PURWOREJO, Suara Muhammadiyah – Rangkaian muktamar Muhammadiyah ‘Aisyiyah ke 48 sudah selesai, berlanjut dengan rangkaian Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang dan Ranting. Gebyar syi’ar di setiap perhelatan yang diikuti dan disaksikan begitu menyeruak sisi keharuan yang mendalam. Butiran bening tidak mampu ditahan di saat bersama menyanyikan lagu Mars Sang Surya dan Mars ‘Aisyiyah. Syair-syairnya begitu dalam dan menyentuh hati.
Diantara untaian kalimatnya adalah:
“Di telapak kakimu terbentang surga
Ditanganmulah nasib bangsa
Mari beramal dan berdarma bakti
Membangun negara
Mencipta masyarakat Islam sejati penuh karunia”
Bertanya dalam diri : Layakkah diri ini menjadi bagian dari nama besar ‘Aisyiyah, organisasi pergerakan yang membawa misi dakwah amar ma’ruf nahi munkar”. Menanyakan pada diri sendiri: “Apa yang sudah dilakukan untuk ‘Aisyiyah, apa kontribusi yang sudah diberikan untuk menjadi bagian “bentangan surga di telapak kaki”?.
Terlebih apa yang sudah diperbuat untuk peduli terhadap “nasib bangsa”
Semakin bertanya pada diri,merasa menjadi teramat kecil, seperti butiran debu yang tiada berarti. Tetapi harapan untuk bisa berkhidmat di ‘Aisyiyah dengan segenap harta, jiwa,raga yang dimiliki ini tetap besar. Beramal dan berdarma bakti membangun negara dengan langkah konkrit dan nyata sesuai kemampuan. Tidak pura pura lemah dan menghindar dari amanah yang sudah sanggup kita pikul. Dan mengukur kemampuan kita sesuai kondisi diri, agar dakwah amar ma’ruf bisa dilakukan dengan baik dan sesuai koridornya.
Melakukan segalanya dengan penuh cinta, tidak mengharap sanjung dan puji, semuanya semata karena Allah. Energi cinta ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa, dalam kondisi yang sulit sekalipun. Kondisi yang terkadang tidak bisa dinalar dengan kekuatan manusia. Karena selalu yakin bahwa ada Allah di setiap deru nafas perjuangan. Allah yang selalu hadir di setiap langkah dakwah. Keyakinan ini akan membawa kekuatan dalam berkhidmat di ‘Aisyiyah. Pastikan apa yang kita lakukan adalah berdimensi akhirat, bernilai kebaikan ,sehingga ketika saatnya waktu telah tiba untuk menghadap Allah, maka kita dikenang menjadi orang baik, yang selalu menghadirkan manfaat di manapun berada. Bagaimana cara hidupmu,begitu pula cara matimu. Menjaga irama kebaikan dan menyebarkan enegi kebaikan menjadi kewajiban bagi setiap pejuang ‘Aisyiyah.
Menjaga kesehatan diri, mengelola waktu dan keuangan dengan baik, serta melibatkan keluarga dalam kegiatan dakwah menjadi bagian dari kesuksesan dalam berkhidmat di ‘Aisyiyah. Sukses di keluarga, masyakarat dan dakwah di ‘Aisyiyah adalah menjadi hal yang kita ingin wujudkan bersama. Lakukan amal kebaikan dimana pun berada baik laki laki maupun perempuan, karena Allah akan memberikan kehidupan yang baik. Seperti yang sudah Allah sampaikan pada QS An Nahl :97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
KH Ahmad Dahlan pun sudah berpesan untuk kaum perempuan, “Jangan sampai urusan dapur, sumur, kasur itu menjadi penghalang berjuang di masyarakat. Opo maneh diarani konco wingking.”
Berkhidmat di ‘Aisyiyah dengan penuh rasa cinta dan hanya mengharap ridho Allah adalah menjadi orientasi hati yang harus terus menerus dijaga dan dikobarkan. Agar tetap hidup, bergerak dan menggerakkan. Membawa pencerahan dan membahagiakan alam semesta. Dan hiduplah sebagaimana kita ingin dikenang ketika mati. (Ngazizah/Tri)
Selamat berkhidmat di ‘Aisyiyah , salam cinta.