• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Selasa, Desember 16, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Mutiara Ketulusan dan Kejujuran

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
24 Januari, 2016
in Ibrah
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Mutiara Ketulusan dan Kejujuran
Share

Nabi berkisah tentang dua perempuan yang berebut bayi. Masing-masing mengaku bayi itu anaknya. Keduanya tak mau mengalah. Kisah itu terjadi di zaman Nabi Daud dan Sulaiman.
Nabi Daud memutus perkara. Bayi mungil itu di­serahkan pada perempuan yang usianya lebih tua. Tapi, perempuan yang muda tak menerima keputusan itu, lalu mengadukannya kepada Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman mengambil jalan tengah. Di hadapan dua perempuan itu beliau menyampaikan keputusan akan membelah jabang bayi itu dan membagikannya kepada kedua “ibunya” itu secara adil. Tentu saja ke­duanya kaget.

Perempuan yang usianya lebih muda bertanya, “Wahai baginda, apakah engkau akan membelah bayi ini untuk kami?” Nabi Sulaiman menjawab, “Ya”. Si perempuan itu kemudian berkata, “Janganlah engkau melakukan itu, biarkan bayi ini kurelakan untuk saudara tuaku ini.”
Nabi Sulaiman akhirnya memutuskan bayi yang diperebutkan itu menjadi milik perempuan yang muda. Seraya dia berkata, “Ambillah anak ini, karena dia adalah anakmu.” Kisah tersebut boleh jadi sebuah perumpamaan. Mungkin juga suatu peristiwa yang memang terjadi. Nabi tentu tidak akan mengada-ada suatu kisah.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Bahwa ketulusan dan kejujuran itu merupakan nilai paling berharga. Orang yang tulus dan jujur tidak ingin apapun yang dicintainya menjadi binasa. Kecintaan dan kejujurannya melebihi ambisinya untuk memiliki  sang bayi, meski itu sebenarnya anak kandungnya sendiri. Inilah sikap jujur yang asli, yang bersenyawa dengan ketulusan.

Jika di zaman kini banyak orang yang tulus dan jujur secara alami, maka damai dan selamatlah masyarakat, bangsa, dan negara. Hakim dan penegak hukumnya tulus plus jujur, maka tegaklah hukum yang benar dan adil. Polisi, politisi, dan pemimpin negeri jika semuanya  tulus dan jujur maka terbebaslah negara dan bangsa dari gonjang-ganjing yang mematikan akal sehat.

Jika negara banyak masalah dan korupsi merajalela maka lihatlah perangai elit dan warganya. Para pemimpin, polisi, jaksa, hakim, politisi, pejabat, pengusaha, dan warga bangsa jika terjangkiti ketidaktulusan dan ketidakjujuran maka hancurlah nasib negara. Dusta, kesewenang-wenangan, ajimumpung, dan segala kemaksiatan serta kemunkaran akan menjadi lazim dan meluas.
Koruptor dan perusak kekayaan negara selain hidup leluasa, bahkan dibela warga yang memang bodoh dan mudah dibayar. Para penjahat negara ini akan bebas mengatur seluruh sudut negara. Segenap institusi pemerintahan yang semestinya berfungsi melayani hajat hidup publik malah dipakai untuk melayani diri, keluarga, dan kroninya. Kekuasaan politik disalahgunakan, meski jargon ke publik atas nama wong cilik. Ternyata setelah kekuasaan itu di tangan, semuanya sama saja menjadi ajimumpung.

Jika para pencoleng kelas hiu ini dibidik kejahatannya, maka sertamerta melakukan serangan balik. Hakim pun gampang disuap, diatur,  dan diintimidasi sehingga membela para koruptor dan petualang negara. Padahal palu hakim itu seolah sama dengan keputusan Tuhan, yang final dan mengikat. Sungguh betapa besar dosa para hakim dan penegak hukum yang korup itu, yang keputusannya dusta dan tidak benar.

Maka, sungguh mahal ketulusan dan kejujuran itu. Keduanya bagaikan barang hilang yang harus ditemukan kembali di negeri ini. Semoga di organisasi-organi­sasi dakwah masih banyak para pemimpin, kader, dan warga yang tulus dan jujur secara autentik. Jika tidak, habislah harapan umat.• A. Nuha

Tags: featuredibrahIslamMajalah Suara Muhammadiyahhmuhammadiyahnasionalwawasan
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
KHA Dahlan Pahlawan yang Melahirkan Pahlawan

Kendaraannya Orang Kafir

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In