Indonesia Masih Kekurangan Dokter

Indonesia Masih Kekurangan Dokter

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Profesi dokter menjadi profesi yang paling dipercaya di dunia. Hal tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh Ipsos kepada 21.515 responden di 28 negara. Meski demikian, pada kenyataannya jumlah dokter di Indonesia masih tergolong kurang. Bahkan bisa dikatakan masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO).

Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Wakil Rektor bidang Sumber Daya Manusia Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si kepada 29 dokter baru yang diambil sumpahnya pada hari ini, Rabu (9/8) di Sportorium UMY.

“Profesi dokter ini merupakan profesi yang mulia. Berdasarkan survei, dokter meraih suara 59 persen sebagai profesi yang paling dipercaya dari total responden yang mengikuti survei. Dan dokter yang disumpah pada periode ini akan menambah tenaga kesehatan yang tergolong kurang di Indonesia,” ujar Nano.

Jumlah ideal dokter yang dimiliki oleh suatu negara jika merujuk pada standar WHO adalah 1:1000 (1 dokter per 1.000 penduduk, red). Sementara di Indonesia sendiri masih menempati perbandingan 0,47 dokter per 1.000 penduduk. “Jumlah ini masih sangat jauh dari yang seharusnya. Maka pengabdian dokter di berbagai daerah Indonesia akan dapat membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Tidak hanya itu, kesenjangan terhadap tingkat pelayanan kesehatan di daerah-daerah ke depannya diharapkan juga akan semakin berkembang. Maka dari itu, apabila kalian berasal dari Pulau Jawa, kembalilah ke daerah masing-masing. Hal ini akan membantu pengurangan kesenjangan terhadap tingkat pelayanan di setiap daerah Indonesia,” imbuh Nano.

Hal senada juga disampaikan oleh Bendahara 2 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah DIY, Dr. dr. Ita Fauzia Hanoum. Menurutnya dengan bertambahnya jumlah dokter baru ini menjadi sangat berarti untuk penatalaksanaan kesehatan di Indonesia. “Kalian para dokter baru yang diambil sumpahnya hari ini, sangat berarti dalam penatalaksanaan kesehatan di negeri ini. Nantinya kalian akan bertugas sebagai dokter dimanapun kalian ditempatkan. Maka kalian harus bersiap untuk mengabdi ke seluruh negeri,” tegas Ita.

Ita juga mengingatkan kode etik dokter yang harus ditaati oleh para dokter baru tersebut. “Menjadi salah satu pelanggaran profesi apabila dokter merujuk pasien ke dokter spesialis yang tidak kompeten. Kemudian mendelegasikan kepada tenaga yang tidak kompeten, melakukan pemeriksaan secara berlebihan hingga membocorkan informasi pasien dan membuka rahasia kedokteran adalah hal yang harus dihindari. Kita harus menaati kode etik profesi kita,” tegas Ita lagi.

Masih dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Sri Sundari, M.Kes, selaku Dekan FKIK UMY juga menyampaikan bahwa dokter baru yang sudah disumpah harus melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memegang teguh nilai-nilai keislaman.

“Sebagai seorang dokter yang sudah melakukan sumpah dan dilantik, kalian harus siap mengabdi kepada masyarakat. Tentunya dengan memegang teguh nilai-nilai keislaman dan kode etik profesi dokter. Jaga nama baik diri sendiri, orang tua, profesi dan almamater. Jalani profesi ini dengan ikhlas dan secara terhormat agar menjadi ibadah,” pungkas Sri.

Acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Dokter Periode LXXVII FKIK UMY dilaksanakan dengan khidmat sedari pagi dan berakhir pada siang hari. Suasana bahagia dan haru juga menyelimuti Sportorium UMY selama acara berlangsung. Acara ditutup dengan penanyangan after movie persembahan dokter baru kepada orang tua, keluarga dan almamater. (zachra)

Exit mobile version