Yogyakarta — Muhammadiyah menilai kejadian serangan bom di kawasan Jalan Thamrin Jakarta jam 10.00 tadi pagi merupakan tindakan yang biadab. Tindakan yang menelan korban nyawa seperti itu layak untuk dikutuk oleh semua peradaban.
Pernyataan ini dikeluarkan oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Dr Abdul Mu’ti dalam pers conference yang digelar oleh PP Muhammadiyah di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta (kamis,14 Januari 2106 jam 15.00).
Selain mengutuk keras kejadian yang menewaskan 6 orang tersebut, pada forum itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga menyatakan belasungkawa kepada para korban baik yang wafat maupun yang luka-luka.
Muhammadiyah, juga mendesak pihak keamanan, khususnya Kepolisian dan Badan Intelijen Negara (BIN) secepatnya mengusut tuntas motif dan pelaku pemboman ini secara professional dan objektif.
Walau begitu Mu’ti juga berharap, polisi tidak mengambil kesimpulan secara terburu-buru dalam mengungkap motif dan pelaku pemboman tersebut. Pemberantasan dan pencegahan terorisme oleh pemerintah harus dilakukan dengan tetap memperhatikan HAM, azas praduga tak bersalah, dan tata aturan hukum yang berlaku.
Busyro Muqoddas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Hukum dan HAM yang juga hadir pada pers conference tersebut, menyatakan kalau selama ini penanganan terorisme di Indonesia tidak tuntas karena lebih banyak pelakunya ditembak mati saat melakukan penangkapan dibanding dengan yang masuk ke meja hukum. Akibatnya tindakan seperti ini kembali terulang.
Seharusnya pemerintah, khususnya lembaga yang menangani langsung terorisme, bisa belajar dari kejadian- kejadian yang sudah pernah ada. Sehingga, tindakan yang diambil tidak saja memberantas terorisme. Namun, juga ada tindakan pencegahan agar meminimalisir tindakan terorisme tersebut.
Secara khusus Busyro juga berpesan agar aparat pemerintah yang menangani terorisme agar lebih jujur menyampaikan motif dan pelaku pemboman dan jangan mengaitkan kejadian ini dengan kelompok agama tertentu. Karena hal itu akan sangat mengganggu kesatuan dan persatuan bangsa.
“Bangsa ini dibangun atas dasar nilai-nilai agama, jika kelompok agama tertentu dikaitkan dengan kejadian terorisme, ini tentu akan merusak kesatuan dan persatuan bangsa”, kata Busyro.
Di akhir forum itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menghimbau, agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh pemberitaan media yang belum jelas kebenarannya.
Masyarakat juga tidak perlu takut dan tetap tenang, serta mempercayakan sepenuhnya masalah pengamanan kepada aparatur keamanan pemerintah. “Jangan karena ada kasus ini kemudian menganggap negara sudah tidak aman, dan menganggap Indonesia sebagai sumber pelaku terorisme dan ousat terorisme. Karena belum tentu pelaku adalah otak terorisme. Untuk itu sikap tetap tenang dan mempercayakan kepada aparatur keamanan itu lebih diutamakan”, terang Haedar. (gsh)