SURAKARTA—Kalau al-Ma’un gerakanya bersifat Charity, memberi sebanyak-banyaknya, maka al-Ashr berbicara tentang kualitas amal al-Ma’un tersebut. Hal ini disampaikan Ahmad Najib Burhani saat membedah buku Teologi Al-Ashr : Etos dan ajaran KHA Dahlan yang terlupakan karya Azaki Khoiruddin di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Selasa (3/5).
Menurutnya, selama ini Muhammadiyah terlalu sibuk dengan Teologi al-Ma’un dan cenderung melupakan Teologi al-Ashr. Padahal melihat tantangan zaman sekarang, khusunya masalah kemiskinan, penanganan melalui charity al-Ma’un saja tidak cukup.
Kemiskinan zaman dahulu ketika Muhammadiyah berdiri, papar Najib, diakibatkan karena penjajah. Sekarang adanya kemiskinan lebih dikarenakan merajainya sistem kapitalisme global yang menuntut orang untuk terus bekerja. “Maka charity saja tidak cukup, perlu adanya revolusi pemikiran”, katanya.
Revolusi pemikiran, sambungnya, sangat penting mengingat sekarang adalah era dimana waktu bergerak dengan super cepat. Karena kualitas, cara berpikir, framei, paradigma, lebih penting dari pada gerakan charity. Tantangan Muhammadiyah bukan hanya kristenisasi, lebuh luas lagi adalah bersaing dengan sekolah, universitas, rumah sakit, yang ideologinya kapitalis. “Maka penting menjadikan al-Ashr sebagai ideologi dan alat penggerak masyarakat”, terang Najib. (gsh)