Oleh: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I., Dosen UM Metro
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, demikianlah amanah undang undang dasar 1945. Untuk meraih kemerdekaan membutuhkan perjuangan secara totalitas bagi semua manusia. Baik kemerdekaan fisik maupun non fisik.
Kemerdekaan fisik berupa kemerdekaan manusia dari segala penjajahan atau kolonialisme. Ketika hak-hak manusia dijajah oleh orang lain, hak hidup, hak bertempat tinggal, hak hidup bebas, hak beragama, hak mencari rezeki bahkan hak politik dalam mengatur negaranya. Inilah yang terjadi 78 tahun sebelum kemerdekaan, ketika bangsa Indonesia tidak memiliki kebebasan dan kemerdekaan sama sekali dalam mendapatkan hak haknya.
Kemerdekaan non fisik adalah kemerdekaan yang tidak berwujud, bahasa hadist adalah merdeka dari penjajahan nafsu, baik kemerdekaan intelektual, kemerdekaan emosional dan kemerdekaan spiritual. Kemerdekaan ini sangat penting, dan lebih penting dibandingkan kemerdekaan fisik. Karena kemerdekaan fisik akan mudah didapatkan ketika manusia sudah merdeka melawan nafsu yang membelenggu semua potensi manusia. Sebaliknya manusia walau sudah merdeka secara fisik, tidak akan mampu memajukan dirinya tanpa kemerdekaan non fisik.
Tugas Nabi dari zaman nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW adalah memperjuangkan kemerdekaan totalitas manusia, baik merdeka fisik maupun non fisik.
Dalam sejarah kenabian, misi profetik para nabi adalah membebaskan manusia dari penjajahan keyakinan. Ini sering disebut dengan Tauhid. Ketika manusia menyembah kepada selain Allah SWT, maka dirinya terjajah oleh kebodohan fikiranya. Itulah yang disebut dengan istilah jahiliah. Ini misi kemerdekaan profetik yang pertama. Karena ketika manusia masih menghambakan diri kepada selain Allah SWT, maka dirinya tidak akan memiliki kemerdekaan totalitas. Karena mereka bergantung kepada Zat yang tidak dapat dijadikan tempat memohon, bergantung dan meminta pertolongan. Sehingga mereka akan selalu dihantui rasa takut dan ketidak jelasan hidup.
Inilah yang menjadikan para nabi dan rasul berhadapan dengan segala penyeru sesembahan selain Allah SWT. Nabi Ibrahim as melawan Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, Nabi muhammad SAW melawan pembesar qurais yang menyuruh menyembah kepada berhala.
Keyakinan mereka hakikatnya terjajah oleh halusinasi fikiran mereka, sehingga mereka tidak memahami kerancuan pola berfikir mereka, inilah ciri orang terjajah oleh nafsunya. Mereka selalu mencari pembenaran walau nampak jelas kesalahan pada pola berfikir mereka. Mereka terjajah oleh kesombongan mereka sehingga tidak mampu menerima dan memandang kebenaran.
Misi profetik kedua memerdekakan manusia dari penjajahan fikiran. Hal ini nampak sekali dalam perintah pertama dalam al qur’an adalah bacalah. Membaca adalah memerdekakan manusia dari kebuntuan berfikir, membebaskan dari khurofat, takhayul dan mitos yang berkembang di dalam kehidupan manusia.
Pada kisah nabi Muhammad SAW banyak nabi mencerahkan dengan membangun ilmu pengetahuan kepada kaum kafir, misal kisah gerhana bulan dan matahari yang diyakini ada mitos kematian dan kelahiran orang. Maka nabi menyebutkan bahwa gerhana bulan dan matahari adalah tanda tanda kebesaran Allah SWT yang dapat dipelajari oleh manusia.
