Hari Pers Muhammadiyah, Inspirasi Media Cetak Islam Tertua yang Terus Eksis
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah melalui Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengusulkan tanggal 13 Agustus sebagai hari Pers Muhammadiyah. Pemilihan tanggal tersebut tidak lepas dari sejarah kelahiran Suara Muhammadiyah pada 1915 sebagai media pers tertua milik Persyarikatan Muhammadiyah. Mengusung misi dakwah Islam yang meneguhkan, mencerahkan dan menggembirakan, Majalah Suara Muhammadiyah di usianya yang ke-108 masih tetap eksis. Terbit dua kali sebulan. Majalah SM versi cetak hadir memberikan inspirasi kepada warga Muhammadiyah untuk terus membumikan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.
Memasuki era baru, abad kedua Suara Muhammadiyah menghadapi banyak tantangan. Asmono Wikan, Anggota Dewan Pers 2022-2025 menegaskan bahwa era digital menghadirkan konsekuensi yang tidak mudah bagi keberlanjutan hidup sebuah media, khususnya media cetak. Banyak media gulung tikar karena rugi secara hitungan bisnis. Oleh karena itu tidak mudah bagi perusahaan Pers menjamin dirinya akan tetap eksis di tahun-tahun mendatang.
Untuk menjawab hal tersebut, perlu kiranya kita merenungi pertanyaan Robert G. Picard, seorang ahli masalah ekonomi media, profesor ekonomi Hamrin dan direktur Media Management and Transformation Centre, Jonkoping International Business School, Jonkoping University, Swedia. Pertanyaan tersebut di antaranya. Apakah media berbasis jurnalisme masih mempunyai masa depan? Di tengah aneka media yang ada, pun ditambah pelbagai inovasi industri media mutakhir, apakah media berbasis jurnalisme masih punya tempat dalam masyarakat sekarang? Demikian pertanyaan penting yang diajukan Robert G Picard menghadapi hiruk-pikuk perkembangan industri media hari ini.
Dari pertanyaan yang diajukan oleh Picard tersebut, Asmono pun mengapresiasi Suara Muhammadiyah yang mampu bertahan hingga lebih dari 100 tahun. Hal ini tidak lain karena Suara Muhammadiyah tetap konsisten dengan ciri khasnya sebagai media komonitas yang mengusung ideologi Islam tengahan, sebaimana dianut Muhammadiyah. SM juga termasuk media yang secara aktif memberikan pelayanan informasi yang relevan dengan komonitasnya. Agar terus eksis, ia pun berpesan agar SM tetap konsisten dengan apa yang sudah dimulai sejak berdirinya hingga sekarang.
“Suara Muhammadiyah jangan sampai menjadi seperti media yang mengambil pasar umum. Tekun saja pada apa yang sudah dilakukan. Dan yang terpenting bagaimana menjadikan itu tetap relevan bagi warga Muhammadiyah,” tegasnya kepada Suara Muhammadiyah (23/8) yang di rooftop SM Tower and Convention.
Dadang Kahmad, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pun menyambut baik acara penetapan 13 Agustus sebagai Hari Pers Muhammadiyah. Penetapan hari pers ini menurut Dadang merupakan apresiasi kepada SM yang sedari awal telah mengusung gerakan literasi. Memberantas angka buta huruf yang pada saat itu masih sangat tinggi. Bukan hanya menjadi corong pemberitaan bagi komonitas Muhammadiyah, majalah Suara Muhammadiyah versi cetak juga mengambil peran literasi dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat Islam yang waktu itu masih sangat tertinggal.
“Kami mengusulkan tanggal 13 Agustus sebagai Hari Pers Muhammadiyah karena pers sangat penting,” tegasnya.
Tak berhenti di situ, letak kepentingan Suara Muhammadiyah sebagai industri media tak hanya tentang urusan untung-rugi. Tapi bagaimana SM mampu menjadi jembatan literasi yang menghubungkan antara tradisi lisan yang masih sangat dominan di masyarakat bergeser menuju tradisi baca dan tulis yang masih perlu didorong secara maksimal.
Muchlas MT, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah dalam sambutannya mengatakan, ditetapkannya 13 Agustus sebagai Hari Pers Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi semangat serta inspirasi bagi pers Muhammadiyah untuk menggelorakan dakwah Islam yang efektif serta adaptif dengan perubahan zaman melalui penguatan media dan jurnalistik di lingkungan Muhammadiyah.
“Kolaborasi antara MPI dengan Suara Muhammadiyah diharapkan dapat menghadirkan media yang efektif untuk menyelenggarakan fungsi dakwah dan informasi melalui jalan penguatan media dan jurnalistik,” ujarnya pria yang menjabat sebagai Rektor Univesitas Ahmad Dahlan (UAD) tersebut.
Selain mengusulkan hari lahir Suara Muhammadiyah sebagai hari pers Muhammadiyah, MPI juga menginisiasi agar Majalah Suara Muhammadiyah menjadi warisan budaya benda dan tak benda (heritage). Widiyastuti, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat (MPI PP) Muhammadiyah mengamini hal ini. Ia berharap majalah Suara Muhammadiyah dapat masuk sebagai daftar warisan budaya yang perlu dilestarikan. (diko)