Muhadjir Effendy Soroti Krisis Pangan di Papua Tengah

Muhadjir Effendy Soroti Krisis Pangan di Papua Tengah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Dr H Muhadjir Effendy, MAP secara resmi membuka kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) PP Muhammadiyah. Kegiatan tersebut dilaksanakan Jumat (11/8) bertempat di Ballroom Lantai 3 SM Tower and Convention Yogyakarta.

Dalam kesempatan itu, Muhadjir menyoroti permasalahan bangsa yang terjadi secara kompleks. Utamanya permasalahan yang melanda Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Sebagaimana diketahui, saat ini di Papua tengah terjadi permasalahan seperti krisis pangan dan kelaparan.

“Kelaparan sudah tahu rakyatnya lapar pejabatnya masih minta supaya tidak diumumkan jangan lapar. Itu hanya diare, ya diare karena lapar,” katanya.

Muhadjir menjelaskan analisis diare pemicu kematian disebabkan karena masyarakat mengonsumsi tanaman ubi-ubian yang telah membusuk. Ini merupakan dampak cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah tersebut. Tanamannya busuk dan penuh bakteri yang sangat membahayakan tubuh. Namun tetap dikonsumsi karena tidak ada lagi pilihan yang lain.

“Ya memang kalau visum dokter, gak ada kan visum dokter ‘oh ini mati karena lapar’ kan gak ada. Kan ya memang diare, tapi diarenya karena makan ubi-ubi yang sudah busuk penuh bakteri, mematikan ya meninggal lah dia,” paparnya.

Karenanya, Pemerintah terus berupaya untuk menangani permasalahan tersebut. Dan sampai saat ini, Muhadjir mengatakan jika Pemerintah telah menanganinya dengan dipasok bahan pangan.

“Untuk Papua Tengah sudah tertangani. Sekarang tiap hari sudah dipasok untuk bahan pangan sebagian bisa langsung ke Agandugume dan sebagian ditempatkan di Bandara Sinak,” katanya.

Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Industri Halal ini menyebut bila bahan makanan dikirimkan lewat jalur Bandara Sinak, maka proses pengambilannya harus menempuh dengan jalan kaki selama tempo dua hari satu malam untuk mengirimkannya ke lokasi terdampak.

“Kalau ditaruh di Sinak itu masih harus diambil melalui jalan kaki selama dua hari satu malam, oleh karena itu kita upayakan sekarang ini semaksimal mungkin bisa diturunkan di bandara Agandugume,” ucap dia.

Muhadjir mengungkapkan penanganan yang dilakukan Pemerintah terhadap permasalahan berupa dalam jangka pendek, yakni watu tiga bulan memastikan ketersediaan stok bahan makanan cukup di tiga kecamatan, yakni Agandugume, Lambewi, dan Oneri.

“Targetnya untuk jangka pendek itu pokoknya sampai tiga bulan ke depan ketersediaan makanan ada cukup untuk tiga kecamatan itu,” jelasnya.

Sementara, untuk jangka menengah penanganan kelaparan di Papua Tengah dengan memperpanjang runway Bandara Sinak. Ini dimaksudkan agar pesawat ukuran besar seperti Hercules dapat mendarat di Bandara Sinak, sehingga dapat mengangkut dan mendistribusikan bahan makanan ke wilayah yang terdampak.

“Kalau Hercules bisa landing itu kita bisa mengangkut bahan-bahan pangan. Bukan itu saja, termasuk material untuk pembangunan infrastruktur nanti bisa lewat Sinak ini. Karena Sinak ini bandara yang sangat strategis karena bisa menjangkau ke beberapa distrik sekitarnya, baik tidak hanya distrik Kabupaten Puncak termasuk distrik yang ada di Kabupaten diluarnya termasuk Puncak Jaya, Lani Jaya,” ucapnya. (Cris)

Exit mobile version