M Muchlas Abror
ISLAM adalah agama dakwah. Tidak mungkin Islam tersebar tanpa dakwah. Mustahil Islam cepat tersiar tanpa gerak, kerja keras, kesungguhan, dan ketulusan para pemeluknya. Jadi, pada setiap masa, umat Islam harus memiliki kesadaran dan tanggungjawab dalam memikul amanah Allah untuk berdakwah. Setiap Muslim dan Muslimah berkewajiban untuk memikul tugas mulia lagi terpuji, yakni dakwah. Tidak boleh, seorang Muslim meninggalkan dakwah dan seorang Muslimah menghindarkan diri daripadanya.
Dakwah adalah menyeru, memanggil, mengundang, dan mengajak manusia kepada Islam. Tentu ajakan oleh si da’i (pengajak) kepada si mad’u (yang diajak) dilakukan dengan cara-cara yang baik, yaitu dengan hikmah, pengajaran atau nasihat yang baik, dan bertukar pikiran (berdialog) secara lebih baik (Qs An-Nahl [16] : 125). Dalam berdakwah atau mengajak si mad’u kepada Islam, si da’i dilarang melakukan paksaan (Qs. Al-Baqarah [2] : 256). Sebab, si da’i bukan pemaksa yang berkuasa atas si mad’u (Qs Qaaf [50] : 45).
Manusia yang menjadi obyek dakwah, dilihat dari segi masa, ada yang mengalami masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Tiap masa yang dialami dan dilalui manusia itu, masing-masing mempunyai kekhususan atau keistimewaan sendiri. Jadi, tiap masa manusia tentu ada perbedaan antara satu masa dengan masa lainnya. Karena itu, si da’i harus mengetahui, memahami, dan mendalami kekhususan dari masing-masing masa manusia. Meski mereka sama-sama manusia, tapi masa kanak-kanak berbeda dengan masa remaja. Masa remaja berlainan dengan masa dewasa. Dan masa dewasa tidak sama dengan masa lanjut usia.
Masa remaja sudah tidak kanak-kanak lagi, tapi belum pula dewasa. Dengan kata lain, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan besar dalam hidup remaja itu. Ada perubahan suara, pertumbuhan fisik, dan pengalaman baru yang tidak dialami sebelumnya. Sehingga, masa ini ada yang menyebutnya sebagai masa pancaroba, sampai si remaja kadang tak tahu tentang dirinya sendiri. Karena itu, pada masa ini pada diri remaja sering terjadi konflik kejiwaan dan berakibat mengalami berbagai persoalan. Kalau tidak terkendalikan dan menjadi liar, maka terjadilah kenakalan remaja yang mengganggu ketertiban dan ketenteraman umum.
Anggota Muhammadiyah, sebagai kaum Muslimin, yang telah berumah tangga, semestinya menjadi da’i bagi remaja dalam keluarga. Mereka berkewajiban mengenalkan, menanamkan, memahamkan, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam kepada para remaja. Bahkan, mereka harus memberi keteladanan yang baik. Mereka bagi remaja dalam keluarga benar-benar dapat menjadi tempat bertanya ketika hendak berangkat dan pulang menjadi tempat berberita. Maka mereka mutlak harus ramah dan kasih sayang kepada remaja. Apalagi ketika si remaja merasa mulai bisa berpendapat, maka akan merasa senang bila dirinya digembirakan dan pendapatnya diperhatikan atau didengar. Kalau hal itu tidak didapatkan, maka si remaja akan mencari di luar yang akan makin berseberangan dengan orangtua. Karena itu, orangtua harus memahami si remaja yang sedang berproses mencari jati diri.
Muhammadiyah, sebagai Gerakan Dakwah, mempunyai beberapa Organisasi Otonom (Ortom). Di antaranya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Tapak Suci (TS), dan Hizbul Wathan (HW). Ortom dibentuk oleh Persyarikatan guna membina warga Persyarikatan dan kelompok masyarakat tertentu sesuai bidang-bidang kegiatan yang diadakannya dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan. Selain ada perbedaan, pasti ada kesamaan antar sesama Ortom itu. Salah satu kesamaan antar tiga Ortom itu adalah remaja sama-sama menjadi bidang garapnya. Dakwah untuk dan kepada remaja dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan. Di antaranya pengajian, ceramah, diskusi, kesenian (musik, lukis, drama, kaligrafi, mengarang, dan bela diri), rekreasi/wisata dan semacamnya, pelatihan ketrampilan, dll.
Dakwah untuk dan kepada remaja harus digarap secara serius dan ditekuni. Ini menjadi peluang bagi tiap Ortom Muhammadiyah untuk membuktikan eksistensi dan jati dirinya serta mampu menjawab tantangan. Ingatlah! Masa depan bangsa dan negara terletak di pundak remaja. Karena itu, mereka harus bersiap diri untuk terus berkembang, meningkatkan kualitas, dan berkemajuan. Akhirnya, yang diharap akan menjadi kenyataan. Insya Allah.