Bahkan Islam hadir adalah sebagai agama ilmu pengetahuan, yang memberikan sinar pengetahuan dalam masyarakat yang jauh dari itu, mempercayai ahli nujum dan para pendongeng mitologis. Sehingga saat ini seharusnya orang Islam harus mampu merdeka dari kungkungan pengetahuan yang secara sumber tidak kuat dan mutlak, hanya berdasarkan pada asumsi dan presepsi. Itulah akhirnya melahirkan banyak isme dalam perkembangan manusia, yang hari demi hari memupus intelektual manusia yang sehat. Sudah waktunya umat Islam merdeka dari belenggu isme isme yang ada, menuju pada sumber yang mutlak, metodologi yang akurat, dan cara menyampaikan yang lebih menarik sehingga akan membangun pencerahan baru dan membebaskan pikiran manusia.
Dalam ruang akademis dibutuhkan dialektika ilmu yang tajam, menjelaskan sumber kemutlakan, dan menancapkan kebenaran berdasarkan data ilmiah yang telah dikaji dan dibuktikan, sehingga agama Islam akan memberikan warna baru dalam kontestasi ilmu di dunia ini.
Misi kemerdekaan profetik yang ketiga adalah membebaskan manusia dari mentalitas buruk. Inilah yang disampaikan nabi bahwa dia diutus menyempurnakan akhlak. Rasulullah pernah memohon kepada Allah SWT agar dimerdekakan dari rasa gelisah dan takut, rasa lemah dan malas, rasa pengecut dan bakhil serta dari hutang dan penjajahan manusia.
Inilah doa yang membentuk mentalitas merdeka, islam tidak menginginkan umat ini mentalnya lemah, tapi nabi mencintai umat islam bermental yang kuat, berani dan berkemajuan. Mental kuat menjadikan umat ini berwibawa, dan disegani umat yang lainya, mental kuat melahirkan umat yang sehat dan penuh semangat, mental yang kuat akan memberikan energi kemajuan bagi diri, keluarga dan umat ini.
Misi kemerdekaan profetik yang keempat adalah memerdekakan dari kemiskinan. Al Quran menyebutkan bahwa pendusta agama adalah yang tidak peka dengan orang miskin dan membebaskan dari kemiskinan dirinya. Sehingga islam memberikan ajaran sedekah, infak, zakat bahkan wakaf. Semua itu adalah instrumen pembebasan dari kemiskinan. Sehingga islam menyuruh umat Islam menguasai pasar, agar perekonomian dipegang orang beriman dan membantu orang-orang miskin.
Itulah mengapa era umar bin abdul aziz tidak ditemukan orang miskin, karena memang mereka mampu menjalankan ajaran islam dengan baik. Kemiskinan sangat berbahaya karena bisa mengantarkan manusia yang lemah iman menjadi kafir, berbeda dengan orang yang memang memilih jalan kemiskinan untuk membangun kedekatan kepada Allah SWT sebagaimana para ahli sufah, waliullah dan orang-orang zuhud.
Misi kemerdekaan profetik terakhir adalah memerdekakan dari segala bentuk kezaliman. Nabi memerintahkan umat nya untuk melakukan perubahan pada kemunkaran, baik dengan tanganya, lisanya atu hatinya. Artinya kezaliman adalh musuh abadi para nabi. Andai dalam sejarah ada peperangan, maka para nabi tidaklah menjajah, tetapi membebaskan manusia dari kezaliman. Maka melawan penjajahan dunia adalah misi kenabian, walaupun tanpa memaksakan agama Islam kepada mereka. Tetapi kezaliman kepada manusia harus dihapuskan.
Inilah kemerdekaan profetik yang harus dilanjutkan oleh semua umat islam, terutama mereka yang memiliki potensi berjuang, mereka harus bergerak memerdekakan manusia dalam segala bidang, sehingga kemerdekaan hakiki akan didapatkan. 78 tahun kita merdeka, menjadi awal membangun kemerdekaan profetik, karena misi profetik ini masih sangat panjang.