YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Serikat Usaha Muhammadiyah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Serikat Usaha Muhammadiyah (Rakornas SUMU). Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu (19/8) bertempat di Ballroom Forriz Hotel Yogyakarta.
Dalam acara tersebut turut hadir Direktur Utama PT. Syarikat Cahaya Media/ Suara Muhammadiyah Deni Asy’ari, MA, Dt Marajo. Deni menyampaikan sangat mengapresiasi atas diadakannya kegiatan tersebut. Dirinya berharap agar SUMU ini dapat mendorong generasi muda makin produktif dan aktif dalam berkarya.
Pada saat yang sama Deni mendorong pada generasi muda untuk dapat bersinergi dan fokus dalam menjalankan sesuatu. Lebih-lebih ketika mengelola Suara Muhammadiyah, generasi muda kedepan harus sungguh-sungguh dan tanggung jawab dalam menjaga dan membesarkan warisan dari KH Ahmad Dahlan dan H Fachruddin.
“Kebertahanan Suara Muhammadiyah hari ini memang kebanggaan, tapi ada juga tantangannya. Kami tidak ingin di tangan anak muda anak, majalah yang sudah dibangun malah mati,” ujarnya.
Deni juga mengatakan bahwa 108 tahun yang ditorehkan SM merupakan perjalanan panjang bagi media cetak ini. Sebab tidak ada media sezamannya yang masih bertahan sampai detik sekarang.
“108 tahun bukan usia pendek. Kalau kita lihat sudah tidak ada media yang masih eksis, masih terbit, dan masih hidup yang sezaman SM. Alhamdulillah hingga hari ini media ini masih eksis, tidak hanya eksis, tapi juga tumbuh berkembang,” katanya.
Dalam kesempatan itu Deni menceritakan pengalamannya selama memimpin di Suara Muhammadiyah. Menurut pengakuannya Deni masuk di Suara Muhammadiyah pada tahun 2014. Dirinya kemudian langsung melakukan transformasi secara totalitas.
“Saya fokus di Suara Muhammadiyah di 2014. Di awal saya melakukan tranformasi dari teks menuju konteks, dan saya sempat membuatnya dalam sebuah buku, isinya apa yang ingin dituju Suara Muhammadiyah ke depannya,” ujarnya.
Setelah melakukan dakwah literasi dengan majalah pada abad pertama, maka memasuki abad kedua ini Deni mencoba untuk melakukan transformasi gagasan-gagasan teks menjadi gerakan konteks.
“Yang selama ini Suara Muhammadiyah dakwahnya secara bil lisan, bil qalam, maka kita ingin transformasi tidak hanya bil lisan, tapi bil hal. Maka memasuki abad kedua ini pilihan kami pada saat itu kita harus mengimplementasikan kerja-kerja teks, gerakan literasi ini ke dalam gerakan ekonomi,” tuturnya.
Deni menjelaskan alasan harus gerakan ekonomi yang diambil. Karena Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Basis Kesehatan dengan jumlah rumah sakit tersebar di berbagai daerah. Selain itu juga banyak tersebar lembaga pendidikan. Namun, dari ikon atau branding ekonomi yang masih belum tampak kuat di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
“Hal ini menjadi salah satu pilihan bagi Suara Muhammadiyah untuk menjadikan gerakan ekonomi sebagai ikon baru atau Muhammadiyah menyebutnya sebagai Pilar Ketiga,” ujarnya.
Deni mengingatkan bahwa untuk menjalankan sebuah bisnis memang tidak mudah. Dan juga tidak boleh serampangan. Sebab ketika menjalankan itu dengan cara demikian maka bisnis yang dijalankan itu tidak mungkin dapat berjalan dan berkembang dengan baik.
“Menjalankan bisnis di sebuah organisasi memang tidak mudah. Dan juga dalam mengubah kultur sebenarnya yang lebih susah, bukan memasarkan yg susah,” tuturnya.
Selain itu Deni juga mengatakan dalam menjalankan bisnis itu sifatnya adalah konsisten dan keberlanjutan. “bisnis merupakan sesuatu yang sifatnya keberlanjutan yg harus dijalankan, bukan hanya sekali promosi saja. Yang berarti sekarang adalah mentrasformasikan gerakan literasi menjadi ekonomi,” ucapnya.
Deni berkeyakinan bahwa jamaah sebagai salah satu kekuatan besar dalam menjalankan dakwah ekonomi. Selain itu, kekuatan jamaah juga menjadi mesiu untuk melawan oligarki ekonomi. “Kekuatan yang mampu melawan kekuatan oligarki adalah kekuatan jamaah, kekuatan personal tidak mampu melawan kekuatan oligarki,” jelasnya.
Deni menuturkan bahwa saat ini dirinya akan merealisasikan Jihad ekonomi yang bermakna Lil-Muwajahah. Yakni jihad positif yang tidak marah-marah, jihad yang konstruktif dan jihad yang solutif dalam menghadapi berbagai tantangan saat ini.
“Oleh karenanya jihad Muhammadiyah bukanlah jihad yang bermakna lil-muaradhah, tetapi jihad yang bermakna jihad yang bermakna lil-muwajahah,” tuturnya.
Manifestasi yang dilakukan sampai saat ini yakni berdirinya sebanyak 112 gerai logmart di seluruh tanah air. Bahkan saat ini ingin memperluas pembukaan cabang baru di Jakarta 50 gerai logmart.
“Jadi kita punya ide, kita realisasikan menjadi bisnis, dan bisnis ini dilakukan secara berjamaah. Ini akan menjadi sebuah hal yang luar biasa. Di mana saat ini sudah ada 112 logmart yang sudah berdiri. Dan sekarang persiapan di Jakarta untuk 50 gerai,” ucapnya. (Yofa/Tri/ Cris)