SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat (Kesmas) yang merupakan bagian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) telah mengambil langkah proaktif dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan perempuan dengan menyelenggarakan pelatihan pencegahan pelecehan seksual pada Kamis (24/8).
Kegiatan ini diikuti oleh 19 orang mahasiswa peserta 2023 UNIMUS International Summer Program yang berasal dari Taiwan, Tanzania, dan Timor Leste serta mahasiswa FKM UNIMUS. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang isu sensitif ini di lingkungan kampus yang beragam budaya dalam rangka menciptakan lingkungan kampus yang aman dan inklusif bagi semua mahasiswa, terutama bagi perempuan.
Dosen FKM UNIMUS, Nurina Dyah Larasaty, SKM., MKes sebagai pemateri dalam kegiatan ini memberikan pemahaman mendalam kepada mahasiswa asing mengenai definisi pelecehan seksual, jenis-jenisnya, dampaknya pada korban, serta cara-cara untuk menghindari situasi yang berpotensi berujung pada pelecehan.
Peserta tampak antusias menyimak materi serta berdiskusi tentang batasan perilaku yang sesuai dan tidak sesuai, pentingnya persetujuan dalam interaksi apapun, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk melawan pelecehan seksual, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Dalam sambutan pembukaan pelatihan, Dekan FKM UNIMUS, Dr Sayono, SKM., MKes (Epid), menyampaikan, “Ancaman pelecehan bisa terjadi dimana saja termasuk di lingkungan kampus. Karena itu, isu ini menjadi perhatian global. Melalui pelatihan ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan mahasiswa sehingga bisa terhindar dari hal yang tidak diinginkan tersebut,” ujarnya.
Upaya pencegahan pelecehan seksual melalui pelatihan ini diharapkan akan menjadi contoh bagi institusi-institusi pendidikan lainnya dalam mengatasi isu sensitif serupa. Dengan melibatkan mahasiswa asing dalam upaya ini, FKM UNIMUS tidak hanya berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kampus yang lebih aman, tetapi juga dalam membangun hubungan antarbudaya yang lebih baik di lingkungan akademik. (Agung Widodo)