Abdul Mu’ti Ingatkan KOKAM Jangan Menjadi Preman

Abdul Mu’ti Ingatkan KOKAM Jangan Menjadi Preman

YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.com-Mantan ketua umum Pemuda Muhammadiyah, Dr Abdul Mu’ti mengingatkan supaya peranan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) semakin berguna bagi masyarakat. Momentum Milad ke-84 Pemuda Muhammadiyah menjadi awal yang baik untuk kembali membangkitkan KOKAM di berbagai wilayah. Hal itu dikatakan Abdul Mu’ti dalam acara resepsi Milad ke-84 Pemuda Muhammadiyah yang digelar Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY di Gedung DPD RI DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta, Senin (02/05) malam.

Menurut Abdul Mu’ti, para pemuda hendaknya produktif dalam berbagai bidang. Jika pemuda menganggur maka akan berbahaya. Pemuda yang memiliki cita-cita dan idealisme tinggi jika kemudian tidak mendapat ruang dan kesempatan untuk mengaktualisasi diri, justru akan menjadi malapetaka. Sehingga, mereka harus selalu dibina dan diarahkan untuk produktif. Terkait dengan Pemuda Muhammadiyah, Mu’ti mengharapkan supaya kader-kader pemuda Muhammadiyah bisa didistribusikan ke berbagai bidang.

Belakangan, kehadiran KOKAM saat mengawal proses identifikasi jenazah almarhum Siyono di Klaten, mendapat apresiasi positif masyarakat. Padahal sebelumnya, sempat ada wacana untuk menghilangkan KOKAM karena khawatir menimbulkan potensi kekerasan. Namun Abdul Mu’ti tidak setuju dan menyatakan bahwa KOKAM selama ini justru menjadi pintu perkaderan yang paling banyak diminati. Abdul Mu’ti hanya mengingatkan supaya kekuatan dan potensi KOKAM bisa disalurkan dan dikelola dengan dengan tetap mempertahankan karakter dan berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa. “Jangan sampai KOKAM menjadi preman,” ujar Sekum PP Muhammadiyah itu.

Dahnil Anzar Simanjuntak yang hadir dalam kesempatan itu ikut memberi kesaksian. “Beberapa waktu lalu, Kak Seto datang ke kampung Siyono, untuk bermain dan berdialog dengan anak-anak. Tiba-tiba kak Seto bertanya siapa yang punya cita-cita menjadi guru, ustaz. Banyak anak yang mengangkat tangan. Kak seto bertanya lagi, siapa yang mau menjadi polisi, tentara. Tak ada satupun yang menjawab. Sampai beberapa anak mengacungkan tangan dan berkata kami ingin menjadi KOKAM. Kak Seto bingung apa itu KOKAM, namun karena ada anggota KOKAM yang hadir di situ, kak Seto akhirnya paham,” cerita Dahnil panjang lebar.

Bagi Dahnil, memori yang ada di kepala anak-anak kampong Siyono tentang KOKAM sangat positif dan ini harus dirawat. “KOKAM DIY dan Jateng jadi inspirasi bagi KOKAM di seluruh Indonesia. Inilah saatnya membangunkan KOKAM-KOKAM di daerah. Dengan bekal iman dan taqwa, KOKAM tidak pernah ciut nyali meski harus berhadapan dengan senjata dan kekuatan lainnya,” ujarnya. (Ribas)

Exit mobile version