YOGYAKARTA-suaramuhammadiyah.com,- Dilema tentang hubungan Islam dan negara yang selama ini selalu abu-abu sudah seharusnya diakhiri. Umat Islam, khususnya warga Muhammaduyah, sudah waktunya untuk tidak lagi terus mempermasalahkan bentuk negara Indonesia ini.
Hal itu dikemukakan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr H Haedar Nashir di forum Rakernas Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Menurutnya, Muktamar Muhammadiyah ke-47 lalu, Muhammadiyah sudah menghasilkan dokumen tentang negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Assahadah.
Dokumen itu seharusnya bisa mengakhiri keabuan-abuan bentuk negara Indonesia. “Saat ini kita sudah punya dokumen tentang negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah, dokumen yang tidak dipunyai organisasi lain,” tegas Haedar.
Menurut Haedar, konsep tentang negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Assahadah ini merupakan elaborasi dari MKCH Muhammadiyah butir ke lima. Spirit dari dokumen itu juga bisa dilacak di khittah-khittah Muhammadiyah tentang politik.
Selain itu, Haedar juga menyatakan, daripada meratapi hilangnya 7 kata dalam piagam Jakarta itu, lebih lebih baik mengisi konsep negara Pancasila sebagai negara kesepakatan ini dengan nilai-nilai Islam.
” Ini penting, karena kita juga menghadapi kelompok yang ingin memasarkan sekularisme di Indonesia, yang ingin merebut tafsir Pancasila dengan tata nilai mereka, ini juga sekaligus membendung keinginan orang yang berpikiran a-la ISIS Indonesia” tegas haedar.
Menurut Haedar, mengisi kerangka teologis terhadap negara Pancasila ini harus dimaknai sebagai upaya membangun fiqh siyasah baru di bumi Indonesia. (Isma)