Oleh: Rumini Zulfikar
Tanggal 12 Agustus 1915 merupakan sebuah tonggak bersejarah bagi persyarikatan Muhammadiyah. Pada waktu itu KH Ahmad Dahlan Mendirikan sebuah surat kabar bernama Suara Muhammadiyah. Surat kabar ini berbentuk majalah bulanan yang digunakan untuk ikhtiar da’wah melalui tulisan. Melalui Suara Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan juga menuliskan tentang kajian-kajian agama yang berbentuk bahasa Jawa dengan materi yang ringkas dan ringan agar masyarakat mudah memahaminya.
Dawah melalui tulisan merupakan hal yang penting dilakukan karena membawa dampak yang besar bagi umat. Inti dari pesan-pesan yang disampaikan akan lebih mudah dipahami sehingga umat dapat terbebas dari kejumutan, keterbelakangan, dan kebodohan. Isi atau pesan dari majalah Suara Muhammadiyah mencakup tentang hal-hal yang berkaitan dengan sendi kehidupan manusia, baik secara duniawi maupun urusan ukhrowi atau urusan akhirat.
Ditangan KH Fachruddin yang pada waktu itu menjabat sebagai Husbetur atau pimpinan redaksi Suara Muhammadiyah, beliau memberikan pencerahan bagi warga, pimpinan, dan persyarikatan agar mencintai dan mengamalkan ilmu untuk kehidupan di dunia ini. KH Fachruddin juga aktif menulis untuk memacu dan memantik pentingya sebuah da’wah, karena da’wah itu bisa dilakukan baik dengan harta, benda, pikiran, tenaga, maupun yang lainnya.
Dakwah bisa dilakukan mengunakan berbagai media seperti dengan seni, budaya, olahraga, teknologi, maupun media-media lainnya. Tujuan dari pesan-pesan da’wah yang disampaikan berfokus agar umat bisa mendekatkan diri pada Sang Khalik dengan menerapkan sebuah nilai insan ulil albab pribadi yang berilmu dan berfikir.
Memasuki usianya yang telah mencapai 108 tahun, Suara Muhammadiyah telah banyak memberikan jasa. Diawali dengan didirikannya toko buku pada masa Djazman al-Kindi, lalu SM Corner, bulogmu, logmart, dan dibangunnya SM Tower and Convention. Hal ini menunjukan bahwa Suara Muhammadiyah dalam perkembangan da’wahnya tidak hanya melalui tulisan semata akan tetapi juga melalui sebuah tindakan nyata yang telah diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan, yaitu ilmu dan amal nyata yang mampu menggerakan roda persyarikatan.
Banyak tokoh yang pernah menjadi bagian dari Suara Muhammadiyah berperan menjadi publik figur yang dihormati dan disegani karena memiliki cakrawala ilmu yang tinggi tetapi tetap menjunjung tinggi sifat tawadhu. Tokoh-tokoh tersebut yaitu Prof. Dr. KH Haedar Nashir, Buya Syafii Ma’arif Allah yarham, Mustofa W. Hasyim, dan tokoh-tokoh lain yang bisa dijadikan inspirasi.
Selamat milad Majalah Suara Muhammadiyah ke-108 tahun. Semoga senantiasa bersinergi di era disrupsi dan digitalisasi. Berdakwah menggunakan teknologi digital sudah berhasil dibuktikan oleh persyarikatan Muhammadiyah, maka dari itu kita harus tetap melanjutkan dan mengembangkan dakwah menggunakan teknologi digital ini untuk kemajuan Muhammadiyah, masyarakat, bangsa dan negara.
Rumini Zulfikar, Ketua PRM Troketon Pedan, Klaten. Penulis Sejarah Muhammadiyah Troketon.