YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat Aisyiyah menyelenggarakan kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas). Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Jumat (18/8) bertempat di SM Tower and Convention Yogyakarta. Dengan mengusung tema “Penguatan Kaderisasi Cabang dan Ranting Aisyiyah sebagai Barisan Terdepan untuk Masyarakat Berkemajuan Abad Kedua.”
Dalam kesempatan itu, Bendahara Umum PP Muhammadiyah Prof Hilman Latief, MA., PhD turut hadir memberikan petuah. Dalam petuahnya, Hilman mengingatkan agar seluruh kader Persyarikatan agar dapat merujuk pada hasil muktamar yang ada. Karena hasil dari muktamar ini sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman bagi kader Persyarikatan, baik Muhammadiyah maupun Aisyiyah.
Hilman mengungkapkan jika tidak banyak ditemukan kader yang berkenan untuk membaca terlebih dahulu hasil keputusan Muktamar tersebut. Termasuk hasil Muktamar ke-48 yang baru saja berlangsung di Surakarta, Jawa Tengah tahun 2022. Menurutnya, secara keseluruhan rumusan dari hasil muktamar itu memiliki basis penting sebagai penggerak sekaligus penguatan Muhammadiyah dalam tempo lima tahun ke depan.
“Kita ini sama dengan bapak dan ibu lain yang telah lama di Muhammadiyah, bangga dengan AUM nya dan lainnya. Tetapi kalau kita membaca dengan seksama hasil Muktamar, baru kita sadar betapa hebatnya pemikiran-pemikiran yang dalam Persyarikatan Muhammadiyah ini,” ujarnya.
Aneka pemikiran yang terbentang dalam rumusan Muktamar tersebut kiranya masih perlu dilakukan peninjauan ulang kembali. Artinya secara keseluruhan, rumusan ini perlu dikemas dengan bahasa yang lebih cair dan sederhana, sehingga dapat dipahami secara totalitas oleh seluruh elemen warga Persyarikatan.
Lebih-lebih terkait dengan Risalah Islam Berkemajuan (RIB). Yakni sebagai salah satu aktualisasi dari pemahaman fungsional ajaran agama Islam. Yang dalam pandangan Muhammadiyah telah menjadi ruh sejak periode awal. Dengan kata lain, Islam berkemajuan adalah agama universal yang mengajarkan kehidupan yang berkemajuan dan mendorong umatnya untuk mewujudkan kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan.
Selain itu, rumusan RIB ini mengandung pergerakan Persyarikatan kini dan ke depan. Hilman melukiskan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam modern, niscaya memikirkan tentang keberlanjutan dakwah yang dilakukan. Tentu tidak pernah terlepas dari pendekatan secara bayani, burhani, dan irfani secara interkoneksitas. Dengan kata lain, gerakan dakwah yang diejawantahkan oleh Muhammadiyah berbasiskan dengan pendekatan keilmuan yang autentik.
“Di kampus-kampus Muhammadiyah diharapkan hadir pusat-pusat riset. Dan di seluruh Amal Usaha Muhammadiyah menjadi pusat-pusat inovasi,” jelasnya.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Republik Indonesia ini juga menyebut bahwa bunga rampai pemikiran Muhammadiyah setidaknya memiliki tiga karakteristik. Yakni dakwah, keilmuan, dan tajdid. Bagi Hilman, ketiga karakteristik tersebut tidak bisa dinafikan, mengingat kekuatan Muhammadiyah dalam menjalankan dakwahnya bertumpu pada ketiga karakter yang saling berjalin-berkelindan. (cris/ppmuh)