Terkait dengan perbincangan yang simpang siur tentang “data” muslim yang murtad yang konon angkanya sampai 2 juta pertahun, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti menghimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh data-data yang tidak valid.
Abdul Mu’ti juga mengajak umat agar melakukan analisis lebih jauh dan lebih dalam lagi. “Perlu kita lakukan analisis sumber data itu dari mana. Kalau benar penelitian dilakukan salah seorang anggota MUI perlu diketahui dasar penelitiannya apa, saya pikir itu bukan dari MUI,” ujarnya.
Bagi Abdul Mu’ti, beredarnya data ini bisa menjadi alat pemecah belah persatuan bangsa dan bisa menimbulkan disharmoni agama satu dengan agama lain. “Saya juga berharap jangan terlalu sering melihat data seperti ini apalagi dikaitkan dengan agresifitas dakwah agama lain,” katanya.
Kalau data tersebut benar, maka ini bagi Mu’ti merupakan sebuah masalah besar bagi umat Muslim. Semua umat Islam yang peduli harus melakukan introspeksi mengenai strategi dakwahnya selama ini dan model dakwah yang tepat untuk menjangkau masyarakat secara luas.
Menurutnya, intropeksi yang menyeluruh harus dilakukan oleh internal umat Islam sendiri. Karena selama ini dakwah organisasi Islam hanya menekankan seremonial dan ceramah dari kota ke kota saja. Dia menjelaskan, dakwah umat Islam kurang menjangkau persoalan masyarakat dengan solusi Islami. Banyaknya Muslim yang berpindah agama bisa saja karena faktor ekonomi dan sosial.
Atas dasar itu, Muhammadiyah mewujudkan dakwahnya tidak cukup hanya dengan perkara agama semata, dan mengabaikan perkara sosial dan ekonomi. Dakwah mencakup aspek yang lebih luas, berupa upaya membebasan dan memberdayaan, sehingga tercapai masyarakat yang sejahtera dan damai. Pada akhirnya, masyarakat yang sudah terbebas dari lilitan persoalan ekonomi tidak akan mudah menggadaikan akidahnya. (Ribas)