Mengambil Ibrah dari Dua Maulid

Imam Syafi'i

Foto Dok Ilustrasi

1

Jamaah sidang Jum’at yang dimuliakan Allah.
Meskipun tahun 2015 baru saja berlalu, namun terdapat ibrah atau pelajaran yang dapat kita renungkan dari berbagai peristiwa  yang terjadi pada tahun tersebut. Misalnya, pada akhir Desember 2015 lalu, terdapat dua hari peringatan Maulid atau Milad yang berdampingan tanggalnya. Pertama adalah peringatan Maulid/ Milad Nabi Muhammad Saw, dan kedua adalah peringatan Natal yang diklaim sebagai hari kelahiran Yesus, yang dalam keyakinan Islam disebut Nabi Isa al-Masih a.s. Secara semantik, Maulid/ Milad memiliki makna yang sama dengan Natal, yakni hari kelahiran.
Muncul pertanyaan: Apakah ibrah yang dapat diambil dari adanya dua tanggal berurutan yang merupakan hari kelahiran dua tokoh besar umat manusia tersebut?

Pertama, dalam keyakinan Islam, baik Muhammad saw maupun Yesus atau Isa al-Masih adalah sama-sama nabi dan rasul Allah SwT yang diutus kepada umat manusia dalam rangka, terutama, meluruskan kembali akidah yang telah bengkok, yaitu menuhankan hanya satu Tuhan, yakni Allah SwT, yang dikenal sebagai akidah tauhid. Keduanya telah memperjuangkan akidah tauhid dengan gigih sampai akhir hayat. Keduanya dikenal sebagai rasul-rasul Ulu l-‘Azmi — yakni orang-orang yang memiliki kemauan kuat dan ketabahan luar biasa dalam meraih cita-cita — bersama Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., dan Nabi Musa a.s.
Allah SwT berfirman dalam QS al-Anbiyaa’: 25 sebagai berikut.

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelummu [Muhammad], melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku”.” (QS al-Anbiyaa’: 25)

Sementara itu, di dalam Injil Yohanes ayat 17 pasal 3, misi ketauhidan Yesus (Isa al-Masih) tersurat dengan jelas, yang di dalamnya tertulis Yesus berkata: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Kedua, terdapat perbedaan terkait waktu kelahiran keduanya. Tanggal lahir Nabi Muhammad saw sangatlah jelas, yakni 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah (571 M).

Sementara itu, tanggal lahir Yesus (Isa al-Masih) bersifat debatable, kebenarannya masih diperdebatkan, bahkan oleh kalangan internal gereja.

Di antara buktinya adalah, pertama, tentang asal-usul penetapan 25 Desember itu sendiri sebagai tanggal lahir Yesus dan, kedua, tentang penetapan doktrin Trinitas sebagai doktrin pokok ketuhanan agama Kristen.

Penyangkalan terhadap kebenaran 25 Desember sebagai hari natal Yesus (Isa al-Masih) adalah terkait dengan kondisi alam ketika Yesus dilahirkan. Di Eropa dan sekitarnya, Desember masuk musim dingin. Tidak mungkin pepohonan dapat tumbuh di musim salju, termasuk pohon kurma. Al-Qur’an mengoreksi dengan menegaskan bahwa Yesus (Isa al-Masih) dilahirkan oleh Maryam di bawah pohon kurma yang sedang berbuah. Allah SwT berfirman yang artinya: “Maka ia [Maryam] pun mengandungnya, lalu ia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. (*) Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia [bersandar] pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah   baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan. (*) Lalu Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (*) Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. (*) Maka makan dan minumlah serta gembirakanlah hatimu ….”  (QS Maryam: 22-26).

Zumratal mukminin a’azzakumullah.
Ketiga, status kenabian Muhammad saw tetap terjaga sampai sekarang seiring dengan tetap terjaganya keaslian al-Qur’an sebagai Kitabullah oleh Allah SwT sendiri, sebagaimana firman-Nya:

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS al-Hijr: 9)
Sementara itu, status kenabian Yesus (Isa al-Masih) hanya bertahan tiga abad setelah beliau wafat. Dalam konsili para pemimpin gereja yang diselenggarakan di Nicea tahun 325 M, telah diputuskan untuk mengangkat Yesus (Isa al-Masih) sebagai Tuhan.
Lalu pada konsili di Efesus (421 M), Trinitas ditetapkan sebagai doktrin sentral ketuhanan Kristen, tentang pengakuan tiga oknum Tuhan, yaitu Tuhan Bapak (Allah), Tuhan Anak (Yesus), dan Ruhul Kudus (Jibril).

Khutbah Kedua

Jamaah sidang Jum’ah yang dimulyakan Allah.
Marilah kita akhiri renungan Jum’at ini dengan berdoa ke hadirat Allah, semoga Allah SwT berkenan mengabulkan doa kita, antara lain, menjadikan kita sebagai hamba Allah yang dimudahkan mengambil pelajaran dan memahami kebenaran sejati, termasuk kebenaran sejarah hidup Nabi Muhammad saw dan Nabi Isa al-Masih as di tengah-tengah serbuan informasi
yang menyimpang tentang keduanya.•


—————————————-
Drs. Setyadi Rahman, MPI. adalah Guru Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Dosen STAIT Yogyakarta.  

Exit mobile version