WAKATOBI, Suara Muhammadiyah – Menimbang pentingnya kontribusi kampus dalam pengembangan wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang tergabung dalam Tapak Pengabdi Katulistiwa (Tabik) generasi ketiga mengadakan program pengabdian masyarakat di desa Mola Nelayan Bakti yang berada di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
“Program kerja yang kami lakukan adalah pembentukan komunitas nelayan, komunitas sadar wisata, peningkatan kapasitas warga tentang pemahaman gender, dan pencegahan stunting kepada masyarakat,” ujar Ikrar Amar Ma’ruf, ketua tim Tabik, pada Jumat (25/8). Mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi UMY ini menambahkan bahwa masyarakat yang didampingi berasal dari suku Bajo yang mayoritas adalah nelayan, sehingga program pembentukan komunitas nelayan menjadi penting agar komunitas suku Bajo yang berprofesi sebagai nelayan terberdayakan.
Wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal seharusnya menjadi wilayah yang mendapat perhatian. Pemerintah selama ini telah memberikan dukungan terhadap wilayah yang berada dalam kondisi seperti ini. Institusi pendidikan tinggi juga bisa berkiprah dalam pengembangan wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal. Kuliah kerja nyata (KKN) di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal bisa menjadi pilihan yang bisa dilakukan.
Sebanyak lima belas mahasiswa UMY dari berbagai program studi terlibat dalam program pengabdian masyarakat ini, ditambah satu mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma). Masyarakat dan tokoh masyarakat Wakatobi menyambut baik KKN yang dilakukan oleh mahasiswa UMY ini. “Program KKN yang dilakukan oleh mahasiswa UMY sangat memberikan solusi bagi pengembangan masyarakat di Wakatobi dengan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada komunitas,” ujar Arusani, rektor Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Muhammadiyah Wakatobi. Arusani menambahkan bahwa di ITB Muhammadiyah Wakatobi selalu mendukung program pengembangan masyarakat Wakatobi, apalagi yang melibatkan sesama perguruan tinggi Muhammadiyah.
Program KKN ini didukung sepenuhnya oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UMY. “Melalui program pengabdian masyarakat ini, mahasiswa membuktikan dirinya sebagai agen perubahan sosial. Mendampingi komunitas suku Bajo untuk membuat komunitas nelayan, pencegahan stunting, pemahaman gender dan sadar wisata adalah sesuatu yang berkemajuan,” ujar Fajar Junaedi, dosen pembimbing lapangan saat mendampingi di lokasi KKN. Dosen Ilmu Komunikasi UMY ini menambahkan bahwa KKN di wilayah wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal merupakan pengalaman akademik yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa. ( Fajar/Yofa)