YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Keberadaan ekonomi sebagai sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa ekonomi, kehidupan menjadi limbung bahkan mengalami kepunahan. Bahkan begitu pentingnya ekonomi, Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media / Suara Muhammadiyah Deni Asy’ari sampai menyebut ekonomi merupakan pilar peradaban umat manusia.
“Peradaban yang maju adalah peradaban yang ditopang oleh kekuatan ekonomi,” ujarnya saat Bincang Bisnis di Soewaramoe Cafe & Lounge Lantai 8 SM Tower Malioboro Yogyakarta, Sabtu (28/9).
Deni menceritakan denyut nadi historitas dari proses hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yastrib (Madinah). Kala itu, selain mendirikan Masjid Quba, pada saat bersamaan Nabi juga mendirikan pasar umat Islam yang dikenal Pasar Souq al-Madinah.
Dalam titik sejarahnya, pasar ini sebagai pasar alternatif umat Islam. Di mana, dulu ada pasar yang didirikan oleh Kaum Yahudi. Tapi justru melakukan anomali yang menyengsengsarakan penduduk sekitar. Dengan iktikad besar Nabi, maka mendirikanlah pasar itu meski mendapat pertentangan, Nabi tidak patah arang mendirikan pasar sebagai pusat pergerakkan ekonomi.
“Pasar yang didirikan oleh Nabi ini adalah pasar untuk melawan ketidakadilan, kezaliman, dan pajak. Konsep yang diterapkan Nabi seperti salat berjamaah di masjid. Siapa yang dahulu masuk masjid, mengisi shat di depan, maka dialah yang berada di barisan terdepan. Begitu di pasar ini, siapa yang dulu masuk kompleks pasar ini, dialah yang punya lapak di pasar ini,” sebutnya.
Berjalannya waktu, pasar yang didirikan Kaum Yahudi bermigrasi ke tempat lain. Berbeda dengan pasar yang didirikan Nabi, terus mengalami perkembangan sangat positif. “Di sinilah yang menjadi inspirasi bahwa ekonomi menjadi fondasi bagi peradaban,” tegasnya. Baru setelah itu, Nabi menyusun peraturan kehidupan masyarakat (perundang-undangan) yang dikenal dengan Piagam Madinah.
“Dalam konteks sejarah Islam, yang dominan pun juga bagaimana menonjolkan ekonomi ini menjadi kekuatan peradaban. Walau memang hal itu akhirnya menjadi tantangan tersendiri bagi kita,” katanya.
Wakil Sekretaris Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyimpulkan kiprah Nabi dengan mendirikan Pasar Souq al-Madinah tidak hanya menegakkan dan mengajarkan bagaimana ibadah dan moralitas, tetapi juga mengajarkan umat agar membangun kekuatan ekonomi berbasis jamaah.
“Artinya kekuatan ekonomi yang dibangun di Madinah oleh Nabi bukan kekuatan personal. Tetapi oleh kekuatan jamaah, sehingga kekuatan ekonomi bisa Yahudi bisa tumbang bukan oleh kekuatan personal, tetapi oleh gerakan ekonomi berbasis jamaah,” tegasnya.
Maka dari itu, gerakan ekonomi berbasis jamaah menjadi sebuah gerakan penting bagi Muhammadiyah saat ini. Apalagi melihat kondisi ekonomi bangsa kita yang semakin hari tampak semakin timpang. Ini membutuhkan ijtihad dan jihad kolektif untuk menghadirkan konsep dan gerakan ekonomi berbasis jamaah yang berkeadilan.
“Untuk menghadapi para oligarki tidak mungkin dilakukan seorang diri. Maka, kami berkesimpulan, cara kita satu-satunya adalah dengan kita mengonsolidasikan potensi ekonomi umat dalam bentuk gerakan ekonomi berabsis jamaah,” tandasnya. (Cris)