Yogyakarta- Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjadwalkan agenda rapat kerja nasional di Gedung P4TK Matematika, Sleman, Yogyakarta selama tiga hari, Jumat hingga Minggu (11-13 Maret 2016). Mengawali agenda rakernas, majelis yang telah akrab dan bersentuhan langsung dengan kaum mustadl’afin ini mengadakan acara pencanangan gerakan kembali bertani dan tanam singkong jenis kingkong di desa Jelok, Beji, Patuk, Gunungkidul pada Jumat siang (11/03). Malam harinya, bertempat di aula gedung P4TK Matematika, utusan MPM dari 28 wilayah dari seluruh tanah air, berkesempatan sharing dan beramah tamah dengan para konsultan MPM.
Dari sembilan konsultan ahli yang diundang, tampak hadir di antaranya Prof. Dr. Ali Agus, DAA., DEA., merupakan pakar peternakan dan pertanian terpadu; Ir. Budiman Budianto, MP., sebagai konsultan bidang pertanian dan tanah; Zulkifli Halim, M.Si., sebagai konsultan bidang politik dan kebijakan publik; Ir. Syafii Latuconsina, ahli pertanian terpadu; Eko Prasetyo, SH., sebagai konsultan bidang kajian hukum dan advokasi. Beberapa konsultan yang belum sempat hadir di antaranya Prof. Dr. Bambang Setiadji, Dr. Sudibyo Markus, Dr. Sudirman Saad ahli perikanan, Lalu Iqbal Ph.D konsultan bidang perlindungan buruh luar negeri, dan lain-lain.
“Para konsultan ini merupakan para aktor di belakang layar dari setiap kegiatan MPM,” ujar M. Nurul Yamin, ketua umum MPM periode 2015-2020. Kehadiran para konsultan merupakan kesempatan berharga bagi segenap peserta rakernas untuk bisa mengambil banyak inspirasi dan pencerahan terhadap program-program pemberdayaan di daerah. Tanggapan positif misalkan diungkapkan oleh Din Wahid, salah satu peserta dari Kalimantan Timur yang mengharapkan supaya para konsultan terus mendampingi dan intens menjalin komunikasi dengan para pejuang kaum marjinal di daerah-daerah.
Dalam paparan singkatnya, Prof. Ali Agus menyatakan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan oleh para pejuang di MPM, utamanya tentang kemiskinan dan keterbatasan akses, berupa akses pendidikan dan informasi. “Lingkaran setan ini harus diputus. Kita harus terus bergerak, tidak cukup hanya dengan berdiskusi. Kebutuhan dasar orang miskin adalah perut,” kata dekan Fakultas Peternakan UGM.
Sebagai solusi, ia menawarkan langkah pendekatan pertanian dan peternakan terpadu dan berintegrasi dalam penyelenggaraan pemberdayaan. Adanya kerjasama, kolaborasi, dan sinergi yang serius dan terus menerus menurutnya merupakan kunci dalam kesuksesan pemberdayaan.
Wakil rektor I UMY Gunawan Budianto, menyatakan bahwa kebutuhan dasar setiap orang terdiri dari sandang, papan, pangan, dan energi. “Berjihad di bidang pangan sangat luar biasa dan merupakan langkah maju yang seharusnya diambil oleh Muhammadiyah. Saat ini perang bukan lagi dalam bentuk fisik, tapi bermanifestasi dalam bentuk perang pangan dan perang energi.”
Sementara itu, aktivis Eko Prasetyo mengingatkan supaya ada kerja-kerja berkesinambungan yang dilakukan oleh MPM. “Tantangan pendampingan dan pemberdayaan semakin hari semakin berat, terkait dengan regulasi ekonomi liberal. Akibatnya, saat ini bukan lagi orang miskin melawan orang kaya, tetapi orang kaya melawan orang yang lebih kaya. Sehingga kita butuh kader penerus, perjuangan tidak selesai dalam satu babak. Perlu dipikirkan bagaimana mengajak anak-anak muda untuk mau terlibat dalam mewariskan pengabdian pada kemanusiaan.” (Ribas)