Ribuan Baju Adat hingga Hadirkan PKL, Begini Meriahnya Upacara 17-an UMM

Ribuan Baju Adat hingga Hadirkan PKL, Begini Meriahnya Upacara 17-an UMM

Ribuan Baju Adat hingga Hadirkan PKL, Begini Meriahnya Upacara 17-an UMM

MALANG, Suara Muhammadiyah – Ribuan orang mengenakan baju adat terlihat memenuhi heliped Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 17 Agustus lalu. Bukan tapa alasan, para dosen dan karyawan Kampus Putih memang tengah mengikuti upacara peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-78. Ada yang memamerkan baju adat dari Malang, Minang, Aceh hingga Papua.

Terkait hal itu, Rektor UMM Prof. Dr. Fauzan, M.Pd. mengatakan, peringatan kemerdekaan ini memang memiliki nilai filosofis tersendiri. Pakaian adat nusantara menggambarkan bahwa kemerdekaan memang garus diupayakan bersama. Jika dulu, para pejuang bersama-sama mengusir penjajah, maka kini masyarakat harus sama-sama membangun generasi dan peradaban.

“Dalam konteks perguruan tinggi, peringatan ini harus menjadi spirit kita untuk mengusir kebodohan, pengangguran, dan berbagai hal yang mengganggu keutuhan bangsa serta negara,” tegasnya.

Di samping itu, Fauzan juga mengatakan bahwa pakaian adat yang berbeda-beda menggambarkan akan pentingnya persatuan. Meski berbeda-beda namun tetap satu, Indonesia. Sesuai dengan sembiyan Bhinneka Tunggal Ika. Pada kesempatan itu, Kampus Putih juga memberikan penghargaan khusus bagi para pejuang kebersihan yang sudah berjuang, yakni para petugas kebersihan UMM.

Hal serupa disampaikan koordinator peringatan Kemerdekaan Indonesia di UMM, Setiya Yunus Saputra, M.Pd. Para peserta upacara memang diminta untuk mengenakan atribut adat yang menarik. Bahkan mereka sangat antusias untuk berlomba-lomba menampilkan baju adat paling unik. Misalnya saja fakultas kedokteran yang seluruhnya menggunakan pakaian adat papua. Beberapa unit bisnis Kampus Putih juga melakukan yang serupa.

Selain ribuan pakaian adat, hal menarik yang disajikan peringatan tersebut adalah belasan macam makanan daerah. Sederet pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kampus diundang dan diborong dagangannya untuk para peserta upacara. Ada yang menyajikan pecel, soto, rawon, bakso, dan lain sebagainya. Para peserta bisa langsung mengambil ribuan prosi makanan usai mengikuti upacara dan saling berfoto bersama.

“Ini juga menjadi bentuk perhatian kami untuk memberdeayakan PKL yang ada di sekitar kampus. Bersama-sama merayakan kemerdekaan dengan riang dan meriah,” pungkasnya. (*)

Exit mobile version