YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi secara khusus memberikan tahniah atas Milad ke-108 tahun Suara Muhammadiyah (SM). Menurutnya SM sebagai media masa tertua di Indonesia dari rahim Muhammadiyah.
“SM lahir di era dan dalam proses awal kelahiran Muhammadiyah dalam kepemimpinan Kiai Haji Ahmad Dahlan. Bahkan kelahiran ini merupakan milestone (tonggak) sejarah yang penting bagi lahirnya media massa dari pergerakan Islam di awal abad ke-20,” ujarnya secara daring dalam tasyakuran Milad 108 SM Selasa (15/8) di SM Tower and Convention Yogyakarta.
Menurutnya, kelahiran SM berkelindan dengan era kebangkitan nasional. Di mana saat itu pergerakan dari berbagai golongan dan haluan, hadir dalam berjuang memperebutkan kemerdekaan. Pun demikian dengan Persyarikatan Muhammadiyah yang lahir tahun 1912 sebagai induk pergerakan Islam memiliki jiwa perjuangan yang tinggi dan visioner.
“(Muhammadiyah) ingin menghadirkan Islam sebagai harakat ad-dakwah yang menyebarluaskan Islam untuk diyakini, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan yang membawa pada kemajuan. Juga Muhammadiyah sebagai harakat at-tajdid (gerakan pembaruan). Yakni mewujudkan Islam dan memahami Islam dalam berbagai pemikiran yang bisa menjawab tantangan zaman yang bersifat kekinian,” katanya.
Muhammadiyah, menurutnya, telah memiliki beberapa amal usaha. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya lembaga pendidikan, merintis gerakan Al-Maun untuk pergerakan sosial dan kesehatan, dan juga berbagai pergerakan lainnya. Salah satunya Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Islam yang berkemajuan.
“Semua itu menggambarkan pandangan Islam yang tajdid dan orientasi dakwah untuk memajukan kehidupan,” katanya.
Misi dakwah dan tajdid itu dikenal sebagai usaha menyebarluaskan dan memajukan agama Islam. Karenanya, kelahiran Majalah SM ini merupakan alat dakwah dan alat tajdid untuk memperkenalkan sekaligus mendalami serta menyebarluaskan paham agama atau ideologi, pemikiran, dan informasi Muhammadiyah yang penting dan bernilai.
“Kelahiran SM bukan hanya sebagai media keislaman semata-mata. Tetapi sekaligus juga media dakwah kebangsaan dan perjuangan kebangsaan,” tegasnya.
Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjelaskan bahwa Majalah SM sudah memperkenalkan penggunaan bahasa Indonesia. Di mana saat itu jauh sebelum terjadinya peristiwa Sumpah Pemuda 1928 dengan ikrar: Satu Indonesia. Yakni satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air Indonesia. Tepatnya pada tahun 1924, Majalah SM Sudah menggunakan bahasa Indonesia.
“SM yang mewakili pergerakan Islam modern Muhammadiyah ikut dan bahkan memelopori penggunaan bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia,” tuturnya.
Maka setelah 108 tahun, SM menyerap semangat itu. Tak pelak dikemudian hari setelah satu abad lebih mampu melahirkan transformasi luar biasa. Salah satunya melahirkan berbagai unit usaha dari Toko SM (SM Corner), penerbitan, properti perumahan, Event Organizer & Advertaising, SM Logistic, dan BulogMu. Lalu ada juga Logmart, SMTV, SM Tour & Travel, dan teranyar SM Tower and Convention.
“Semua itu menggambarkan misi Islam yang membawa pergerakan dakwah dan tajdid untuk kemajuan. Yang dibelakang hari kemudian, kita mengusung tema yang disebut dengan Islam berkemajuan,” tandasnya. (Cris)