PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Membuka Rakernas (Rapat Kerja Nasional) LPCRPM (Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid), Jumat (1/9) di Auditorium Ukhuwah Islamiah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan peran dan posisi strategis Cabang Ranting bagi perluasan dakwah Persyarikatan. Menurutnya, peran penting dan strategis itu sudah berjalan sejak era KH Dahlan. Baik terkait perluasan dan persebaran dakwah Muhammadiyah di Jawa maupun luar Jawa.
“Tahun 1926 Muhammadiyah sudah sampai Merauke, tahun 1930-an Muhammadiyah sudah ada di NTT. Bahkan Sukarno saat diasingkan ke Ende, ia melihat keberadaan Muhammadiyah di sana walau masih konservatif belum semaju Muhammadiyah di Jawa,” terang Haedar.
Saat itu, sambungnya, Muhammadiyah belum menggunakan istilah Cabang Ranting, tapi menyebutnya dengan sebutan Gerombolan. Bahkan Muhammadiyah sudah ada di kawasan 3T, seperti Berau, Papua Barat, pulau Arar, Donggala, dan lain-lain.
Guna menambah peran penting dan memantapkan posisi strategis tersebut kepada LPCRPM Haedar mengarahkan agar lahir Ranting-ranting berbasis komunitas. Melihat komunitas di era sekarang ini menjadi bagian dari masyarakat yang cukup penting dan memberi warna baru.
Komunitas bagi Muhammadiyah, terang Haedar, adalah basik dari masa dan masyarakat hari ini, punya karakter yang khas, memiliki paguyuban yang tinggi, memiliki relasi yang spesifik, interaksi sosial yang cair. Karenanya Muhammadiyah berkepentingan untuk menjadikan komunitas menjadi pilar strategis membangun masyarakat berkemajuan.
Setidaknya Muhammadiyah berkepentingan untuk mengembalikan sekaligus menjadi petunjuk arah pada ranah religiusitas, mencerdaskan kehidupan masyarakat, pemberdayaan dan advokasi masyarakat, dan membawa masyarakat menuju masyarakat yang berkemajuan. (gsh)