Teror Berbuah Teror

Teror Berbuah Teror

Ilustrasi

Abu Jahal itu paman Nabi Muhammad. Tapi dia sosok paling menonjol dalam melakukan permusuhan terhadap keponakannya itu. Ia selalu menyebar kebencian, penghinaan, dan segala bentuk teror kepada Nabi dan kaum muslimun.

Suatu kali Abu Jahal menyebarkan info dirinya sakit. Ia tahu kalau Muhammad, sangat sayang terhadap keluarga dan ringan hati untuk menjenguk atau meringankan beban siapapun. Betul sekaki, Nabi memang pergi menjenguk Abu Jahal ke rumahnya.

Abu Jahal girang sekali, lalu dia berlari menyongsong Nabi di halaman. Tapi, apa yang terjadi? Dia terperosok ke sebuah galian lubang yang persis berada di depan kediamannya. Muhammad kaget, lalu segera menolong Abu Jahal, hingga pamannya itu berhasil diselamatkan.

Nabi kemudian tahu, kalau Abu Jahal memasang perangkap. Maksud jahatnya, lubang itu disediakan agar  Nabi terjatuh. Itu sebuah bentuk teror agar keponakannya itu berhenti berdakwah. Namun akal bulusnya berbalik kepada dirinya. Senjata makan tuan. Si pembuat teror terkena teror yang dibuatnya sendiri.

Teror itu perbuatan menakut-nakuti, membuat tindak-an apa saja atau menciptakan keadaan yang membuat ketakutan pihak lain. Dari takut yang ringan seperti ancam-an dalam beragam bentuk, termasuk melalui SMS atau telepon. Hingga ketakutan yang meluas seperti tindakan kekerasan,  perang, pemboman, dan perbuatan sejenis yang menyebabkan pihak lain menjadi korban.

Segala bentuk tekanan psikologis dan fisik yang membuat korban ketakutan merupakan perbuatan teror. Pelakunya disebut teroris. Paham atau ideologi yang membuat seseorang atau kelompok orang berani bahkan ketagihan melakukan teror disebut terorisme.

Nabi dan kaum Muslimun mengalami teror sepanjang perjuangan menunaikan risalahnya. Pada era Makkah orang-orang  yang masuk Islam diteror hingga  sempat hijrah ke Absenia. Bilal bin Rabbah disiksa, lalu dibebaskan oleh Abu Bakar. Nabi bahkan hendak dibunuh di kediamannya, yang menyebabkan beliau malam itu kemudian keluar dari Makkah dan berhijrah ke Yastrib.

Hijrah itulah yang menjadi momentum umat Islam memulai babak baru membangun kehidupan yang lebih leluasa. Namun teror kaum kafir tidak berhenti. Nabi dan kaum Muslimun dihalang-halangi masuk kota Makkah untuk berhaji, hingga berakhir dengan perjanjian Hudaibiyah. Setelah itu teror politik dan militer pun berlanjut, hingga akhirnya pecah Perang Badr dan Uhud tahun kedua dan ketiga hijrah.

Sejarah terus berputar dan perang lain tidak terhindarkan untuk mempertahankan diri dari hegemoni dan teror kaum kafir, yang berakhir dengan Fath Makkah pada tahun kesepuluh Hijrah.

Maka, umat Islam atau setiap muslim jauhi teror dan tindakan membuat teror atasnama apapun dan ditujukan kepada siapapun. Dari hal ringan seperti kebiasaan mengi-rim SMS terus-menerus kepada orang lain yang sifatnya menekan, merendahkan, melecehkan, menghina, hingga mengancam dengan berbagai ujaran kasar. Perbuatan seperti itu sesungguhnya tindakan teror.

Jangan karena mudah mengirim SMS lantas sembarangan mengobral kata dan ujaran, yang sadar atau tidak sadar mengandung teror. Jika perbuatan seperti itu dilakukan, lebih-lebih terus-menerus dan menjadi kebiasaan, maka Anda sebenarnya telah menjadi teroris. Apalagi perbuatan teror itu diwujudkan dalam berbagai tindakan kekerasan fisik, yang menyebabkan pihak lain menjadi korban.

Ingatlah, segala bentuk teror dan perbuatan buruk, pelan atau lambat, langsung maupun tidak langsung, akan berpulang kepada si-empunya sebagaimana Abu Jahal menerima akibat perbuatan jahatnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya: “Jika kamu berbuat kebaikan maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat keburukan maka untukmu akibatnya.” (Qs Al-Isra: 7). Apakah masih mau berbuat teror?• A. Nuha

Exit mobile version