Ada 3 kata kunci dalam mengenal Muhammadiyah, yaitu Islam, Dakwah dan Tajdid. Dakwah sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merubah kondisi yang ada sekarang menuju perubaahan yang kita idealkan. Kunci sebuah perubahan sendiri adalah melalui pendidikan yang berkualitas unggul secara komparatif ataupun kompetitif.
Inilah yang diungkapkan oleh Ahmad Dahlan Rais, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah saat Pembukaan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW), di Hall BLK PAY Kamis Malam (24/3).
Dahlan pun menegaskan bahwa dalam mencapai perubahan yang diidealkan oleh Muhammadiyah, selain dengan pendidikan dengan kualitas atau keunggulan komparatif dan kompetitif saja, namun juga pembelajaran yang membangun karakter serta akhlaqul karimah. “Sebagai kunci perubahan, saya kira selama ini ada yang kurang dalam kata pendidikan, yaitu kata berkualitas dan berkeunggulan. Berkualitas sendiri harus dibarengi dengan pembelajaran yang membentuk karakter dan akhlak anak salah atunya menjadi jujur dan percaya diri,” ungkap Dahlan.
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya mencerdaskan, namun juga membangun karakter. Pembangunan karakter tentunya tidak hanya bisa di terapkan di balik dinding-dinding kelas saja, namun di luar kelas dan di alam terbuka seperti yang dilakukan melalui gerakan kepanduan oleh HW. Sesuai yang ingin ditunjukkan oleh Muhammadiyah, bahwa Islam adalah agama mengutamakan non violent movement atau nir kekerasan, agama yang mampu memberi, menghidupi, dan memberi kedamaian.
“Tugas HW sendiri sangat strategis, yaitu bagaimana agar genersi kita memiliki karakter yang kuat. Apa yang dilakukan oleh HW menjadi langkah awal untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang besar,” imbuh Dahlan.
Pada momentum ini, kaitannya dengan Rakernas, Dahlan berpesan bahwa apa yang dilakukan oleh HW kini adalah upaya dari mengenal diri sendiri. Untuk merumuskan apa yang ingin dilakukan dan mengidentifikasi tentang cara melakukannya, terlebih dahulu harus kembali mengenali diri sendiri. Isu-isu yang terkait dengan kondisi moral bangsa menjadi tantangan HW ke depan. Hal ini bisa diatasi dengan pendidikan yang dirumuskan oleh HW dalam gerakan kepanduan.
“Apalagi yang telah diberlakukan sejak 1 Januari lalu yang terkait dengan momentum MEA. Free competition akan terjadi, bukan hanya dengan bangsa sendiri namun bahkan dengan bangsa-bangsa lain dengan berbagai macam hal yang dibawanya masuk ke Negara ini,” paparnya.
Ia pun berpesan, bahwa ke depan HW perlu terus mengkaji metode pembelajaran yang dimilikinya. Sehingga, nantinya bukan hnaya mampu membawa anak atau generasi penerus bangsa menuju keutamaan. Namun juga membuat mereka melakukan apa yang diajarkan oleh HW berdasarkan kesadaran dan keinginannya sendiri.
Hingga malam tadi, selain telah dihadiri perwakilan PP Muhammadiyah, Rakernas HW juga telah menghadirkan Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren Muhammadiyah (LP3M) Drs. H Iyet Mulyana, beserta perwakilan dari 17 Kwartir Wilayah dan para pengurus Kwartir Pusat. Dalam Rakernas ini, selain akan melakukan penjajakan terhadap program kerja mendatang, namun juga sekaligus membicarakan persiapan Muktamar HW ke 3. Menurut informasi terakhir yang diterima suaramuhammadiyah.com, Muktamar HW ke 3 ini akan dilaksanakan pada 13-16 Juli 2016 mendatang dan bertempat di Solo. (Th)