YOGYAKARTA – Warga Panggeran Sleman, kedatangan seorang tamu istimewa. Tamu itu ialah Dr. Munichy B Edress, cucu dari pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Kedatangan Dr. Munichy ke Sleman ini, untuk memenuhi undangan acara dakwah dan tasyakuran Milad ke 68 SMP Muhammadiyah 1 Sleman, pada 28 Januari 2016 lalu. Dalam kesempatan itu, beliau didaulat sebagai penceramah.
“Assalamualaikum bapak-ibu semuanya,” sapanya di awal ceramah yang kemudian dibalas dengan ucapan salam serupa. Ceramah yang beliau sampaikan membahas tentang hakikat kehidupan manusia. Diawali dari sebuah pertanyaan pada jama’ah “untuk apa kita hidup di dunia?” Lantas beliau membeberkan jawabannya dengan merujuk pada surat Adz-Dzariyat ayat 56, dimana Allah menciptakan manusia untuk beribadah. “Tentu yang dimaksud ibadah bukan sekedar shalat,” terangnya. Melainkan secara luas mencakup keseluruhan aspek kehidupan. “Dimana kita mengenalnya ada ibadah mahdah dan ghairu mahdah” tambah beliau.
Pembahasan ibadah mahdah dan ghairu mahdah nampaknya menarik perhatian para jama’ah yang hadir. Dengan antusias, mereka mendengarkan penuturan dari pria berkacamata di atas panggung tersebut. “Ibadah mahdah itu kita harus mencontoh Rasul.” tegas Dr. Munichy. Untuk lebih mudah memahami apa yang dimaksud dengan ibadah mahdah, kita bisa mengacu pada rukun Islam. Disitu ada lima, mencakup: syahadat, shalat, zakat, puasa, dan naik haji.
“Yang harus kita tiru itu tuntunannya, karena sudah diatur dari sananya” kata beliau sambil mengangkat tangannya ke atas sebagai pertanda ketentuan Allah. “Nggak boleh, misalnya pagi-pagi pas badannya masih segar, terus shalat Shubuh 4 raka’at biar lebih mantap.” katanya disambut gelak tawa jama’ah.
Jika ibadah mahdah harus mengacu pada Rasul karena sudah pasti ketentuaannya, tidak demikian halnya dengan ibadah ghairu mahdah. Karena ibadah ghairu mahdah itu terkait dengan urusan duniawi. Bersandar pada hadits, Rasulullah pernah bersabda bahwa justru umatnya yang lebih tahu urusan dunia dibanding dirinya sendiri.
“Selama tidak bertentangan dengan larangan Allah, kita boleh melakukan segala hal dalam urusan duniawi,” jelasnya. Beliau mencontohkan soal pakaian. Selama tidak ada melanggar ketentuan berupa batas aurat, maka tidak masalah mau pakai model apapun. “Jangan tanya sama Rasulullah soal pakaian itu yang bagus gamis apa batik,” ujarnya memberi perumpamaan. (GR-ed. nisa)