Yogyakarta– Dalam agenda pembukaan rapat kerja nasional Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, pada Sabtu (12/03/2016), ada suasana yang berbeda. Ketua MPM PP Muhammadiyah, Dr. M. Nurul Yamin yang akan mengawali sambutan terlebih dahulu mengajak seluruh anggota forum untuk mengheningkan cipta kepada para pendahulu MPM. Dua sosok almarhum pendahulu yang dimaksud adalah Said Tuhuleley dan Moeslim Abdurrahman. Sejenak seisi ruangan aula PPPPTK Matematika Sleman, dipenuhi suasana haru mengenang para mujahid keberdayaan.
Kedua tokoh ini dikenal begitu gencar dan sangat progresif dalam melakukan pemberdayaan dan pemihakan pada kaum mustadl’afin dan dlu’afa. Moeslim Abdurrahman adalah sosok pemula dan ketua di Lembaga Buruh Tani dan Nelayan (LBTN). Sebagai lembaga baru yang dibentuk pada tahun 2000, kiprahnya sangat monumental. Perjuangan Moeslim Abdurrahman terjun mendampingi kaum marjinal terbilang sukses dan mendapat sambutan yang sangat positif. “Melalui lembaga ini, Mas Moelim sangat gigih terjun ke pedesaan, padahal sebelumnya Muhammadiyah tidak mengakar di desa-desa,” ungkap Hajriyanto Y Thohari yang hadir dalam acara tersebut.
Sementara Said Tuhuleley dikenal sebagai sosok pelanjut jihad keberdayaan yang diawali oleh kang Moeslim. Ungkapan Said Tuhuleley yang terkenal, “Selama rakyat masih menderita tidak ada kata istirahat” kini telah menjadi kalimat penggugah dan penjaga konsistensi bagi seluruh anggota MPM. Berdirinya MPM tidak lepas dari keberhasilan yang dituai oleh LBTN. Dikarenakan respon yang sangat positif, LBTN kemudian berubah menjadi MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) pada tahun 2005, dengan dinahkodai oleh Said Tuhuleley. Perkembangan LBTN menjadi MPM pada masa itu dibantu oleh para konsultan ahli, seperti Syafii Latuconsina, Ali Agus, Iqbal Tuasikal, Bahtiar Dwi Kurniawan serta M. Nurul Yamin.
Menurut Hajriyanto, MPM kini telah menjelma menjadi majelis yang sangat aktif di berbagai komunitas masyarakat lemah dan kaum marjinal. Karena kiprahnya, MPM didaulat sebagai salah satu trisula baru Muhammadiyah, selain MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Centre) dan MLH (Majelis Lingkungan Hidup). Trisula lama Muhammadiyah sejak awal berupa pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Dalam testimoninya, ketua umum PP Muhammadiyah, Dr. Haedar Nashir, mengungkapkan, “MPM PP Muhammadiyah sejak ditangani Alm. Said Tuhuleley telah banyak melakukan terobosan untuk program-program pemberdayaan masyarakat di kalangan buruh, tani, nelayan, dan kaum marjinal sebagai langkah maju dan menghadirkan kembali Muhammadiyah untuk gerak membebaskan, memberdayakan, dan memajukan masyarakat di kelas bawah. Kelahiran MPM yang telah meluas sampai ke seluruh tanah air dengan segala programnya, telah mengingatkan kembali bahwa Muhammadiyah mempunyai komitmen yang kuat untuk mencerdaskan dan memajukan masyarakat di akar rumput.” (Ribas)