• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Juli 19, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

KHA Dahlan Pelopor Tafsir Amali di Indonesia

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
23 Juli, 2016
in Kolom
Reading Time: 2 mins read
A A
1
Takut Disaingi
Share

Oleh: Lutfi Effendi

Kyai Haji Ahmad Dahlan setiap subuh memberikan pengajaran pada murid-muridnya. Pada satu periode pengajarannya, berkali-kali KH Ahmad Dahlan mengajarkan tafsir surat Al-Maun, hingga berhari-hari tidak ditambah-tambah. Dengan kondisi seperti itu, ternyata mengusik hati salah seorang muridnya.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

“Kiai, mengapa pelajarannya tidak ditambah-tambah?” tanya Soedja.

“Apa kamu sudah mengerti betul?” tanya beliau

“Kita sudah hafal semua, Kiai.” Jawab Soedja.

“Kalau sudah hafal, apa sudah kamu kerjakan?” tanya beliau lagi.

“Apanya yang diamalkan? Bukankah surat Al-Maun sudah berulangkali kami baca sebagai rangkaian surat Fatihah, disaat kami shalat?” jawab Soedja.

“Bukan itu yang saya maksudkan, Diamalkan artinya, dipraktekkan, dikerjakan. Rupanya saudara-saudara belum mengamalkannya. Oleh karena itu mulai hari ini, saudara-saudara pergi berkeliling mencari orang miskin. Kalau sudah dapat, bawa mereka pulang ke rumah masing-masing. Mandikan dengan sabun yang baik, beri mereka pakaian yang bersih, berilah makan dan minum, serta tempat tidur di rumahmu. Sekarang juga pengajian saya tutup. Dan saudara-saudara silahkan melakukan petunjuk-petunjuk saya tadi.” Ujar Kiai Dahlan

Apa yang dilakukan Kyai Dahlan ini amat langka pada saat itu. Umumnya pengamalan Al Qur’an hanya sebatas pada lisan saja. Dibaca tiap hari, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Di luar shalat dibaca pada saat-saat tertentu, bahkan ada yang mengkhususkan ayat tertentu dan surat tertentu saja. Misalnya membaca surat Yasin saat malam Jumat dan sebagainya.

Penafsiran Al Qur’an hingga sampai ke pengamalannya inilah yang disebut Tafsir Amali dalam tulisan ini. Dalam hal ini, Kyai Dahlan boleh dikata sebagai pelopor Tafsir Amali yang tatkala itu masih asing dan bahkan hingga saat ini belum masuk khasanah ilmu Tafsir. Kyai Dahlan dengan penafsiran beberapa ayat ternyata telah mampu menafsirkan hingga amal nyata.

Beberapa orang atau institusi setelah itu mencoba untuk mencoba tafsir seperti ini. Ada yang berhasil dan ada pula yang gagal dan bahkan tersesat jalan. Ada yang mencoba dengan model tematik dan ada pula yang mencoba dengan urut-urutan ayat. Mengumpulkan ayat yang berhubungan dengan sedekah kemudian menjadi ahli sedekah. Mengumpulkan ayat yang terkait dengan jihad kemudian menjadi jihadis. Tetapi ada juga yang mencoba menafsirkan urut-urutan ayat turunnya Al Qur’an menjadi orang yang tersesat jalan karena mengganggap sholat bukan suatu kewajiban.

Kalau selama ini orang menilai Kyai Dahlan tidak meninggalkan ilmu, karena Kyai tidak meninggalkan sebuah kitab yang tertulis sebagaimana umumnya ulama besar. Sebetulnya Tafsir Amali Kyai Dahlan ini merupakan ilmu tersendiri yang menghasilkan karya nyata yang dampaknya sangat bagus dan luas dalam kehidupan manusia.

Tafsir Amali Kyai Dahlan ini bisa disebut ilmu karena sudah ada metode yang ia kemukakan tentang bagaimana cara melakukan penafsiran. Meski metodenya sederhana, tetapi dapat diterapkan dalam penafsiran suatu ayat.

Dalam hal metode ini, Kiai Dahlan pernah menerangkan bagaimana cara mempelajari Al-Qur’an, yaitu ambillah satu, dua atau tiga ayat, dibaca dengan tartil dan tadabbur (dipikirkan). Pertama, bagaimana artinya? Kedua, bagaimanakah tafsir keterangannya? Ketiga, bagaimana maksudnya? Keempat, apakah ini larangan dan apakah kamu sudah meninggalkan larangan itu? Kelima, apakah ini perintah yang wajib dikerjakan? Sudahkah kita menjalankannya.

Tinggal sekarang bagaimana kita mampu mengembangkan ilmu tafsir ini lebih jauh. Mampukah kita? (***)

Tags: kyai dahlanLutfi EffendimuhammadiyahPemuda Hadjidtafsir amali
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Amien Rais, Pendobrak dan Lokomotif yang Dilupakan

Amien Rais, Pendobrak dan Lokomotif yang Dilupakan

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In