Komnas HAM mengucapkan terima kasih kepada PP Muhammadiyah yang telah bersinergi menjadi mitra strategis dalam melakukan otopsi almarhum Siyono (3/4). Beserta beberapa pihak yang juga mendukung proses otopsi termasuk warga sekitar yang sebelumnya diklaim oleh Kepala Desa menolak, faktanya justru menyediakan beberapa kebutuhan Kokam (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah), Pemuda Muhammadiyah dan Tim Dokter Forensik.
“Otopsi berlangsung lancar dengan dukungan Kokam atau Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah bersama TNI Polri, dan warga sekitar,” imbuhnya.
Berdasarkan keterangan, pada 23 Maret 2016, Suratmi alias Mufidah, istri Siyono memberikan surat kepada Komanas HAM untuk mengautopsi almarhum suaminya dengan tujuan mencari keadilan dan mengetahui sebab-sebab kematian almarhum suaminya. Atas dasar itulah Komnas HAM meminta PP Muhammadiyah menugaskan Tim Dokter Forensik Muhammadiyah untuk mengautopsi almarhum Siyono sesuai keinginan istri almarhum.
Komnas HAM juga berterima kasih kepada Media massa, Koalisi Masyarakat Sipil “Mencari Keadilan Untuk Ibu Suratni (istri alm Siyono)” baik yang di Jakarta (KontraS, LBH, YLBHI, ICW, Lima, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, PBAK DD, Pushami), Yogyakarta (PKBH FH UMY, PKBH FH UAD, PKBH UMS, PUSHAM UII, LBH Yogyakarta, LBH IKADIN, LBH Baskara PM DIY, PAHAM DIY, FORUM CSM), maupun di Soloraya, TNI Polri, dan semua pihak termasuk Publik Indonesia yang mendukung proses otopsi yang dilakukan Komnas HAM dan Muhammadiyah.
Dalam otopsi dibantu 9 Dokter Ahli Forensik Muhammadiyah plus 1 Dokter Forensik yang didatangkan Polri pun ditemukan beberapa temuan terkait kematian Siyono. Yaitu, diduga jenazah Siyono belum pernah dilakukan otopsi oleh siapapun sebelumnya, adanya luka dibeberapa bagian tubuh akibat benturan keras alat atau benda tumpul, ditemukan patah tulang di tubuh jenazah.(Th)