan baik tentang siapa Djuanda itu. Oleh karena itu, saya kira ini akan menjadi sangat penting bagi kita semua dan juga anak-anak kita kedepannya,” terangnya saat press confrence Film “Djuanda Pemersatu Laut Indonesia” Senin (7/8) di Kantor PP Muhammadiyah Cik Ditiro Yogyakarta.
Irwan mengatakan jika dengan tidak adanya Deklarasi Djuanda, maka Indonesia bisa terpecah belah. Deklarasi Djuanda sebagai sebuah konsepsi kesatuan kewilayahan nasional yang bukan saja suatu kesatuan antara darat dan laut, tapi juga mencakup suatu kesatuan dengan wilayah udara. Dan di atasnya terdapat kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi Indonesia.
“Tetapi adanya Deklarasi Djuanda, akhirnya dapat menyatukan Republik Indonesia seperti saat ini. Dan ini saya kira menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk kita pahami juga oleh generasi muda kita. Bahwa dengan Deklarasi Djuanda yang menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan batasan yang jelas,” ucapnya.
Pada saat bersamaan, Irwan juga mengungkapkan ihwal sosok Djuanda sebagai intelektual yang cerdas. Selain itu, Djuanda juga seorang guru hadir untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih dari itu, sosoknya sangat konsen berjuang di dunia politik untuk membangkitkan sekaligus memperbaiki sistematisasi ketatanegaraan bangsa Indonesia pada saat itu.
“Hal-hal seperti inilah kemudian pentingnya kita menghadirkan sejarah untuk dipahami. Bahwa ada seorang pemilih di dalam pemilihan hidupnya itu ada panggilan jiwa yang kemudian membawa dia (pejuang bangsa, red) untuk berjuang dengan apa yang mereka yakini,” tegasnya.
Perlu diketahui, Djuanda sebagai tokoh Muhammadiyah yang berkontribusi turut serta dalam berjuang memperebutkan kemerdekaan. Tentu tidak hanya sekadar Djuanda, banyak tokoh Muhammadiyah yang juga berpartisipasi aktif sebut saja Dr (HC) Ir Soekarno, Jenderal Besar TNI Raden Soedirman, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Dr Soetomo, H Agus Salim, KH Mas Mansoer, KH Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) dan masih banyak lagi.
“Kehadiran Muhammadiyah beserta tokoh-tokoh Muhammadiyah itu memang bukan untuk Muhammadiyah semata, tapi untuk kepentingan bangsa, negara, dan kemanusiaan. Ini juga perlu kita pahami bersama-sama, sehingga tahapan-tahapan perjuangan bangsa ini tidak pernah lepas dari tokoh-tokoh Muhammadiyah,” katanya. (Cris)